007 | Terrorized

Mulai dari awal
                                    

Rachel tidak menghiraukan ucapan lelaki aneh itu dan melanjutkan hukumannya agar cepat selesai.

"Eh, jika di lihat lebih teliti lagi sepertinya aku pernah bertemu denganmu sebelumnya," ujar lelaki itu.

"Hah?"

"Kamu Rachella kan?"

Rachel tetap tak menghiraukan lelaki itu. Menurutnya, menjawab pertanyaan lelaki itu hanya membuang buang waktunya saja.

"Hey jawab dong kalau orang nany-"

"Ting!" Perkataan lelaki itu terpaksa di potong oleh suara ponselnya yang berdering. Dia menatap sembari memerhatikan benda pipih nya itu.

Kemudian disusul oleh lirikan ujung netranya kearah Rachel. "Maaf aku harus pergi dulu, bye!" katanya sambil membalikkan badan. Ia melambaikan tangannya pada Rachel lalu berlari pergi.

"Orang aneh!"  Rachel menggeleng-gelengkan kepalanya sembari mengangkat kardus-kardus yang berserakan di gudang.

"Clek!" Terdengar di ujung sana ada seseorang yang mengunci pintu gudang dari luar. Rachel kebingungan. Kemudian berusaha mencoba membuka pintu. Tapi nihil, pintu gudang itu tak bisa dibuka.

"Berarti aku dikurung dari luar?"

"Lagi?!"

"HEY! APA ADA ORANG DI LUAR?!"

"SIAPAPUN! TOLONG AKU!" Rachel berteriak keras dari dalam dan berharap ada sesiapa di luar yang mendengarnya. Rachel mendecak pelan sembari memandangi pintu yang terkunci dari luar. Dia benar-benar kehabisan akal untuk berpikir bagaimana caranya keluar dari sana. Dia putus asa dan akhirnya terduduk kaku di dalam gudang itu sendirian.

"Tik! Tik!"

Terdengar rintik hujan yang turun dari langit di luar sana. Bersamaan dengan turunnya rintik-rintik air yang jatuh dari area matanya.

Kala itu Rachel benar-benar sedih, ia tak tau apapun dan ia sama sekali tidak mengerti dengan apa yang terjadi padanya saat ini.

Ia bingung apa mau orang-orang yang meneror nya itu, yang bisa ia lakukan adalah duduk memojok sembari menenggelamkan kepalanya di antara dua lututnya. "Sudah lama sekali rasanya sejak aku terakhir menangis."

════ ⋆★⋆ ════

Di ujung sana terlihat seorang lelaki dengan hoodie berwarna grey keluar dari kelasnya malam ini.

Tampaknya ia baru saja selesai kelas malam dan akan segera bergegas pergi ke kamarnya untuk beristirahat. Lelaki itu melihat-lihat sekelilingnya berharap ada seseorang yang sudah lama tak ia temui menghampirinya. Tapi ternyata tak ada siapapun di sana.

Sesaat setelah ia sampai di tikungan antara laboratorium dan asrama. Sebuah suara terdengar persis di telinganya, ia spontan menoleh sedikit. Pandangan matanya tertuju pada sesosok lelaki yang mengenakan tudung jaket, bibirnya terlihat menyunggingkan sedikit senyuman dan berbisik. "Cepat pergi! Gadismu dalam bahaya malam ini."

Begitu kata lelaki tersebut. Kemudian, lelaki asing itu berlari kencang melintasi derasnya hujan dan menghilang dalam pekatnya malam.

Lelaki yang baru saja di bisiki, malah kebingungan dengan apa yang baru saja ia dengar. Beberapa detik kemudian barulah ia teringat seseorang yang akhir-akhir ini memenuhi pikirannya.

"Rachel..." lirihnya kemudian berlari terburu-buru.

Saat itu hujan bertambah deras, dia tetap saja berlari di halaman L.A dan mencari-cari di mana letaknya gudang. Benar saja, malam itu gudang benar-benar tidak terlihat. Pasalnya ia tau bahwa lampu halaman L.A bagian barat sedang dalam masa perbaikan, akibatnya di sana gelap dan sangat kurang penerangan.

Sekarang pikiran lelaki itu berkecamuk, teringat pada saat siang hari tadi, di mana ia tak sengaja mendengar jika nama Rachel di sebut untuk membersihkan gudang. Lelaki itu sangat beruntung sekaligus bersyukur bahwa ia bisa sangat cepat mengetahui letak posisi gadis itu.

"Bugh!"

Langkah lelaki itu terhenti, ia sangat merasakan sakit di bagian belakang tubuhnya.

Ia meringis kesakitan dan berusaha melawan seseorang yang baru saja memukulnya. Dan sebuah pisau mendarat tepat disamping wajahnya, itu lantas menghentikan pergerakan sang lelaki itu untuk mencoba melakukan perlawanan.

Napasnya terengah-engah, ia menutup mata mencoba menstabilkan pernapasan nya. Belum lagi bagian belakang tubuhnya yang masih berdenyut nyeri. Secepat mungkin, lelaki itu menggerakkan kakinya kebelakang sembari menendang kaki lawannya dengan keras.

Lawannya terhempas ke tanah dan meringis kesakitan. Tiba-tiba datang seorang lelaki lain yang mencoba menghampiri mereka berdua.

"Hey! Ada apa ini?!" ujarnya kemudian melihat kearah lelaki muda seusianya.

"Lu-Lucas?!" ujarnya terkejut.

"Angga, pergilah ke gudang dan selamatkan seseorang di sana!" teriak Lucas.

"Hey, aku tidak bisa membiarkanmu sendirian!" ucap Angga membantu Lucas berdiri.

Bersamaan dengan itu pria paruh baya yang mencoba melukai Lucas pun akhirnya pergi sembari menyeret kakinya.

"Hey kau!" gertak Angga sembari menunjuk nunjuk pria itu.

"Pergi ke gudang sekarang!" teriak Lucas mendorong Angga.

Angga pun bergegas berlari ke arah gudang dan mencoba menyelamatkan seseorang di dalam sana. Dia mencoba membuka pintu yang terkunci, kemudian tanpa berpikir panjang ia dobrak kuat-kuat pintu gudang itu.

Sehingga terlihatlah seseorang yang terbujur kaku kehilangan kesadaran di bagian pojok gudang. "Rachel.. Rachella..." panggil Angga membangunkan Rachel.

Rachel mencoba membuka pelan matanya, dan mendapati seorang lelaki di sana. Rachel menunduk, menenggelamkan kepalanya kearah dada bidang lelaki itu.

"Tak apa.. tak apaa..."

"Ada aku di sini..."

Di sisi lain Lucas memerhatikan itu dari kejauhan, di balik dinding gudang berusaha menyenderkan tubuhnya yang sangat mati rasa.

Kemudian ia menutup matanya dan tersenyum bersyukur, bahwa gadis yang selama ini ia khawatirkan itu ternyata baik-baik saja.

════ ⋆★⋆ ════

Cuz You're My PhobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang