02. "And i'm no longer your best friend."

3K 317 31
                                    


Bugh!

"Ouch." Win mengerang sakit. "What the hell, Bright?"

Bright mengerjapkan matanya. Mencoba mengumpulkan kesadaran akan apa yang baru saja dilakukannya. Bukan, bukan tentang menampar remaja di depannya, tapi tentang apa yang baru saja disentuh bibirnya.

"Ke-kenapa kamu balas?" Suara Bright bergetar. Kedua bola matanya memerah. Tangannya mengepal erat. Nafasnya mulai tidak teratur. Pandangannya hanya tertuju pada Win yang meringis menyentuh sudut bibirnya.

Belum sempat Win bersuara, Bright lebih dulu berbalik arah dan melangkah meninggalkannya. Ini pertama kalinya ia dijadikan sasaran bogeman, apalagi oleh Bright. Seseorang yang amat Win tidak sangka. Apalagi setelah apa yang mereka lakukan.

"Shit..."

Win mengambil jaket hitamnya kemudian berlari mengikuti Bright. Jarum jam menunjukan pukul dua pagi, sudah banyak orang disekitarnya yang melayang dan tepar. Sudut matanya menemukan Bright yang melangkah keluar dari klub dengan cepat.

"BRIGHT!"

Jalan Bangkok malam itu sudah sepi, apalagi kawasan pinggir kota seperti ini. Bright jelas mendengar namanya yang dipanggil, kakinya semakin cepat berjalan. Sayang Win lebih ahli dalam berlari dan sebelum Win berhasil menggapai pundaknya, Bright menghapus cepat air mata yang menari turun di pipi merahnya.

"Bright! Tunggu sebentar!"

Bright mendengus sembari melepas kasar tangan Win dipundaknya. Pandangannya sekilas menangkap darah yang mengalir di sudut bibir Win.

"Kenapa kamu harus melakukan itu? Apa maksud pukulanmu, hah?"

Ribuan kalimat penjelasan menggantung di ujung lidahnya. Bright memejamkan matanya, mencoba meredakan suara di kepalanya yang bising.

"Apa yang sedang terjadi dalam kepalamu, Bright?"

Bright menatap sekilas wajah sendu Win sebelum mendorong Win menjauh dan kembali berjalan menuju mobilnya di ujung jalan. Matanya semakin memanas, Bright tidak mampu menahan lagi air mata yang memaksa mengalir.

"Apa sebuah ciuman sangat sal-"

"YA!" Bright berbalik, "Ciuman itu sangat salah dan tidak seharusnya pernah terjadi."

Win menghela nafasnya. "Jangan kata-"

"Aku, adalah seorang pria dan kamu- argh! Jangan pernah temui aku lagi! Anggap saja itu tidak pernah terjadi. Dan aku-" Bright menunjuk Win dengan telunjuknya. "Bukan lagi sahabatmu, Metawin."

Patahan kata yang diucap Bright menghentikan nafasnya beberapa saat. Membuat dadanya sesak dan lidahnya mengelu. Matanya tidak lepas memperhatikan Bright yang semakin menjauh. Hingga punggung lebar itu masuk ke dalam mobil sedan yang merupakan tumpangannya hari ini.

Win membungkukan badannya saat merasa kakinya kehilangan kekuatan. Win menyingkir segera dan mencari sandaran, mendudukan tubuhnya perlahan. Tangannya yang gemetar berusah keras merogoh benda di saku jaketnya.

"Metawin!"

Ciize menjatuhkan gelas plastiknya dan segera berlari ketika menemukan Win yang terkapar. Tahu apa yang terjadi, Ciize segera mengambilkan inhaler di jaket Win. Pandangannya memencar ke segala arah, mencari sosok yang seharusnya bersama Win saat ini.

"Pu-pulang," Win memejamkan matanya erat. "Bawa aku pulang, Ze."


*****


Through & Through [REVISION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang