"Bisa bahas yang lain aja gak?"

Belom sempat Wooyoung menyelesaikan ucapannya, Seonghwa sudah memotong ucapannya terlebih dahulu.

"Kenapa?"

"Gue males bahas San. Justru harusnya lo seneng dia udah pergi dari kosan ini. Dia tuh preman yang ngeganggu kenyamanan di kosan ini. Bagus lah kalo dia pergi lebih cepet."

Wooyoung diam sejenak mencoba mencerna perkataan dari Seonghwa. Jawaban Seonghwa sama dengan Yeosang. Kenapa mereka berdua malah senang ketika tahu San pergi dari kosan ini lebih cepat?

"Lo kerja dimana?" tanya Seonghwa mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Gue belom dapet pekerjaan tetap. Masih magang di perusahaan majalah. Kalo lo?"

"Ohh kalau gue pengusaha."

"Usaha apa?"

"Adalah, semacam jual beli online gitu. Susah jelasinnya."

Wooyoung pun hanya menganggukkan kepalanya tidak tertarik dengan percakapannya dengan Seonghwa. Sampai tiba-tiba atensi Wooyoung teralih dengan Mingi, si mesum penghuni kamar pojok yang saat ini sedang berdiri di pinggir ruangan sedang menatap kearah mereka berdua.

"Eh lo ngapain ngikutin gue lagi?!!?" Seru Wooyoung sambil menunjuk ke arah Mingi.

Seonghwa pun mengalihkan atensinya mengikuti arah tunjukkan Wooyoung.

"Loh Mingi? Ngapain disitu? Ayo sini ikut gabung sama kita."

Wooyoung langsung tersentak kaget ketika Seonghwa malah mengajak si mesum itu untuk bergabung bersama mereka.

"Kok lo malah ngajak dia gabung sih?" bisik Wooyoung.

"Kenapa emangnya?"

"Dia orang aneh. Tiap malem dia selalu ngeliatin gue dari depan kamarnya sambil megang pisau gitu. Usir aja udah."

Seonghwa malah tertawa mendengar ucapan dari Wooyoung tersebut.

"Lo ngomong apaansih? Dia emang orangnya aneh tapi dia gak bakal macem-macem. Percaya sama gue. Mingi sini!"

Dengan langkah perlahan, Mingi pun berjalan mendekat kearah meja Wooyoung dan Seonghwa masih dengan kepala yang menunduk.

"Sini duduk sebelah gue," ajak Seonghwa sambil menepuk-nepuk bangku sebelahnya yang kosong.

Mingi pun duduk di sebelah Seonghwa tapi dengan pandangan tetap ke lantai. Sepertinya dia tidak mau menatap Seonghwa, entah kenapa.

"Nah udah lo ngobrol-ngobrol dulu sana sama Wooyoung, gue mau cuci piring dulu," Seonghwa beranjak dari kursinya meninggalkan Mingi berdua bersama dengan Wooyoung.

Wooyoung melipat tangannya di depan dada sambil menatap Mingi dengan tatapan sinis, namun Mingi masih saja menundukkan kepalanya.

"Gue mau tanya deh lo kenapa sih selalu ngeliatin gue tengah malem sambil megangin pisau?"

Mingi hanya diam tidak menjawab pertanyaan dari Wooyoung.

"Lo mau bunuh gue?"

Mendengar pertanyaan berikutnya itu, Mingi langsung mengangkat kepalanya menghadap Wooyoung. Mingi menggelengkan kepalanya menandakan bahwa pertanyaan dari Wooyoung itu salah. Mingi tidak mau membunuh Wooyoung.

"Terus kenapa?" tanya Wooyoung dengan nada cukup tinggi karena sudah terlanjur kesal dengan tingkah Mingi itu.

Raut wajah Mingi berubah menjadi takut. Keringat bercucuran di dahinya. Daritadi tangannya gemetar karena tidak tenang.

"G-gue cuma mau ngelindungin lo."

Wooyoung mengernyitkan dahinya kebingungan mendengar jawaban tidak terduga dari Mingi itu.

"Ngelindungin gue dari apa?"

"Dari..."

Mingi menghentikan ucapannya sejenak, ia menundukkan kepalanya lagi. Sepertinya ia ragu untuk mengatakan hal tersebut kepada Wooyoung.

"Dari apa???" tanya Wooyoung memaksa Mingi untuk bicara.

Mingi pun mengumpulkan keberaniannya, masih dengan kepala yang menunduk, ia mengangkat jari tangannya dengan gemetar untuk menunjuk sesuatu.

Wooyoung pun mengikuti arah tunjukkan Mingi dan matanya langsung melotot ketika sadar bahwa Mingi sedang menunjuk kearah Seonghwa.


Wooyoung pun mengikuti arah tunjukkan Mingi dan matanya langsung melotot ketika sadar bahwa Mingi sedang menunjuk kearah Seonghwa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Next Door | Ateez ✓Where stories live. Discover now