02: Selera Tinggi Si Piaraan

115 67 21
                                    

Entah sejak kapan suara anjing terus terngiang di kepala

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Entah sejak kapan suara anjing terus terngiang di kepala. Kian keras dan semakin memecah keheningan pagi yang menenangkan.

Aroha menggeliat malas. "Aishh ...." Ponsel pada meja kecil di sebelah ranjang diraih susah payah. Aroha bingung menatap layar hitam gadget-nya. "Kayaknya tadi alarmku nyala."

Aroha menekan tombol power. Foto selfie unyu-unyu dirinya terpampang nyata.

"Pukul empat pagi?" Aroha meletakkan ponsel kembali. Selang sedetik, ia terlonjak. Mata berluka lebar maksimal. "Alarmku kan setengah lima!" Tatapan Aroha fokus ke depan, tak berani melirik kemana pun. "Terus tadi suara apaan?"

Suara gonggongan kembali terdengar.

Spontan Aroha menoleh. "Ether?"

Seekor alaskan malamute duduk di samping agak ke belakang darinya. Menjulurkan lidah sembari bernapas menggunakan mulut dan mengeluarkan suara yang khas. Anjing itu menggonggong sekali. Terlihat bersemangat.

Aroha kembali tidur. Menutupkan selimut pada seluruh tubuh hingga ke wajah. "Makasih udah dibangunin, tapi ini terlalu pagi! Aku mau bobo lagi, bye!"

"Sekarang waktunya sarapan."

Aroha terbelalak. Mendengar suara mas-mas, walau datar dan tanpa nada, membuat jantungnya melompat. Pipi terasa panas seolah terbakar.

Aroha buru-buru membuka selimut dan duduk kembali. Benar saja, ia mendapati pemuda tampan tanpa ekspresi di atas kasurnya. "Keluar!"

Sekuat tenaga Aroha mendorong tubuh Ether. Namun sayang, pemuda itu tak bergerak sama sekali. Tatapan Ether tertuju pada wajah merah Aroha yang telah menyaingi ceri matang.

Ether menampar pelan pipi Aroha. "Bocah, mikir apa kamu? Masih kecil juga!"

"Kamu ngapain ke sini? Pagi-pagi juga!" omel Aroha.

"Dari pada malam, heboh kamu nanti."

Satu bantal disambar oleh Aroha, kemudian melayang menuju wajah Ether. Lagi-lagi, pemuda itu berhasil menahannya, hanya dengan satu tangan. Seringai terlukis jelas. "Besok coba lagi ya," ujarnya meremehkan.

Aroha sekejap naik pitam. "Ether!"

Ether tertawa lepas, kemudian bangkit dari ranjang Aroha. "Cepet bangun! Kamu belum beliin makanan buat alaskan malamute tercinta ini."

Aroha mengangkat sebelah alis. Bisa-bisanya Ether mengatakan kalimat seperti itu masih dengan wajah datar. Untung saja wujud hewan dari pemuda itu masih menggemaskan.

Aroha bangkit. Ia hendak turun dari ranjang. Akan tetapi, mendadak dirinya kehilangan kendali dan terjun bebas ke lantai sambil memekik.

Aroha meringis kesakitan. Nyaris saja kepalanya terbentur. Syukurlah ia masih bisa memposisikan tubuh sehingga lengannya yang jatuh lebih dulu. "Aduh ...."

CIMO: Cute Ice Malamute BoyzWhere stories live. Discover now