part 11

435 79 52
                                        

Cip's Notes:

Hai! Apa kabar kalian? Huks kangen banget sama kalian:"). Mohon maafkan Cip kawand². Cip harap, masih ada yang mau menikmati ff yang udah berdebu ini o(╥﹏╥)o

Happy reading

"Padahal aku belum tahu siapa nama ajumma itu"
.
.

Yeji akhirnya kembali dengan membawa minuman Soobin dan menunggu di taman rumah sakit. Terlihat ia sedang mengeluarkan benda pipih dari tas jinjingnya, dan menekan kontak sang pujaan hati.

Tak lama, panggilan tersebut diterima.

"Halo."

"Aku di taman rumah sakit. Apa ayahmu sudah siuman?" Tanya Yeji seraya duduk di bangku dekat ia berdiri.

"Belum. Mungkin sebentar lagi."

"Syukurlah. Bisa kau temani aku disini? Setidaknya untuk menangkan dirimu dengan mencari angin sebentar?" Kata Yeji seraya menyeruput minumannya.

"Ya."

"Baiklah. Aku akan menunggu bersama minumanmu."

"Hm."

Tut!

--//--//--

Soobin akhirnya berakhir duduk bersama Si cantik Hwang di taman rumah sakit itu. Hening sebentar, kedua sejoli itu hanya menikmati semilir angin sore yang menerpa tubuh mereka, sembari menyeruput minuman masing-masing.

Hingga suara Soobin menginterupsi.

"Hwang Yeji."

Gadis Hwang itu segera menoleh dengan tatapan bertanya.

"Ya?"

"Saat mendengar Appa masuk rumah sakit, dadaku mendadak terasa sesak, seperti tidak biasa, aku tidak tahu---" Pria tampan itu akhirnya mengalihkan netranya pada Yeji.

"Perasaan apa itu?" Mendengarnya, seulas senyum tipis terbit di wajah si cantik Hwang, lalu mengacak pelan rambut lelaki disampingnya.

"Itu perasaan khawatir, dan kau merasa takut kehilangan ayahmu, sehingga membuatmu merasa tidak tenang. Walaupun, ekspresimu menunjukkan sebaliknya." Kemudian tangannya beralih membelai pipi lelaki Choi itu.

"Tapi akhirnya ayahmu berhasil diselamatkan, dan aku yakin saat ini kau sedang merasa lega." Ujar Yeji dengan lembutnya, membuat dada Soobin berdesir.

Lagi dan lagi, perlakuan Yeji memunculkan perasaan membuncah di dadanya.

Kedua monolid itu saling beradu pandang, sampai akhirnya Yeji teringat akan satu hal.

"Oh ya, Soobin. Saat membeli minuman aku tak sengaja berpapasan dengan wanita yang ceritakan oleh suster tadi." Soobin refleks melepas kedua tangan Yeji dari pipinya lalu menggenggamnya, mulai tertarik untuk mendengarkan lebih lanjut.

"Apa Ciri-cirinya persis?"

"Ya, sama persis. Aku tak sengaja menubruknya, sebenarnya aku ingin mengobrol lebih banyak dengannya, tapi kau mendadak menelfon sehingga tidak mungkin bagiku untuk mengabaikan panggilanmu." Jawab Yeji, membuat Soobin menghela napas. Sepertinya ia menelfon di waktu yang tidak tepat.

"Apa kau sempat menanyakan namanya?" gadis bermata sipit itu mempoutkan bibirnya.

"Itulah masalahnya, disaat aku ingin menanyakan namannya, mendadak ia terlihat gelagapan dan buru-buru pergi. Padahal sebelumnya dia biasa saja." Ujar, Yeji.

Without expressionWhere stories live. Discover now