PART 7 : LEKAS

18.7K 3.1K 1.9K
                                    

Jam berapa baca ini?
Kalo lewat jam 11 malem, Daebak dah. Kalian titisan kalong atau apa?

Ngapain belom tidur woy? Nunggu ketemu 👻👻👻?
2300 kata, semoga nggak ngap-ngapan bacanya.

Jangan lupa tinggalkan jejak diantara 2300 kata yang kutulis buat kalian ini.

***

Kuliah pagi.

Dan sudah bisa dipastikan, Callin bangun kesiangan. Otot-ototnya terasa kaku. Ia bahkan sampai menempel koyo di beberapa bagian tubuhnya. Namun ternyata semakin malam, rasa pegalnya menjalar ke seluruh tubuh.

Alhasil, sebungkus koyo pemberian teman satu kosnya ludes sekali pakai. Pantas saja saat bangun tidur tadi, Callin merasa seluruh tubuhnya seperti ditusuk-tusuk jarum. Pedas sana-sini. Mana yang dipakai koyo cabe pula! Berasa baru saja nyebur ke kolam sambal.

"Lin, Bu Bestari di belakang, noh. Buruan jalannya," tukas Erlina saat melintasinya di jalan menuju gedung C3.

Tanpa menunggu respon Callin, Erlina berderap cepat menuju ruang C3 yang gedungnya ada di seberang gazebo.

Callin menunduk, tak peduli mendengar ucapan Erlina. Badannya sedang tidak bisa diajak kompromi. Jangankan berlari, untuk jalan ke ruang C3 saja ia berharap ada yang bersedia menggendongnya. Walau sepertinya mustahil, mengingat tubuhnya tak semampai seperti Lisa atau Jennie Blackpink.

"Eeeh.."

Tatapan Callin terhalang dada bidang milik seseorang. Setumpuk buku dan jurnal-jurnal yang dikerjakan semalaman, jatuh berhamburan. Terlepas dari tangannya usai ditubruk sosok bertubuh tegap yang berdiri depannya itu.

Ditubruk atau Callin sendiri yang menubruknya? Ah, Callin tidak mau ambil pusing. Yang penting sekarang, akhirnya ada yang bisa dijadikan sasaran empuk untuk melampiaskan mood buruknya pagi ini.

Nyaris saja ia memaki sebelum sebuah suara familiar memasuki alam sadarnya.

"Kalo lagi jalan, kesadarannya juga dibawa. Jangan ditinggal kamar kosan."

Alih-alih menatap lawan bicaranya, sorot mata Callin tak lepas dari sneaker yang dikenakan laki-laki itu. Sadar jika kertasnya bercecer di aspal, Callin sontak berjongkok, memunguti kertas berisi jurnal-jurnal yang dikerjakan dengan sistem kebut semalam.

Bahkan meski sedang tak bersitatap, aura dingin yang terpancar dari kakak tingkatnya itu mampu membuatnya terpojok dan merasa seperti sedang dikuliti.

"Lo nggak minta maaf ke gue?"

Suara dingin itu kembali menegurnya.

"Eh.. anu, Kak." Rasa-rasanya Callin ingin menimpuk kepalanya sendiri. Selalu saja seperti ini, gelagapan di depan Junior. "Ma..af soalnya tadi aku buru-buru, Kak."

Callin memalingkan wajah. Pokoknya ke arah mana saja, asal tidak bersitatap dengan Junior, kakak kelas yang diidolakannya semenjak SMA itu.

Nyatanya setelah bertahun-tahun berlalu, hubungannya dengan Junior masih begitu-begitu saja. Tak ada kemajuan. Bahkan hanya sekadar mengobrol di kantin atau mengajak Junior makan siang bersama, Callin tak punya nyali.

"Maaf, Kak. Maaf banget." Gadis itu membungkuk berulang kali sebelum akhirnya berlari kecil menjauhi Junior.

Kalau bisa meminta pada Tuhan, ingin sekali ia diberi kekuatan menghilang di detik yang sama. Sudah bertahun-tahun berlalu, tapi perasaan kagumnya pada Junior belum juga luntur. Masih sama, bahkan sepertinya levelnya sudah naik ke tingkat bucin.

STORY CALLIN(G) Sudah Tayang FTV seriesnya Where stories live. Discover now