12. "You're the same Bright i know, right?"

1.8K 165 3
                                    

07.45 am
Birmingham, UK
Januari 1, 20XX

Langit Eropa semakin cerah dengan salju yang menggumpal di setiap sudut kota. Suhu dingin memang menusuk kulit namun hangatnya cahaya matahari yang mengintip membuat penduduk Eropa bersemangat di hari pertama tahun baru.

Entah sudah berapa lama Bright berkutik dengan kanvas dan cat warnanya. Matanya tidak henti-henti mengagumi pria dua puluh tahun yang masih tertidur pulas. Bright menggaruk pelan ujung matanya, kemudian kembali melirik kanvas.

Bibirnya mencetak senyum tipis. Menatap lukisan Win Metawin yang tertidur pulas tanpa pakaian dan hanya selimut putih menutup hingga pinggang. Setelah membubuhkan tanda tangan dan tanggal, Bright menghembuskan nafasnya panjang.

Tanpa memedulikan jemarinya yang masih basah dengan cat air, Bright mengusap wajahnya kasar. Sepasang mata elangnya tetap memperhatikan Win, mengagumi wajah polos yang memerah itu. Bright dapat merasakan desir di hatinya.

Pandangan Bright teralih pada bingkai foto seorang perempuan paruh baya yang diletakan di meja belajarnya. Kepalanya berkecamuk menerka-nerka apa yang akan sosok ibu itu katakan jika Bright memberi tahu tentang hubungannya.

Bagaimana jika perempuan yang amat disayangnya tidak menerima sisi Bright yang ini. Pikiran ini telah tinggal di kepala Bright sejak bertahun yang lalu. Bright mencoba mengusirnya dengan melukis, namun tetap berakhir gagal dan kembali mengusik.

"Bright..."

Bright tersentak. "Win? Kau terbangun?"

Mengelap tangannya dengan kain, Bright bangkit untuk menghampiri Win. Kelopak mata Win mengerjap perlahan sebelum kemudian bertemu dengan mata legam Bright. Win melebarkan tangannya, meminta sebuah pelukan.

"Dasar bayi besar!" ucap Bright walau tetap memenuhi keinginan Win. Satu tangannya lari untuk mengusap lembut rambut cokelat Win. Bright memejamkan matanya, menikmati kehangatan yang diberikan Win.

"Kau sudah bangun daritadi?"

Bright mengangguk pelan, masih tetap mengusap kepala Win.

"Tidak lelah?"

Bright menggeleng.

"Kenapa tidak pakai baju? Tidak kedinginan?"

Kali ini Bright tertawa sebelum memukul pelan punggung Win. "Lihat, lah, kebawah selimut. Siapa yang harusnya pakai pakaian, eh?"

Menarik diri, Win mengerutkan kening dalam sebelum mengangkat selimut putihnya. "BRIGHT! KAU APAKAN TUBUHKU, HUH?"

Bright tertawa renyah sembari mengacak rambut Win. Mengecup singkat pipi Metawin kemudian bangkit pergi untuk membuat sarapan. Meninggalkan Win yang panik mencari pakaiannya. Jangan tanya wajahnya, memerah hingga ke telinga.

Gerakan Win terhenti saat melirik kanvas di sudut ruangan. Penasaran, Win mendekat untuk melihat lukisan Bright. Kedua mata Win menyipit saat bibirnya tersenyum simpul. Itu lukisan dirinya saat tertidur. Kali ini gerakan Win kembali terhenti, matanya mengerjap cepat.

"Astaga!"

Tepat di sudut kanvas.

Dengan cat warna cokelat tua, Bright mengukir huruf V.

Through & Through [REVISION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang