Kiss, kiss

1.3K 168 2
                                    

Haloo ketemu lagi dengan clou~  disini sedikit fluff ya.


Happy reading guys... hope you'll like it.

.

.


"Horor?" Win memekik keras ketika membaca tiket bioskop yang diberikan Bright.

Bright memilih film horror di tengah malam seperti ini, sungguh pilihan dengan penuh uji nyali. Win memang tidak begitu percaya dengan hal yang berbau mistis, tapi tetap saja ia takut jika ia bertemu dengan hantu sungguhan.

Dalam bioskop yang menghadap layar, Win bisa mengitung tidak sampai sepuluh orang didalam ruangan besar itu. Yah, siapa pula yang ingin menonton film horror tengah malam seperti ini kecuali dia adalah penyuka film horror.

"Aku butuh referensi untuk drama baru ku," jelas Bright saat berhasil duduk disamping Win.

Sepuluh menit pertama merupakan pembukaan yang cukup menegangkan, sampai-sampai Win meremat pegangan kursinya. Hantunya memang belum muncul, namun efek suara yang cukup nyata membuatnya tegang. Hingga setiap adegan menegangkan akhirnya muncul dan berulang kali Win menutup matanya dengan kedua tangannya.

Bagaimana dengan Bright? Entah sejak kapan dia malah melihat setiap ekspresi yang ditimbulkan oleh Win pada setiap adegan film horror itu. Dia juga tidak sadar kenapa dia malah melihat kearah Win, bukan kearah film yang sengaja ia pilih untuk memenuhi referensinya.

Film berakhir setelah 2 jam lebih lamanya, Win berakhir dengan jantung yang berdegup cukup cepat. Bukan karena ia sedang naik roller coaster, tapi karena adegan film yang memang membuatnya seperti itu. Bahkan wajahnya sedikit pucat sesaat setelah keluar dari pintu teater.

Keadaan bioskop sudah cukup gelap, dan parkiran basement sudah cukup atau lebih tepatnya sangat gelap. Win sekarang tidak berani berjalan jauh dari Bright, karena bayangan hantu itu terus memenuhi kepalanya. Bright sedikit mempercepat jalannya, hanya untuk sekedar menggoda Win. Dan benar saja Win sedikit berlari untuk kembali dekat dengan Bright.

Bright tersenyum, saat menyadari Win terus mendekat padanya. Gemas.

"Phi~" Win sedikit memekik kecil karena Bright kembali mempercepat langkahnya.

Bright mengambil tangan Win untuk digandengnya. "Kau takut bukan?"

Mereka berjalan bergandengan menuju mobil Bright, sepertinya mobil Bright menjadi mobil satu-satunya di basement. Entah keberanian darimana, tiba-tiba Bright menarik tangan Win dan membawanya kesebuah lorong tak jauh dari mobilnya dan mengunci Win dengan kungkungan sebelah tangannya yang bebas. Tatapan mata Bright menusuk tajam kearah dua mata Win.

"Phi B~"

Win belum sempat menyelesaikan ucapannya karena bibir Bright sudah berhasil menempel tepat dibibirnya. Mata Win masih terbuka dan bisa melihat bagaimana mata Bright yang sudah tertutup sempurna. Win masih terlalu syok. Tidak ada lumatan disana, hanya menempel.

Untuk beberapa detik mereka terdiam pada posisi itu, kemudian Bright melepas kecupan singkat itu. Mata mereka kembali bertemu.

Canggung.

Dalam perjalan pulang Win terus menatap kearah luar, dia tidak berani sekedar berbincang dengan Bright. Begitu pula sebaliknya, hanya kesunyian yang menemani mereka. Jalanan juga sudah sangat sepi hingga menambah kesan sunyi senyap.

"Terimakasih Phi," ujar Win tanpa menatap kearah Bright. Ia sudah siap membuka pintu mobilnya namun Bright memanggil namanya, menghentikan niatnya untuk membuka pintu mobil. Win terpaksa menoleh dan menatap si empunya suara.

Veni, Vidi, Vici [BrightWin] ✓Where stories live. Discover now