"Dear... kenapa kau diam saja?"

MALU WOI GUE MASIH MALU!

Sabar... Sabar.

Gue ngerjapin kedua kelopak mata cepet, terus nunduk sambil mainin ujung baju gue yang agak kebesaran. Bibir gue gak sadar mencebik, ngebuat Richard lekas narik dagu gue supaya kembali menatap matanya. Tapi gak sampai satu menit mata gue langsung beralih cepet, natap ke sembarangan arah asal bukan matanya. Cuma lagi-lagi Richard ngunci pergerakan gue, nahan dagu gue agar kita bisa saling tatap. Gue gigit bibir bawah sebentar sebelum ngeberaniin diri buat natap langsung matanya dan bilang,

"Maafkan aku."

Richard masih diem saat gue ngebisik bilang gitu, masih natap gue dengan ekspresi yang susah gue jelasin. Sebelah tangannya masih nangkup pipi gue sedang sebelah tangannya yang nganggur itu ngebelai lembut pipi gue yang lainnya, lembut banget sampai rasanya gue mulai terbuai dan makin berani buat natap baluk matanya. Gue narik nafas secara perlahan, mantabin diri buat ngakuin semua kesalahan. Walaupun malu, gue tetep harus minta maaf sama dia karna udah nuduh yang nggak-nggak.

Remasan di ujung baju gue berpindah, gue megang kedua pundaknya dan semakin mantab natap matanya. Bibir gue maju lagi dan bisa gue liat kedua sudut bibirnya yang naik ke atas. "Maafkan aku, Richard. Maaf, maaf karena sudah berkata kasar kepadamu dan maaf karena aku sudah berpikiran yang macam-macam tentangmu. Aku... aku sangat menyesalinya."

Richard masih diem, ngebuat gue jadi takut dan makin ngerasa bersalah.

"Se-seharusnya aku bertanya padamu terlebih dahulu, bukan seperti ini."

"Memang apa yang kau pikirkan tentang aku dan Andreas hm? Katakan...."

"Huh? Umm...."

Bola mata gue berlarian kesana-kemari, bingung harus ngomong gimana. Masa gue harus terang-terangan bilang kalo gue tadi sempet mikir kalau dia mungkin punya hubungan lain sama Andreas dan dia tuh sebenernya sukanya sama Andreas bukan gue. Richard cuma nikahin gue karna udah digarisin sama leluhur, jadi wajib. Iya. Gue mikir kayak gitu tadi. Gue kesel, tapi gue gak sampaai benci Andreas. Gue cuma ngerasa kesel, jengkel dan gak suka aja kalau dia memperlakukan orang lain kayak dia memperlakukan gue. Gak suka banget.

Ujung baju gue udah mulai kusut karna gue mainin, gak sadar juga udah kelamaan gigit bibir bawah buat nahan perasaan deg-degan di dalam dada. Ngebayangin hukuman berat apa yang menanti, bikin gue tambah nggak tenang lagi. Kalo misal Lucas aja di hukum dengan cara dipotong lengannya karna dia ketauan mencuri, terus gimana gue yang tadi udah ngomong kasar dan berpikiran yang nggak-nggak tentang dia? Apa gue bakalan bernasib sama?

Semua pikiran jelek itu mulai berkecamuk dan bikin gue juga mulai gak tenang, mulai keringetan dan perut gue mulai agak ketarik lagi. Tapi gak lama setelah itu, Richard yang lebih dulu bergerak buat narik gue ke dalam pelukannya lagi, nahan kepala gue tetap di dadanya sambil sesekali ngecup puncak kepala gue penuh sayang. Tanpa gue duga, malama gue malah mewek sambil bilang takut. Iya, saking takutnya dihukum gue jadi kebayang-bayang anjir. Gak mau.

"Sstt.. tenang, Dear," Richard ngusap air mata yang ada di pipi gue setelah dia ngasih jarak di antara kita. "Ini bukan salahmu karena biar bagaimanapun yang sebenarnya salah adalah aku. Seharusnya sejak awal aku memperkenalkan Andreas kepadamu dan seharusnya aku juga menjaga sikapku."

"... maafkan aku yang sudah membuat hatimu sakit dan menangis."

"Ta-tapi...."

"Sudah, tak perlu kau takutkan apapun. Kau tidak akan dihukum karna kau tidak bersalah, yang harusnya dihukum adalah aku."

Gue langsung dongak, "Ke-kenapa hiks... kenapa begitu?"

"Aku masih belum bisa mengajarkanmu perilaku yang baik. Aku yang seharusnya dihukum." Richard nyium kening gue lama, terus senyum. "Sebenarnya tak ada hukuman apapun tuk masalah seperti ini bila orang yang bersangkutan memaafkan. Tapi aku merasa harus menghukum diriku sendiri yang sudah membuat hatimu terluka, aku ingin menebusnya."

"Aku akan pergi berburu ke hutan dan mencarikan hati rusa jantan untukmu sebagai penebusan dosaku." lanjutnya.

"Tapi kau tak perlu melakukan ini demi menebus kesalahan tang tidak kau perbuat, Richard."

"Keputusanku sudah bulat, Dear."

Gue gak lagi bisa ngomong selain nerima keputusannya.

--tbc.

Bingung gak sih? Aneh?

Jadi gini, intinya tuh sebenernya gak ada hukuman buat Baekhyun. Cuma si Richard ngerasa harus ngehukum dirinya karna udah ngebuat si Ratu ngomong kasar dan nyakitin hatinya juga. Makanya penebusan dosanya ngambil hati rusa avv. Kutau ini aneh tapi yang terlintas di otakku memang seperti itu jadi tolong dimaklumi saja pemikiran anehku huhu. Semoga masih tetep menghibur, yaa!

Dan kayaknya aku bakal ngasih sedikit aja bumbu konflik di chapter depan. Gak banyak kok tenang hwhw.

So, punya kritik dan saran? Atau mungkin masukan?

Voment? Demi keberlangsungan work iniii. Sankyuuuu 😚❤️

raja chanyeol •chanbaek• [END]Where stories live. Discover now