Lucifer : 34

58.8K 10.6K 4.5K
                                    

⚠️Ada note penting di bawah. Tolong luangkan waktu buat baca.⚠️

***

             Pagi hari setelah Grace bangun dari tidurnya, ia sudah mendengar kegaduhan di seluruh kastil. Kakaknya—Louis Nata Weldon buru-buru berangkat ke Istana, setelah mendengar kabar bahwa Yang Mulia Putra Mahkota menuntut Ibu Ratu dan membeberkan semua rincian kejahatan yang beliau lakukan. Untuk pertama kalinya, Putra Mahkota muncul kembali ke publik dan membuat pengakuan yang mengejutkan.

Keadaan hari itu sangat kacau, mengingat dukungan politik Ratu Eleanor sangat kuat. Selama dua minggu faksi bangsawan berusaha mencegah Ratu Eleanor menghadiri pengadilan, dengan melakukan tuntutan terhadap Putra Mahkota. Tapi, karena Perdana Mentri telah mengubah undang-undang terlebih dahulu, maka pergerakan faksi bangsawan yang mendukung Ibu Ratu terbatas. Tak lama setelah tuntutan dilayangkan, Jef Narenth memecat seluruh pejabat pemerintah yang berhasil masuk melalui jalur nepotisme. Ada sekitar 100 orang yang dipecat, sehingga terjadi gejolak politik yang cukup besar.

Setelah memastikan faksi bangsawan tidak bisa berkutik, Jef menyeret Eleanor ke pengadilan dan memaksanya untuk datang. Sidang berlangsung sebanyak 4 kali, dan di sidang terakhir Jeno meminta kuil suci untuk melakukan tes darah ulang. Di sana, Ratu Eleanor terbukti bukan sebagai ibu kandung dari Jef Narenth. Hari itu, rakyat sangat marah dan terjadi kekacauan di berbagai pusat kota. Ada sebagian besar orang yang telah kehilangan kepercayaannya terhadap keluarga kerajaan, namun, semuanya bisa diatasi ketika Jeno mengumumkan bahwa seluruh harta hasil korupsi dan penggelapan pulau akan disumbangkan untuk rakyat dan pembangunan Manuala.

"Ini tidak adil, Yang Mulia." Ratu Eleanor berteriak keras ketika ia dijatuhi kurungan seumur hidup.

Jeno yang berdiri di podium sebagai penuntut tersenyum tipis, "Saya juga merasa ini tidak adil. Bukankah hukuman kurungan terlalu ringan?"

"Yang mulia—" Hakim Agung, Raja dan beberapa petugas yang melakukan pemungutan suara menatap Jeno, menunggu apa yang hendak pria itu katakan.

Grace yang melihat semua itu dari lantai atas terdiam, begitu juga dengan hadirin yang yang menyaksikan pengadilan terbuka secara langsung. Mereka bertanya-tanya apa lagi yang hendak Putra Mahkota keluarkan, mengingat dari delapan jam yang lalu, Ratu Eleanor sudah dipukul habis-habisan. Wanita itu terpojok, hingga tidak bisa menyanggah bukti-bukti yang Jeno beberkan.

"Ratu Eleanor tidak hanya menipu keluarga kerajaan, melainkan telah membunuh ratusan rakyat."

Semua orang terpekik, 'Apa maksudnya?' Bisik-bisik memenuhi pengadilan hari itu.
Jeno memanggil Lord Saidon untuk masuk, lalu mulai menjelaskan keadaan Pulau Wend yang beberapa tahun terakhir menghadapi bencana limbah yang merusak sebagian besar pulau. Ledakan besar di gudang penyimpanan minyak menewaskan beberapa pekerja, dan memberikan dampak kemiskinan parah selama 3 tahun terakhir. Total korban lebih dari 100 orang, terlebih sebagian besar yang terdampak adalah anak kecil.

Kejahatan dengan korban anak kecil tidak bisa dimaafkan, hingga bisik-bisik kini memenuhi ruang pengadilan. Beberapa orang yang merasa bersimpati dengan Ratu Eleanor—setelah wanita itu mengungkapkan perasaannya ketika harus membesarkan anak orang lain yang bukan darah dagingnya, perlahan mengilang. Jeno memanfaakan kemarahan itu untuk bisa membuat Eleanor dihukum mati. Ia pun maju untuk berbicara di hadapan para pengamat yang datang. "Perizinan penambangan minyak bumi ditanda-tangani oleh Lord Saidon sebagai Tuan Tanah. Beliau bertransaksi dengan seseorang yang mengaku sebagai pembisnis sukses yang memiliki koneksi dengan keluarga kerajaan. Saya berusaha menyelidiki siapa orang itu, ternyata orang itu tidak lain keluarga Baron Janette yang tergabung dalam klan JonMark."

The Lucifer Prince Who Fell For MeWhere stories live. Discover now