Part 9

492 111 50
                                        

Cip's Notes:

Hai! Apa kabar?

Happy reading

"Ada apa?"

"Appaku masuk rumah sakit."

"APA?!!"

.

Spontan Yeji menutup mulut dengan kedua tangannya dikarenakan ia teramat Shock dengan berita tersebut. Gadis itu menatap Soobin dengan sendu, Pelupuk matanya terlihat penuh akan air mata yang sedikit lagi akan meluncur turun. Yeji melihat wajah datar Soobin yang tersimpan kesedihan disana.

"Apa penyebabnya?!" Tanya Yeji seraya menggoyang-goyangkan lengan kanan Soobin dengan isakan yang terdengar.

"Dokter bilang appa terkena tembakan di dada bagian kiri dan pelipis kanannya. Dia tidak bahkan menjelaskan berapa tembakan yang mengenainya." Sahut Soobin datar.

"Di rumah sakit mana appamu dirawat?! Kita kesana sekarang!" Yeji segera menarik lengan Soobin menuju mobil. Pria itu hanya mengikuti langkah Yeji tanpa merespon perkataannya. Kebahagiaan yang mereka alami hari ini, melebur bagaikan uap.

--//--//--

17.25, Inchon-ru Hospital

Kedua sejoli itu melangkah dengan buru-buru. Sang gadis terlihat khawatir ditemani isakan, sedangkan sang pria, tidak terlihat marah, tidak pula terlihat sedih. Datar lebih mendominasi wajahnya untuk saat ini. Setelah Yeji meminta perawat untuk mengantar mereka ke ruang ICU, mereka pun segera mempercepat langkah menuju kesana.

--//--//--

Akhirnya, mereka sampai di ruang IGD. Tak lama, Suster muda bermata kucing dan juga cantik datang menghampiri kedua Sejoli itu.

"Apa anda tuan Choi Soobin?" Tanya sang Suster.

"Ya, aku Choi Soobin." Sahut Soobin dengan datarnya. Suster muda mengangguk, kemudian menolehkan pandangannya pada Yeji.

"Lalu gadis ini---"

"Temanku." Jawaban Soobin berhasil membuat Yeji tertohok mendengarnya. Memang benar bukan? Tapi entah kenapa satu kata itu membuat dadanya terasa seperti di lempari batu besar.

'Sadarlah Yeji. Kau tidak berhak sedih atas perkataan itu.' Batin gadis itu, berusaha menerima kenyataan. Suster mengangguk paham. kemudian ia berujar lagi,

"Ayah anda terkena 2 tembakan di bagian pelipis dan juga 4 tembakan di bagian dada. Kami sedang mengambil tindakan operasi dan berusaha untuk mengeluarkan peluru yang tertinggal, yang kami harap itu tidak mengenai titik vitalnya." Yeji menghapus air matanya yang tersisa, kemudian menautkan kedua alisnya.

"Bukankah untuk melakukan operasi harus meminta izin dari keluarganya dulu?" Tanya gadis itu, yang juga di balas anggukan setuju oleh Soobin.

"Ah? Ada seorang wanita yang mengaku sebagai keluargamu. Ia juga membayar biaya rumah sakit ayahmu dan telah menandatangani berkas persetujuan untuk melakukan operasi. Dia juga lah yang mengantar ayahmu kerumah sakit untuk segera kami tangani."

Perlahan wajah Soobin mempelihatkan sebuah keterkejutan. Tunggu dulu. Apa Soobin tak salah dengar? Wanita? Apa..

"Bisa kau beritahu ciri-ciri wanita itu suster?" Tanya Soobin mendadak. Melihat reaksi tak biasa yang diberikan Soobin, Yeji ikut dibuat penasaran olehnya.

"Wanita itu punya tinggi sekitar seratus enam puluh enam sentimeter, rambutnya pendek berwarna pirang kecoklatan, dia berusia tiga puluh delapan tahun namun wajahnya terlihat segar dan awet muda."

Ciri-ciri wanita itu terdengar seperti ciri-ciri wanita yang sangat ia sayangi 5 tahun lalu. Hei, kalau diingat saat itu ia masih berusia 33 tahun. Jika dihitung-hitung lagi itu seperti usia wanita yang telah menolong ayahnya kan? Namun, Soobin berusaha menepis pemikiran tersebur. Bisa saja, wanita itu hanya berbaik hati untuk menolong ayahnya dikarenakan rasa iba? Tapi lelaki tampan itu ingin memastikan beberapa hal.

"Suster, apa dia memakai Cincin berlian di jari manis kanan?" Tanya Soobin dengan nada dingin dan tanpa basa-basi. Tak merasa takut, Suster tersebut malah nampak mengingat-ngingat.

"Ya. Anda benar, ia memakai cincin berlian di jari manis kanannya."

Yeji nampak bingung, dan pada akhirnya lebih memilih untuk mendengarkan percakapan mereka. Setelahnya, Soobin melanjutkan pertanyaan masih dengan nada dinginnya.

"Kalau begitu, apa dia memberitahukan namanya padamu?" Suster tersebut menggeleng.

"Tidak tuan, dia hanya menulis Kim di berkas yang telah ia tandatangani." Membuat Soobin memiringkan kepala, 'Kim?' Hingga akhirnya sang Suster berinisiatif mengakhiri percakapan.

"Maaf, tuan. Saya tidak punya waktu lagi. Jika anda ingin bertanya lebih lengkap, anda bisa pergi ke meja resepsionis. Saya harus membantu suster yang lain dan juga dokter untuk menangani ayah anda." Soobin hanya mengangguk tanpa membungkuk dan mengucapkan terimakasih pada suster cantik itu, sehingga Yeji lah yang harus melakukannya.

"Terima kasih suster. Maaf telah membuang waktu anda." Sang suster tersenyum ramah dan mengangguk kemudian melangkah pergi meninggalkan mereka. Soobin terduduk di kursi menghadap lurus dengan wajah datar andalannya sekarang. Melihatnya, Yeji pun ikut duduk di samping pria itu kemudian menangkup kedua pipinya dan membelainya lalu mengarahkannya pelan-pelan untuk menatap manik gadis cantik itu.

"Ada apa sebenarnya? Apa yang membuatmu penasaran terhadap wanita itu?" Tanya Yeji dengan lembutnya. Jantung Soobin kembali memacu. Yatuhan, bisa-bisanya jantung itu bermain lagi situasi yang tidak tepat, apalagi setelah mendengar suara lembut Yeji. Atmosfer yang dirasakan sama seperti saat dirumah. Ada apa ini? Kenapa jantung Soobin sangat suka memacu saat di dekat Yeji? Soobin masih tidak mengerti.

Cip's Notes:

Hei~. Apa rasa penasaran kalian tersampaikan? Tapi, Cip minta maaf jika kurang memuaskan karena.. Dah berapa bulan yah ga nulis:v. Sekitar 2 bulanan kali yah? Kosakatanya jadi rada gimanaa gtu:v.

Gimana penilaian kalian? Apakah ada kritik dan saran yang ingin diberikan? Yakin nih pasti ga puas sama penulisanku:")

Tapi gapapa. Cip berterimakasih banget sama kalian yang udah baca, beri vote juga komentar di ff ini. Makasih:"), kan terharu, ampe mau nangis jadinya

*Ga ah bercanda.

Jaga kesehatan yah kalian semua? Sediain Hand Sanitizer, sama makan makanan bergizi, karena Corona telah ada dimana-mana:").

Without expressionDonde viven las historias. Descúbrelo ahora