"Anak ini pantas mati. Aku nggak mau melahirkan anak sialan ini. Dia cuma akan menghancurkan aku, menghancurkan kita. Aku nggak mau dia ada."

"Bukan dia." Suara berat itu akhirnya menggema, membelah sepi di tengah remang pencahayaan yang mereka biarkan. Brata sudah mencoba diam, setengah mati ia menahan diri untuk tidak meledak ketika nama Awan disebutkan. Tapi lama-lama api itu menyala semakin besar.

"Bukan bayi itu yang menghancurkan kamu, tapi diri kamu sendiri. Kamu satu-satunya yang pantas disalahkan di sini. Bayi itu nggak tau apa-apa. Dia cuma korban dari perbuatan biadab kamu dan laki-laki itu!"

Detik itu Sonya bangkit dengan air mata yang kembali luruh. Tapi tatapannya menantang, enggan dijatuhkan. Kemudian wanita itu mendekat perlahan, sebelum akhirnya melawan.

"Aku? Kamu bilang aku satu-satunya yang salah di sini? Kamu pikir aku begini karena siapa? Kamu pikir malam itu aku bertengkar sama siapa? Kalau kamu nggak cari gara-gara, malam itu aku nggak akan pergi dan berakhir mengandung anak sialan ini!"

"Aku cuma ngingetin kamu supaya jangan lupain anak-anak. Aku nggak ngelarang kamu kerja, tapi tolong jangan jadikan pekerjaan kamu sebagai alasan kamu menelantarkan anak-anak kita. Mereka masih kecil. Clara masih pengen kamu manjain. Dan Cairo bahkan masih butuh ASI dari kamu. Salah kalau aku bilang begitu?"

"Terus sekarang aku harus gimana?"

"Pergi ke tempat adikku di Kanada. Lahirkan anak kamu di sana. Tapi jangan pernah beritahu dia kalau janin dalam kandungan kamu itu bukan anak kita!"

"Mas!"

"Apa?!"

"Aku nggak mau dia ada di hidup kita. Kenapa kamu malah suruh aku pergi dan lahirin anak ini?"

"Hidup kamu udah cukup buruk selama ini. Seenggaknya jangan memperburuk hidupmu sendiri dengan jadi pembunuh! Bagaimanapun dia anak kamu. Hasil perbuatan biadab kamu sama laki-laki itu. Biarkan dia ada. Biarkan dia jadi pengingat kalau kamu pernah melakukan perbuatan yang nggak akan pernah bisa aku maafkan!"

Dan bantingan keras pintu menjadi akhir pembicaraan mereka malam itu. Brata pergi setelah sebelumnya menendang meja di belakang, membiarkan bidang punggungnya menyampaikan kekecewaan yang tidak mampu lisannya ucapkan.

Sementara Sonya telah sepenuhnya luruh di lantai. Kemudian ia menangis sembari memukul-mukul perutnya dengan kedua tangan. Malam itu adalah yang paling kelam dan tidak akan pernah Sonya lupakan. Tidak akan pernah.

Namun, setelahnya wanita itu benar-benar menghilang. Menyerahkan semua kepada manajemen dan membiarkan mereka mengarang cerita sedemikian rupa untuk disebarkan ke media.

Demi mempersiapkan mahakarya selanjutnya, Sonya Emilia memutuskan untuk menepi sejenak dari dunia perfilman dan media. Pihak manajemen mengkonfirmasi bahwa Sonya akan kembali di bulan Desember tahun depan, dengan sebuah persembahan yang lebih menakjubkan.

Begitu isi artikel di hampir seluruh portal berita, dan dengan mudahnya semua orang percaya. Sejak hari itu menghilangnya Sonya tidak lagi menjadi tanya. Karena yang orang-orang tahu, wanita itu sedang mempersiapkan film baru. Maka dengan senang hati mereka menunggu. Mempersiapkan berbagai penyambutan untuk bulan Desember tahun depan, di tanggal yang Sonya janjikan untuk kembali ke hadapan semua orang.

