PART 53 : PANTAS

Mulai dari awal
                                    

Bagus terpaksa membekap mulut kawannya itu. Ia lalu fokus berbicara dengan Callin. "Tadi kita cuman lagi jalan. Eh, nggak taunya kayak keikut arus gitu, loh. Trus apesnya, tiba-tiba polisi dateng pas kita berusaha lari dari sana. Jadi bikin salah paham, deh."

Bagas mengangguk-angguk. Nando memelas. Sementara Supriyadi masih asyik bersiul lagu suasana di kota santri.

Alih-alih gemetaran seperti murid-murid yang dihukum lainnya, Bagus dan kawan-kawannya malah asyik temu kangen dengan Callin. Sampai tiba-tiba terdengar jeritan dari salah satu keempat lelaki itu.

"Han..hantu!" Nando terjingkat. Ia melompat ke balik punggung Bagus.

Tak hanya Nando yang langsung bersembunyi ketakutan, Supriyadi dan Bagas pun berebut memegangi lengan Bagus.

"Apaan, sih?" Bagus mengikuti arah telunjuk Nando.

Meski reaksi lelaki itu tak seheboh kawan-kawannya, tapi ia cukup terkejut dengan kemunculan sosok polisi berpangkat Bripda yang tengah melenggang menuju ke arah mereka.

Saat awal dikumpulkan tadi, Bagus dan kawan-kawannya tidak terlalu fokus memperhatikan para polisi yang berjejer di depan kantor. Baru setelah Okan melangkah mengelilingi satu per satu barisan, wajah lelaki itu terekspos dengan jelas.

"Kamu kenal dia?" tanya Okan to the point begitu ia sampai di antara Callin dan keempat murid lelaki itu. "Dan kamu," ia menunjuk Nando, "saya bukan hantu, saya manusia."

Callin hanya diam, seolah sedang merenung dengan dirinya sendiri. Mendadak ingatannya terlempar saat berdebat dengan Junior di studio suara remaja. Meski berulang kali lelaki itu mengatakan jika Okan bukan manusia, Callin tak pernah mempercayainya.

Dan kini, ketika Okan benar-benar menjelma nyata di depannya sebagai manusia seperti keinginannya, kenapa perasaan gadis itu tidak sebahagia dulu?

"Kak!" Supriyadi menyikut lengan gadis itu. "Bang Okan amnesia?"

Bagas berdecak. "Trus kok bisa hidup lagi? Kayak di drakor-drakor, deh, punya sembilan nyawa."

"Lo kira Bang Okan Gumiho?" sahut Nando yang merupakan penggemar berat drama Korea. "Tapi iya, ya. Kok bisa..."

"Ceritanya panjang," tanggap Callin. Bahunya melemas.

"Eh, tapi. Kok dia nggak inget kita, Kak?" Bagas dan yang lainnya mulai ke luar dari tempat persembunyian. "Beneran amnesia?"

Supriyadi mengusap-usap dagunya. "Setelah tadi mirip drakor, sekarang malah kayak sinetron religi, Kak. Dikit-dikit amnesia."

"Heh, tapi, ya, kok Kak Okan bisa idup lagi?" Bagas memegangi lengannya sendiri, mulai merinding.

Okan mendengkus kasar. Ia tidak suka keramaian. Ia paling malas berinteraksi dengan orang-orang yang banyak omong. Begitu mendengar suara keempat murid itu yang saling bersahutan, telinganya mulai berdengung. Ia kesal tanpa sebab.

"Kalian ikut saya, sekarang," tukas Okan dengan nada tegas yang tak bisa dibantah.

Bagus refleks memegangi lengan Callin. Begitu melihat bosnya berlindung pada gadis itu, Supriyadi dan kawan-kawannya sontak berebut bersembunyi di lengan Callin yang satunya.

Lucunya, kalau dilihat dari kejauhan, Callin yang bertubuh mungil itu seperti menghilang di antara keempat lelaki jangkung yang mengelilingnya.

"Lo dengerin penjelasan mereka dulu bisa, kan?" tanya Callin. Ia bersikeras melindungi Bagus dan kawan-kawannya. "Lo nggak liat sendiri kalo mereka ikut tawuran, kenapa main hukum aja?"

"Tapi mereka ada di lokasi. Dan rekan polisi lain yang udah menciduk mereka," jelas Okan dengan tegas. "Kamu meragukan kinerja polisi?"

"Mereka bilang cuma lewat, dan nggak sengaja keikut arus. Lo tau, kan, susah banget mau lari kalo udah terlanjur ada di tengah-tengah keramaian?" Callin mendongak, menatap lelaki itu dengan intens.

STORY CALLIN(G) Sudah Tayang FTV seriesnya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang