Lucifer : 06

66.6K 14.5K 2.6K
                                    

Gess, ketika aku membuat work ini, aku ga berharap banyak pada vote ataupun komen. Aku hanya ingin menyelesaikan cerita ini dengan baik sebisaku. Tp, sebagai seorang pembaca yang menikmati karya seseorang, gak ada salahnya memberikan vote atau komen karena kita ga pernah tahu, berapa waktu yang penulis korbankan untuk menulis cerita yang kita baca.

Bukan hanya di ceritaku saja, tapi di cerita orang lain yang kalian baca. Jika kalian suka, jika kalian menikmati... Gak ada salahnya untuk memberikan feedback. Siapa tahu kan dianya menjadi semangat nulis. Kata-kata kalian, atau waktu yang kalian luangkan untuk menekan tombol bintang, bisa jadi membuat orang tersenyum dari balik layar sambil bilang, "Wah, mereka suka ceritaku... Aku harus lebih rajin nih nulisnya."

So, be wise.

***

           "Sepertinya Grace kambuh lagi," bisik Ten. Saat ini ia menikmati teh di halaman belakang kastil kediamaan keluarga Weldon. "Tadi dia membanting barang dan memecat hampir setengah pelayan. Uuhhh... Perasaan anak-anak Ayah yang lain sopan, santun, ramah... Kenapa hanya Grace yang kelakuannya seperti—" Ten berdehem ketika melihat tatapan ayahnya yang seakan berujar, 'Kau ingin mati?'

"Hem.. Apa Ayah yakin Grace sudah berubah?" tanya Ten tidak yakin.

Sudah sejak lama Ten Nata Weldon tidak pulang ke kastil, karena akademi yang ia masuki mengharuskannya untuk tinggal di asrama. Terakhir ayahnya lah yang mengirim surat kepada Ten dan mengatakan bahwa bungsu kesayangan keluarga Weldon sudah berubah menjadi seorang Lady yang lembut dan penuh kasih—bahkan kata lembut dan penuh kasih yang Duke Herbrough tuliskan dicetak dengan tinta yang lebih tebal. Sepertinya ayahnya itu sangat bangga karena akhir-akhir ini Grace berhenti membuat ulah.

Namun, Ten tidak semudah itu untuk percaya, mengingat hampir seluruh Sireya—salah satu provinsi dari Manuala yang dipimpin oleh Duke Herbrough tahu bahwa Lady Grace adalah penyihir yang kurang ajar. Tapi tetap saja Duke Herbrough memuji-muji Grace dan mengatakan bahwa anak gadisnya itu telah dewasa dan merenungkan sifat buruknya selama ini.

"Ayah selalu saja memanjakan Grace." Louis yang biasanya pendiam kini membuka mulutnya, "Aku baru saja mendapat laporan bahwa Grace membentak petugas medis di istana. Tidak apa-apa jika bersikap buruk di wilayah Sireya, tapi masalahnya Grace berlaku kasar di manapun tanpa kenal tempat."

Ten menghela napasnya, "Grace bahkan pulang tanpa pamit, Ayah. Aku malu sekali dengan Pangeran Narenth."

"Tapi Pangeran tidak marah’kan?" tanya Louis memastikan. "Minggu ini hari pelantikanku, jadi aku tidak mau mendapat teguran dari Pangeran Narenth. Bagaimana pun nanti dialah yang akan menjadi raja."

Ten menggeleng, "Aku kurang yakin dia marah atau tidak. Oh iya... Selagi kita membahas Pangeran Narenth yang akan menjadi raja, apa Ayah keberatan jika Grace dipilih sebagai calon menantu kerajaan? Aku melihat pengumumannya saat jalan-jalan di pasar.”

Kening Louis mengkerut, "Ayah dapat surat undangannya? Hampir seluruh Lady terhormat di Manuala diberi surat oleh raja untuk mendaftarkan putri mereka."

"Hanya bangsawan saja, Kakak pertama? Rakyat biasa tidak diundang?" tanya Ten.

Louis mengangguk, "Tentu saja diundang. Raja Jeff Narenth tidak membeda-bedakan rakyatnya. Sedawell saja sudah bisa dimasuki oleh rakyat biasa."

Duke Herbrouh yang ada di ujung meja menghela napasnya berat. Ia memandang anak laki-lakinya satu persatu, lalu mengeluarkan surat berwarna merah yang berisi stampel kerajaan Manuala. "Apa ayah harus melepaskan Grace?" tanyanya sendu. Pasalnya, Grace terlalu kecil menjadi seorang calon pengantin.

The Lucifer Prince Who Fell For MeWhere stories live. Discover now