Part 7

5.1K 476 78
                                    

A Love

Alec & Alea

###

Part 7

###

"Jangan!" jerit Alea dengan air mata yang mulai merebak. Wajahnya pucat dan matanya menatap ngeri ke arah Alec yang ada di atas tubuhnya. "Kumohon, jangan lakukan ini padaku."

"Apa yang membuatmu berhak memerintahku, Alea?"

"Aku ... aku akan menikah denganmu. Maafkan aku."

"Semua sudah terlambat. Kau sudah mengacaukan pernikahan kita dan mempermalukan keluargaku dengan cara paling hina. Aku tak pernah merasa sehina ini seumur hidupku."

"Aku mohon ... aku minta maaf. Aku bersalah padamu dan aku menyesal."

"Permohonan, permintamaafan, rasa bersalah, dan penyesalanmu. Sepertinya semua masih tak sebanding dengan penghinaan dan rasa malu yang  kutanggung saat menunggumu di altar. Hanya untuk terlihat tolol di hadapan para tamu."

"Kali ini saja, tolong ampuni aku, Alec. Aku akan memberikan tubuhku untukmu dengan sukarela. Tapi ..."

"Aku harus menikahimu lebih dulu?" cemooh Alec dengan dengusan sinisnya.

Alea mengangguk putus asa. Arsen benar, pernikahan satu-satunya jalan ia menjaga harga dirinya meski harus menjadi pelacur bagi Alec. Sedikit harga diri yang akan ia pertahankan dalam pernikahan mereka nantinya.

"Kenapa kau berpikir aku akan menikahi wanita pemberontak dan pengacau sepertimu? Kenapa aku harus repot-repot melakukan itu semua di detik aku bisa menghancurkan hidupmu dalam satu cengkeraman, saat ini juga?" Alec mengencangkan cekalannya di kedua pergelangan tangan Alea yang tertaut di atas kepala. Alea meringis kesakitan, tapi wanita itu menahan untuk tidak mengaduh.

"Kumohon, beri aku satu kesempatan. Aku ... tadi aku tidak berpikir dengan jernih. Aku tidak siap dengan pernikahan ini." Alea tak bisa memikirkan kalimat apalagi yang harus keluar dari bibirnya jika permohonannya kali ini ditolak kembali oleh Alec. Meski hatinya mengingkari semua janji dan bujukannya, insting bertahan hidupnya yang terancam tentu memilih untuk berbuat licik.

Alec menyeringai. "Dan sekarang kau sudah siap menikah denganku?"

Alea menggangguk keras dengan hati penuh pengingkaran. Meski kebohongan tampak jelas tersirat di wajahnya, ia tak peduli.

"Pembohong," kekeh Alec. "Tapi setidaknya kau sudah mencoba."

Mata Alea terpejam, air mata mengalir diam-diam membasahi di kasur yang menempel di belakang kepalanya. Putus asa, tubuhnya meluruh penuh kepasrahan di ranjang. Wajahnya menoleh ke samping, tak tahan bertatapan dengan mata Alec saat pria itu mulai menjamah tubuhnya sebentar lagi.

Namun, detik-detik menegangkan yang ditunggunya tak juga datang. Alec masih membeku di atas tubuhnya. Napas berat dan panas pria itu masih berhembus di samping wajahnya. Hingga kemudian cengkeraman di kedua pergelangan tangganya terurai dan tubuh Alec menjauh.

Mata Alea terbuka dan melihat Alec yang bangkit dari ranjang dan berdiri menjulang di ujung ranjang. Tetapi Alea tak berani menggerakkan tubuhnya. Takut jika hal itu akan kembali mengusik kemurkaan Alec atau jarak itu disengajakan oleh Alec untuk menikmati ketakutannya.

"Aku tak peduli apa pun yang ada di hatimu, Alea. Tapi selama kau bisa meredakan kemarahanku dengan tubuhmu dan merendahkan diri di ranjangku. Aku pria yang loyal saat membayar kebaikan seseorang." Alec melempar jas putih miliknya yang tergeletak di pinggir ranjang ke dada Alea. "Pakai itu dan keluarlah dalam satu menit. Aku tak suka membuang waktu meskipun hanya satu detik. Dan sebelum kebaikan di hatiku lenyap." Alec mengakhiri kalimatnya dan berbalik menuju pintu.

A Lover (Alec & Alea) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang