Part 4

5.8K 560 76
                                    


A Lover

Alec & Alea

###

Part 4

###


Kali ini, Alea setuju dengan pendapat Arsen tentang melakukan perawatan tubuh. Bukan untuk persiapan acara pernikahan, melainkan untuk memperbaiki moodnya yang sedang naik turun tak terkendali karena aksi penyelamatan nyawa sekaligus kemesuman pria itu padanya.

Seharian penuh Alea memanjakan tubuhnya untuk melakukan perawatan mulai dari rambut, wajah, kulit, dan kuku. Rambutnya terasa lebih ringan, lembut, dan berkilau. Pusing di kepalanya lenyap tak bersisa karena pijatan di kepala dan tubuhnya terasa lebih ringan dan bersih. Kulit di wajah dan seluruh tubuhnya pun terasa mengencang kembali setelah pagi hari ia merasa lebih tua sedikit karena emosinya yang tak terkendali gara-gara rekaman dan ... Alea menggeleng keras ketika ingatannya memutar kembali kenangan menjijikkan itu. Semenit saja ia mengingat semua itu, jerih payahnya selama seharian ini akan sia-sia.

Sekarang, setelah tubuh, pikiran, dan hatinya terasa lebih segar dan lebih harum. Alea memikirkan rencana selanjutnya untuk menghabiskan sorenya. Tangannya sudah merogoh ke dalam tas tangan yang menggantung di lengan kiri dan mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Arza dan membuat jadwal makan malam dengan pria itu. Namun, mobil hitam pekat yang berhenti tepat di depannya membuat Alea menyumpah dalam hati. Sekali lagi, ingatan ketika Alec menyelamatkan nyawanya dan mengganti pakaian basahnya kembali terngiang di kepala.

"Masuklah." Wajah Alec melongok dari pintu mobil yang dibuka lebar-lebar di hadapan Alea. Menampilkan senyum terlalu ceria di wajah dan matanya yang dingin.

"Apa yang kaulakukan di sini?" sinis Alea.

"Apa Arsen tidak memberitahumu? Aku akan menjemputmu di salon dan membawamu untuk makan malam bersama ibu tiriku?"

Alea ingat telah mengabaikan tiga panggilan tak terjawab di ponselnya dari Arsen beberapa saat setelah ia menyelesaikan perawatan kuku. Kenapa akhir-akhir ini kakaknya itu selalu membawa kabar buruk saat menghubungi ponselnya?

"Masuklah." Alec menggeser tubuhnya ke pojokan menyediakan tempat untuk Alea ketika masuk.

"Aku bisa pulang sendiri," tolak Alea. Memutar tumitnya untuk mengitari mobil Alec dan menuju pinggiran jalan mencari taxi. Namun, di langkah kedua Alea menghindar, seorang pria bersetelan gelap dan kacamata hitam menghadangnya. Saat menoleh ke belakang pun, Alea dihadang oleh wajah berbeda tapi penampilan yang sama dengan orang pertama. Memaksa langkah wanita itu hanya tertuju pada pintu mobil yang terbuka untuknya.

Alea masih berdiri lama dalam ancaman tanpa suara dari Alec melalui kedua pengawal pria itu. Ia tak bisa membayangkan, apa yang akan Alec lakukan di dalam sana. Pria itu tak henti-hentinya mengambil kesempatan dalam kesempitan terhadap dirinya tanpa melewatkan sedikit pun waktu ketika mereka bersama. Siapa yang tahu tindakan apa lagi yang menunggunya di dalam sana.

"Jika kau tidak punya niat merusak rencanaku, aku pun tidak punya niat apa pun, Alea. Kau bisa memegang janjiku." Alec meyakinkan Alea dengan keraguan yang tampak jelas menghiasi wajah wanita itu. Dengan ketakutan yang sempat melintasi wajah Alea ketika wanita itu melihat wajahnya, sudah tentu Alea tahu apa saja yang telah ia lakukan terhadap wanita itu selama pingsan kemarin. Semalaman ia tak henti-hentinya mengingat adegan demi adengan dan tak sabar untuk bertemu Alea hari ini. Jika bukan karena pekerjaannya yang menumpuk dan beberapa situasi yang harus ia pahami lebih dalam lagi, mungkin ia akan menghabiskan hari ini dengan melakukan perawatan tubuh yang sama dengan yang dilakukan oleh Alea. Jika ada perawatan tubuh untuk pasangan calon pengantin seperti berendam bersama, tentu lebih baik dan Alec tak akan melewatkannya.

A Lover (Alec & Alea) Where stories live. Discover now