22. "Sleep early, i'll be home late."

1.1K 123 1
                                    


"Bulan madu, huh?"

Win tertawa mendengar suara Luke dari Eropa sana. Setelah menyeruput milkshake pesanannya, Win membalas ucapan Luke.

"Aku ingin bertanya sesuatu padamu."

"Serius sekali. Ada apa?"

"Tapi... Bisakah kamu merahasiakannya dari Bright?"

"Ha! Kau selingkuh ya!"

Win menelan salivanya. "Entah, lah. Begini, Luke..."

Rahangnya tidak berhenti bergerak seiring dengan Win menceritakan insidennya dengan Pluem. Bagaimana Win melihat Pluem sebagai Bright kala itu. Luke menyimak dengan baik, ikut memikirkan pilihan terbaiknya.

"If i was in Bright shoes, aku pasti merasa sakit hati, Win. Sudah pasti. Tapi tidak mengetahuinya lebih menyakitkan."

Helaan nafas berat Win terdengar hingga gendang telinga Luke. "Aku baru tahu. Kamu bisa sebodoh itu saat merindukan seseorang."

"Aku tahu. Aku benar-benar tidak melihat Pluem sebagai dirinya saat itu. Sepertinya aku akan memberi tahu Bright nanti."

"Sudah seharusnya."

Win kembali melanjutkan cerita panjangnya. Tidak menyadari jika Pluem sudah berdiri di balik punggunnya sejak tadi. Mendengar percakapannya di telepon.

Pluem terdiam menatap ujung sepatunya. Sekarang semuanya menjadi jelas. Ia tahu alasan dibalik kegirangan Win memilih New York alih-alih menetap di Thailand. Pluem terlalu naif.

"Hoy!"

"E-eh?"

"Kenapa bediri disitu?"

"Ha-hah? Tidak."

"Duduk?"

"Win, kau ada janji bertemu dengan temanmu, kan? Aku pulang duluan, ya. Kopermu masih belum tersentuh. By the way, aku duluan."

"Pluem? E-eh, tunggu!"

Bug!

"Aduh!"

Win meringis ketika pinggangnya membentur ujung meja. Sepasang mata cokelatnya memperhatikan Pluem yang meninggalkan restauran dengan terburu-buru.

"Kenapa, sih, dia?"

Jarum jam menunjukan pukul lima tepat saat Bright masuk ke dalam restauran. Mata elangnya langsung menemukan Win yang duduk sendirian di sudut restauran. Bright menarik senyum hangatnya lalu melangkah mendekat.

Mengusap kepala Win sebelum mendudukan diri di hadapan Win. Bibir Win tersenyum lebar, membawa jemari Bright ke dalam genggamannya. Keduanya saling melempar senyum dengan mata berbinar menatap satu sama lain.

Pluem yang melihat pemandangan itu mengepalkan tangannya erat. Nafasnya berderu cepat. Matanya merekam jelas wajah pria berkulit cokelat yang duduk bersama Win.

Pluem melangkah pergi.

"Tunggu giliranmu, Win."

*****


Seperti permintaan Bright, malam itu Win mampir ke hotel untuk mengambil koper miliknya. Win bersyukur ketika Pluem tidak ada disana saat itu. Bright sempat kesal ketika Win memanggilnya teman saat meninggalkan secarik note untuk Pluem.

Through & Through [REVISION]Where stories live. Discover now