1. Awal pertama.

105 36 101
                                    

"Pertemuaan dua kepribadian seperti hubungan dua bahan kimia, jika terjadi reaksi, keduanya akan berubah"

DON'T FORGET! BUDAYAKAN PENCET BINTANG DI KIRI BAWAH😚

Happy reading!

"Woy! Kalo mau bunuh diri jangan di sini napa!" Cewek berkulit putih bersih itu berlari menuju rooftop sekolah. Tadinya cewek itu akan pergi ke toilet, tapi ia mengurungkan niatnya ketika dengan tidak sengaja ia melihat seseorang sedang berdiri di sana. Dari raut wajahnya cowok itu terlihat sangat lesu, tatapan matanya kosong, rambutnya pun acak-acakan seperti orang yang sedang frustasi.

Nekat bener, batinnya.

Ia menarik kasar lengan cowok berpakaian putih abu dengan baju dikeluarkan tersebut. Tidak rapi. Tangan kanannya berada di dalam saku celana dan tangan kirinya memegang rokok yang sudah hampir habis. Tubuhnya bertengger pada pembatas gedung.

"Woy, lo jangan gila, ya!" ujar cewek itu, mencengkram lengan cowok di hadapannya tersebut. Napasnya kembang kempis karena berlari.

"Kalo ada masalah, jangan ngambil keputusan kayak gini dong! Emangnya lo pikir dengan bunuh diri bakalan nyelesain semuanya, hah?"

"Nama lo siapa?" tanya cowok itu datar. Cewek itu menggeleng tak paham. Padahal sudah hampir 3 tahun mereka tinggal di lingkungan sekolah yang sama, tapi cowok itu tidak mengenal cewek yang ada di hadapannya tersebut? Sungguh terlalu. "Eh malah diem, lo tuli, hah? Nama lo siapa? Gue tanya!" Nada bicara cowok itu sedikit meninggi beberapa oktaf.

"Gu-gue Hayza," ujarnya terbata-bata. Cowok itu mengangguk lalu pergi begitu saja, tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"Hishh!" Hayza mengepalkan tangannya seperti orang yang akan meninju. "Udah gak tau aturan, gak tau terima kasih, gak punya akhlak juga lagi," gerutunya sembari mengusap wajahnya kasar.

"Nama aja, Langit, lu Bambang!"

Hayza berjalan dengan langkah yang tergopoh-gopoh saat ia menyadari jam pelajaran ke 3 akan segera dimulai.

Saat cewek itu tiba di kelasnya, Hayza menggebrak meja kasar.

"Gak tau terimakasih banget, tuh cowok." Hayza menyerobot snack dari lengan Livi-temannya.

"Kebiasaan banget, lo mah." Livi mengerucutkan bibirnya.

"Hehe, ya maap. Abisnya kesel gue." Ucapannya barusan membuat kedua temannya itu menoleh kearahnya, namun tidak dengan Hana yang terkenal sebagai julukan cold girl paling menawan di sekolah. Livi dan Deva saling adu pandang lalu berkata, "kenapa, sih?"

"Tadi pas gue mau ke toilet, gue liat cowok berdiri di rooftop sekolah gitu. Gue sih ngiranya dia mau ngelakuin yang enggak-enggak. Karena panik, gue lari dan narik tangan dia dong. Eh pas udah ditolong bukannya bilang makasih atau apa, dia malah nanya nama gue, pake ngegas segala lagi ngomongnya," paparnya sembari mengunyah snack yang tadi ia rebut dari Livi. Sebenarnya Hayza bukanlah tipe orang yang senang mengungkit-ngungkit masalah, tapi tidak tahu kenapa jika berhadapan dengan cowok yang dicap sebagai siswa paling bangor di sekolahnya itu bawaannya selalu darah tinggi dan ingin marah-marah.

"Masa, sih? Niat banget tuh cowok," sahut Deva menimpali.

"Siapa, ya kira-kira, penasaran gue. Kalo gue yang liat, udah gue viralin di Ig." Livi tertawa garing.

LANGITWhere stories live. Discover now