Langkah Awal

1.3K 165 2
                                    

Hai! terimakasih sudah mau menunggu.

Oke happy reading guys.

.

.

Win sedikit terheran karena sikap Tine yang selalu menempel padanya, saat di mobil bahkan sampai di kebun binatang. Tine tidak pernah jauh dari Win, selalu dalam gendongannya atau sekedar menggandengnya jika Win sedikit lelah. Bahkan Bright seperti tidak dianggap oleh Tine.

"Tine mau di gendong Papa?" tawar Bright saat Tine diturunkan dari gendongan Win, namun Tine menggeleng kuat dan malah menarik tangan Win. Berjalan melewati Bright begitu saja, jadi siapa orangtua asli Tine disini?

"Kenapa dia lengket sekali padamu?" bisik Bright pada Win dan hanya dibalas dengan mengedikkan bahunya, tanda ia juga tidak tahu dengan sikap Tine.

Tine menghentikan langkahnya saat melihat hewan besar dengan belalai yang panjang. Matanya berbinar dan tangannya terus menunjuk binatang itu. Mulutnya mengoceh tidak jelas, untuk beberapa saat Tine menarik-narik ujung jaket Win minta untuk di gendong.

"Tine suka gajah?" tanya Win sambil mengangkat Tine dalam gendongannya.

"Hmm! Gajah baik!" jawabnya semangat. "Mom, ayo kesana!" ajak Tine setelah puas menatap gajah.

Hari itu cukup melahkan bagi Win, karena dia benar-benar seperti orangtua yang sedang mengajak anaknya bertamasya. Berbeda dengan Tine yang masih tetap bersemangat. Bagaimana dengan Bright? Dia tidak selelah Win, karena yang dilakukannya hanya mengikuti mereka dari belakang. Bahkan sesekali mengambil gambar mereka berdua yang tampak akrab.

"Tine, kita duduk disana ya? Kita minum dulu, oke?" Win menggandeng Tine untuk duduk disalah satu bangku kosong disana. Tine mengangguk menurut.

Akhirnya hari pun sudah menjelang sore, setelah memutuskan untuk mengisi perut di resto terdekat, Bright pun mengajak Tine untuk pulang. Seharian berjalan melihat binatang cukup membuat Tine kelelahan dan berakhir tertidur dipangkuan Win.

"Dia tertidur?" tanya Bright yang fokus pada jalanan.

"Hmm, begitulah. Dia terlalu banyak tenaga untuk ukuran anak kecil," jawab Win sambil menyingkap poni yang menutupi dahi Tine. Wajahnya yang tertidur nyaman memberi kesenangan tersendiri bagi Win.

Win sedikit lupa dengan masalahnya, seharusnya dia bertemu Bright hari ini adalah untuk menyelesaikan masalah mereka. Bukan malah bersenang-senang, berpiknik seperti keluarga bahagia.

Empat puluh lima menit berlalu, dan mobil Bright sudah terparkir di halaman rumah Ibu Bright. Dengan hati-hati Win menggendong Tine dan turun dari mobil secara perlahan agar tidak membangunkan anak kecil itu. Diambang pintu sudah ada sosok wanita yang cukup dikenal Win, dan mempersilahkan Win untuk masuk dan membawa Tine ke kamarnya.

"Masuklah," ujar wanita itu ramah mempersilahkan Win masuk.

Win menaruh Tine dengan perlahan di ranjang dan kemudian mengelus kepala Tine lembut, karena tiba-tiba Tine menggeliat tidak nyaman.

Bright melihat adegan barusan.

"Dia perhatian sekali pada Tine," Bright terlonjak kaget karena tiba-tiba Ibunya muncul dari belakang.

*

Hari sudah menjelang malam, dan dua manusia sama jenis itu sekarang sedang duduk santai di sebuah bangku taman yang tidak cukup ramai namun tetap indah. Malam itu terasa sangat melelahkan bagi keduanya, terutama Win yang seperti seorang pengasuh anak seharian ini. Tine yang lebih menempel padanya dan sama sekali tidak mempedulikan Ayah kandungnya sendiri.

Veni, Vidi, Vici [BrightWin] ✓Where stories live. Discover now