Hingga sembilan bulan semenjak kepergian wanita itu ke Kanada, tepat di tanggal 16 September 2004, seorang bayi laki-laki lahir ke dunia. Di penghujung gelap pagi menuju fajar, di bawah langit kota Vancouver yang tidak pernah muram, anak itu mulai merajut kisahnya.

Batara Langit Fajar. Nama yang begitu sempurna untuk hadirnya yang tidak pernah diharapkan.

✍️✍️

Siang telah sempurna kehilangan teriknya. Panas yang sempat membakar pada akhirnya harus rela terkikis oleh mendung hitam di angkasa. Langkah lebar Fajar berakhir di sebuah warung makan pinggir jalan ketika gerimis mulai datang.

"Permisi, Bu. Numpang neduh sebentar, ya," seru cowok itu dari luar. Tangannya sudah sibuk mengusap-usap lengan, saat seorang wanita paruh baya dari balik kaca etalase tersenyum dan memberi anggukan.

"Silakan, Mas. Nggak sekalian makan aja di dalam?"

"Makasih, Bu. Saya belum lapar."

Kemudian detik membawa semua berjalan sebagaimana mestinya. Gerimis berjatuhan. Angin dari jalanan bertiup perlahan, menembus seragam SMA yang Fajar kenakan. Sejenak tenang merayap di antara rinai yang menghantam dedaunan. Sampai nyaring suara televisi dari dalam membuat punggung cowok itu menegang.

"Mbak Sonya, ini adalah film ke-43 yang Anda bintangi sepanjang karier. Tapi sepertinya yang satu ini berkesan sekali, ya? Bisa dibagikan ke media, Mbak, apa yang membuat film Anda kali ini berbeda?"

Dengan cepat Fajar menghambur ke dalam, berdiri di antara orang-orang yang sibuk menyantap makanan hanya untuk merekam bagaimana sosok anggun Sonya Emilia terpampang di layar. Senyum wanita itu mengembang. Sosoknya tampak begitu sempurna dengan balutan blazer coklat terang dan rambut hitam yang terurai.

Tanpa sadar sudut bibir Fajar ikut terangkat. Ibunya sudah hampir satu bulan tidak pulang ke rumah, dan melihat wanita itu di layar sudah cukup membuat rindunya menguap. Ia senang, melihat bagaimana wanita itu tersenyum lebar sembari merangkul kedua kakaknya di sana.

"Saya selalu bekerja seratus sepuluh persen dalam film yang saya mainkan. Jadi saya rasa yang spesial kali ini bukan filmnya, ya. Tapi kehadiran dua buah hati saya di sini. Mereka hadir di sini, men-support saya, memberi cinta dan dukungan yang luar biasa, itu adalah kebahagiaan terbesar yang nggak bisa diungkapkan dengan kata-kata."

Iya, Clara dan Cairo memang ada di sana. Kedua kakaknya itu pergi memenuhi undangan Mama yang semalam meminta mereka hadir di press conference perilisan film terbarunya. Hanya mereka berdua. Karena memang dunia hanya mengenal Claretta Maharavega dan Cairo Al Magenta sebagai anak-anak Sonya.

Senyum Fajar masih belum meninggalkan tempatnya. Tapi sekarang cowok itu bisa merasakan panas menjalar di kedua mata. Membakar, hingga retak yang sebelumnya telah mengisi dadanya pun menjelma menjadi tandus yang tak lagi menyisakan apa-apa.

"Aku juga mau ada di sana ... Mama."

Hai! Akhirnya aku selingkuh 🤧

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hai! Akhirnya aku selingkuh 🤧

Tapi aku janji nggak akan menelantarkan SaBiru. Aku akan up dua cerita ini bergantian, mana yang muncul idenya dan mana yang lebih dulu selesai kuketik, akan aku publish. Jadi aku up-nya random, ya. Nggak ada jadwal tetap SaBiru tiap hari apa dan Fajar hari apa aja. Aku benar-benar hanya akan up sesuai yang stok yang aku punya saat itu juga.

Selamat berkenalan dengan Fajar dan Cairo. Dan tunggu sampai aku mempertemukan keduanya.

Semoga kehadiran mereka bisa diterima 🥺

07.07.2020

Memeluk Fajar [Terbit]Where stories live. Discover now