Lucifer : 28

51.6K 10.7K 2.3K
                                    

              Jeno menyibukkan dirinya selama beberapa hari belakangan. Ia tidak tidur dan fokus mengerjakan proyek jalan layang. Jika jalan ini selesai dibangun, Jeno bisa mengembangkan wilayah selatan dan memperlancar perdagangan. Tak hanya jalan layang, Jeno juga ingin membuat pelabuhan agar mempermudah akses perdagangan antar pulau.

Ia segera mengambil berkas yang memperlihatkan posisi pesisir yang cocok dijadikan pelabuhan. "Menurutmu bagaimana?" tanya Jeno.

Miguel yang ikut meninjau proyek dengannya berdecak kesal, "Apa kau tidak lelah?"

Jeno berhenti sebentar, lalu menggeleng. Ia malah merasa lelah jika diam saja. Pikirannya otomatis akan mengarah ke Lady Grace yang ia inginkan. 'Ini baru tiga hari, J. Dan kau sudah hampir gila merindukan perempuan itu?'

Jeno mengacak rambutnya, lalu mengalihkan pandangan ke jendela kamar tempatnya menginap. Jika Grace kalah dalam pertandingan kali ini, mungkin Jeno tidak mempunyai kesempatan untuk menemuinya secara rutin. Ia sudah berjanji kepada perempuan itu untuk mengeluarkannya dari istana. Maka dari itu, sebelum berangkat, Jeno mempertegas poin kompetisi agar tidak terjadi penyelewengan. Jika Grace benar-benar mengacaukan acara memasak, itu artinya Grace pasti akan keluar dari istana.

'Tidak apa-apa... Kau tidak seharusnya sedih.' Jeno tidak boleh egois. Ia tidak berhak akan Grace. Jika pilihan gadis itu meninggalkan istana, Jeno tidak boleh menghalanginya hanya demi kepuasannya sendiri.

"Bukannya kau tidak terlalu suka bekerja?" Miguel merebahkan tubuhnya di sofa, "Melihatmu seperti ini... Jangan-jangan kau ada masalah?"

"Jika dicari-cari, masalahku banyak." Jeno memijat keningnya.

Miguel berdecak, lalu memutar tubuhnya menghadap Jeno yang meninjau laporan penggunaan bahan baku. "J... Bagaimana menurutmu Patricia? Kau menyukainya tidak?"

"Biasa saja. Kenapa?"

"Dia sangat menyukaimu. Masakannya juga enak. Kemungkinan untuk kompetisi kali ini, dia yang akan menang."

Jeno mengangguk, "Yasudah... Mau bagaimana lagi?"

Miguel menghela napas, "Kalau bukan Grace, aku harap Patricia yang akan menjadi Ratumu. Dia orang yang baik."

"Grace juga orang yang baik."

"Gadis kasar itu kau bilang baik?"

"Kalau kau mengenalnya lebih jauh, dia tidak seburuk itu."

Miguel mangut-mangut, "Aku juga tidak berpikir Grace orang yang jahat. Ngomong-mongong kau sadar tidak perkataanmu sekarang mencerminkan kalau kau sudah memilih Grace?"

Jeno menatap temannya itu.

"Jangan mengelak lagi! Tingkahmu sangat jelas. Apa jangan-jangan di istana kau juga bertingkah seperti ini?"

"Apa maksudmu?"

"Kau bahkan tidak menaruh atensi pada gadis lain, J! Tadi aku membicarakan Patricia, tapi kau sama sekali tidak menanggapi secara positif. Jelas-jelas tadi aku mengatakan kalau Patricia menyukaimu. Aku mengungkit masakan Patricia. Jika kau punya atensi lebih, kau seharusnya bertanya,  apa aku pernah mencicipi masakan gadis itu sampai-sampai mengatakan masakan Patricia enak? Jelas sekali di otakmu hanya ada Grace."

Jeno tidak mengelak, karena apa yang Miguel katakan memang benar.

"Kalau kau sesuka ini dengan Grace, aku jadi tidak rela melepaskan Patricia untukmu."

Tangan Jeno yang membolak-balik laporan terhenti, "Kau menyukai Patricia?"

"Hem, kau baru sadar? Aku menunjukkannya dengan terang-terangan."

The Lucifer Prince Who Fell For MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang