Nuisance II

29 2 2
                                    

Seperti yang ia katakan tempo hari di cafe, Tessa benar-benar melakukannya. Ya, beberapa hari ini gadis itu gencar mendekati Wira, tidak di rumah, atau pun di kampus.

"Bisa tolong minggir? Saya mau lewat," ucap Wira saat Tessa dengan sengaja menghadangnya di depan pintu kelasnya.

"Mau pulang kan? Gue numpang ya?"

"Gak bisa. Saya mau pulang ke rumah orang tua saya." Wira berhasil lepas dari hadangan Tessa. Namun gadis itu tak menyerah dan justru membuntuti ke mana Wira pergi.

"Bagus kalo gitu, gue ikut ke rumah orang tua lo."

Wira menghentikan langkahnya, dan memutar tubuhnya menghadap Tessa. Laki-laki itu mendengus, dan menatap Tessa datar. "Kamu bukan siapa-siapa saya sampe saya harus membawamu ke rumah orang tua saya," lalu pergi.

Wira mengacuhkan Tessa yang masih mengikuti langkah besarnya.

"Wira!" panggil Tessa.

Namun tetap seja, Wira seolah tak mendengar maupun menganggap Tessa ada. Lelaki itu lebih memilih membalas senyuman beberapa orang yang ia lewati, dan sapaan beberapa adik tingkat semester awal.

Tessa mencoba memanggil Wira lagi. Alih-alih merespon, laki-laki itu justru melesat pergi bersama BMW putihnya.

Tessa berjalan menghampiri Reyna yang duduk tenang menikmati makanannya di kantin kampus.

"Kenapa lu? Muka udah kayak kain habis dikunyah sapi aja, kusut," tegur Reyna yang hanya melirik sebentar lalu lanjut memakan bakso yang tersisa 1 butir besar. Save the biggest for the last, kira-kira seperti itu prinsip makan bakso gadis itu.

"Diem lo."

"Hidih, ngegas. Habis dipanasin Wira lo?"

Tessa semakin menekuk wajah kusutnya.

"Kan, bener," seru Reyna. "Nih." Gadis itu kemudian menyodorkan secarik kertas pada Tessa, dan membuat Tessa mengernyit bingung.

"Lo bukannya ngehibur temen lo yang lagi bad mood gara-gara sepupu lo, malah ngasi kertas gak guna begini," gerutu Tessa.

Reyna berdecak geram. "Maka dari itu, sekarang gue lagi ngehibur lo dengan apa yang tertulis di kertas itu, bego."

Tessa pun segera meraih kertas itu dan matanya sedikit membulat setelahnya.

"Gue tau lo belom punya kontak dia kan? Makanya gue kasi lo id line Wira."

Tessa yang semula menampilkan wajah mendung, kini berubah sumringah setelah mendapatkan apa yang ternyata selama ini ia tak punya.

Tessa buru-buru pindah ke samping Reyna dan memeluk erat gadis itu yang tengah mengunyah baksonya. "Thanks ya, Naaaa... Lo emang sahabat gue terdabest. Huhuhu baik bgt lo, anjiir."

Tessa terus mengeratkan pelukannya. Membuat Reyna hampir tersedak bakso yang ia kunyah. "Gu-gue ke-keselek anjir," ucapnya sambil terbata.

Tessa sontak melepaskan pelukannya, dan wajahnya berubah panik melihat Reyna yg batuk-batu. Reyna buru-buru meminum air mineralnya hingga tandas.

"Mau bunuh gue lo?"

"Ya maap."

------------

Tak seperti malam-malam biasanya, di mana Tessa akan selalu pergi dan menikmati dunia malamnya yang gemerlap. Yang gadis itu lakukan malam ini, hanya berguling di atas kasurnya ke sana dan kemari, sembari sesekali melirik ponselnya barang kali ada notifikasi 'add back' dari seseorang.

Ya, setelah Reyna memberikan id line Wira tadi siang, ia langsung menambahkannya sebagai teman, namun sampai malam begini, laki-laki itu tak kunjung menambahkan dirinya kembali. Sepertinya Wira benar-benar tak ingin berurusan dengan Tessa.

Anthology Of My Short StoryDove le storie prendono vita. Scoprilo ora