Lucifer : 24

55.2K 11.3K 5.6K
                                    

Kaget ya aku update tiba-tiba?

Iya, hadiah tahun baru soalnya. Selamat tahun baru ya ges. Dimana pun kalian berada, semoga di tahun ini kalian semakin bahagia. Apa yang kalian kerjakan lancar dan harap-harapan kalian terealisasikan. Jangan lupa, tahun ini kalian harus makin sayang sama diri sendiri. Dan semoga tahun ini lebih baik dari tahun kemarin.

Enjoy


***

Tuk! tuk! Tuk...

Suara ketukan dari jendela balkonnya membuat Grace langsung keluar dari kamar mandi. Bibirnya berdecak kecil saat mendapati Amora yang mengepakkan sayap, sembari menyerahkan sepucuk surat yang ia cengkram dengan kaki kokohnya.

Burung elang itu kemudian bertanggar di pagar balkonnya, sembari menunggu Grace membaca surat itu.

Kau dimana? Kenapa lama sekali? Aku digigit serangga!

Tanpa nama pengirim pun, Grace tahu pesan tersebut dari Jeno yang telah menunggunya di pertengahan hutan pohon bambu. Selama dua minggu ini, mereka sering bertemu untuk berangkat ke istana terpencil bersama-sama.
Grace pun buru-buru mengambil kertas dan pena.

Tunggu sebentar, Janey, Heldana dan groupnya masih berada di bawah. Tunggu sampai mereka tidur.

Dan tolonglah... Kau jangan terus mengirim surat. Apa kau tidak tahu sebesar apa tubuh Amora? Kalau ada yang melihat, mereka bisa curiga.

Setelah menulis, Grace langsung mengikatkan surat itu di kaki Amora. Kemudian ia bertepuk tangan sebanyak lima kali, lalu buru-buru menutup pintu balkonnya. "Awas saja kalau burung itu kemari lagi," geram Grace. Pasalnya, sudah 3 kali Amora kemari, karena Jeno sangat tidak sabaran. Baru menunggu satu jam saja pria itu sudah sebal.

"Mulut manisnya hanya bertahan sebentar," decak Grace. Setelah merayunya dengan kata-kata manis, Jeno kembali menjadi dirinya yang dulu, yang suka sekali membuat Grace kesal. Tiga hari yang lalu saat mereka pulang dari rumah Jemin, Jeno menjepit hidungnya sampai Grace kehabisan napas. Pria itu lebih kekanak-kanakan dari Jemin yang sering Grace maki-maki karena otaknya yang bebal.

Tapi syukurlah, melihat sikap Jeno yang sekarang, Grace merasa pria itu memang sudah melepaskannya. Ia tidak merayu Grace ataupun menunjukkan gelagat seperti seseorang yang sedang tertarik dengan lawan jenis. Dia terlihat fokus pada Jemin dan urusan istana yang akhir-akhir ini semakin banyak. Lagipula, Grace tidak mengharapkan apapun, karena meskipun Jeno akhirnya jatuh padanya, takdir Grace tidak berubah. Ia akan tetap berakhir mati.

Menghela napasnya, Grace mengintip ke arah pintu. Suara cekikikan gadis-gadis yang menaiki tangga mulai terdengar, menandakan mereka sudah akan kembali ke kamar masing-masing. Grace pun langsung mengambil pakaian yang lebih hangat. Udara hutan cukup dingin, apalagi sekarang sudah larut malam. Ia buru-buru menyelinap, setelah tidak ada orang di lantai bawah. Syukurnya istana timur hanya diisi oleh Para Lady—karena pelayan ataupun petugas istana yang lain tinggal di bangunan yang terpisah, membuat Grace lebih mudah menyelinap.

Grace pun berjalan cukup jauh, tanpa membawa lentera. Hingga kemudian, ia sampai ke tempat dimana Jeno menunggunya.

"Kenapa lama sekali?" Pria itu bangkit dari batu yang ia duduki, lalu menyalakan lentera yang ia bawa.

Grace berhenti dengan napas terengah-engah, "Sebaiknya kau buat peraturan dilarang menggosip dan tidur sebelum jam 8."

Jeno berdecak, "Seluruh tubuhku gatal-gatal."

The Lucifer Prince Who Fell For MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang