23. Ingin bertemu Mama?

45 11 3
                                    

Wajah Kyra memerah setelah Orion menjauh dua langkah darinya. Lelaki itu nampak menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal. Orion menatap Kyra sebentar kemudian melewati perempuan yang masih mematung itu dan mengambil lukisan yang membuat gadis itu ke dunia lain. Dia bersumpah akan menghancurkan lukisan ini.

"Besok lagi kalau mau beli lukisan lebih baik kau tahu dulu asal-usulnya dari mana agar tidak terjadi hal seperti tadi." Orion berbicara dengan nada kesal yang membuat Kyra mendengus sebal.

"Iya, berisik!" balas Kyra dengan ketus.

"Tidak, harusnya kau bilang 'iya, Sayang'. Bukan seperti itu." Lelaki itu terkekeh geli melihat wajah Kyra yang kesal dan jengkel.

Dua orang itu kemudian duduk berjejeran di sofa. Kyra kemudian berdehem pelan karena Orion sedari tadi hanya mengamati wajahnya. Dia memutar bola matanya malas lantas mendorong kepala Orion yang mulai mendekat itu hingga lelaki itu tertawa terbahak-bahak.

"Demi apapun kau menggemaskan sekali."

"Sudahlah terserah aku malas debat denganmu," balas Kyra kesal.

Orion merebahkan tubuhnya di sofa dan meletakkan kepalanya di paha Kyra, membuat perempuan itu terkejut karena dia habis bergeser hingga pojok sofa dengan tujuan menjauh dai Orion. Eh sekarang lelaki itu malah menjadikan pahanya bantal, menyebalkan sekali.

"Minggir!"

"Tidak mau, wleee," ejek Orion dengan mata terpejam seraya menjulurkan lidahnya. "Apa kau tidak mau kuceritakan sesuatu?"

"Apa memangnya?" tanya Kyra penasaran. Tumben sekali nada suara Orion terdengar serius.

"Tentang Rajendra."

"Hah maksudmu Damian temanmu itu yang melukis lukisan berhantu milikku?" Kyra meletakkan tangan kanannyanya di rambut Orion, lelaki itu tersenyum dan membuka matanya.

"Apa kau sangat penasaran?"

Kyra mengangguk antusias. Dia memang sangat penasaran dengan pelukis lukisan itu. Apalagi Orion pernah mengatakan 'semoga bukan pelukis yang sama' dan Kyra tak paham apa maksudnya. Sekarang dia akan membuat lelaki itu bercerita semuanya, tolong dia sudah penasaran sejak mendengar nama Rajendra disebut oleh mulut Orion.

"Elus rambutku ya saat aku bercerita"

"Iya Orion."

•••

Lelaki berseragam SMP itu menatap lukisan baru yang tadi pagi dibawa oleh Mamanya yang baru saja pulang dari acara pelelangan. Jika dilihat-lihat, ruang tamu mereka sekarang terlihat seperti gallery lukisan. Bahkan ada beberapa lukisan yang dilukis oleh pelukis terkenal. Memiliki Mama yang gemar menikmati lukisan atau hal-hal berbau seni membuat Orion maklum dengan ruang tamu di rumahnya.

"Lukisan siapa lagi ini Mah?" tanya Ruya dengan antusias. Bocah itu memang sangat suka dengan hal-hal berbau seni, mirip dengan mamanya.

"Pelukis kecil. Kurasa umurnya tak jauh beda dari kalian. Hebat sekali bukan?" Jawab wanita itu dengan decakan kagum setelah meletakkan lukisan itu berjejeran dengan lukisan pemandangan alam.

"Itu hanya lukisan tiga orang anak yang terperangkap di ruangan penuh dengan jeruk." Orion memutar bola matanya malas melihat reaksi dua orang di depannya yang tampak berlebihan itu.

"Dasar tidak tahu seni," balas mamanya dengan sengit.

"Tapi memang benar kan yang kukatakan," ucap lelaki itu tanpa dosa kemudian mengendikkan bahu tak peduli dan melempar tasnya ke sofa kemudian merebahkan tubuhnya di sofa panjang.

Penghuni Unit 63Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang