Kebetulan

1.1K 157 0
                                    

Lisa melihat bagaimana bahagianya Jeka ketika memeluk papanya setelah akad selesai. Melihat keikhlasan di mata pemuda itu membuatnya bangga sebagai teman yang udah buat Jeka mau menerima takdir kedua orangtuanya. Dia tersenyum ketika Jeka memintanya mendekat untuk bertemu papanya.

"Selamat ya om..."

"Eh Lisa, kamu cantik banget. Makasih ya udah jadi temen baik buat Jeka." Om Pram memeluk Lisa hangat lalu mengenalkan pada istri barunya.

Jeka belum melihat mamanya dari tadi, apa mamanya sengaja melewatkan akad nikah mantan suaminya. Ya meskipun mereka udah gak punya perasaan di hati masing-masing tapi tetap aja ngeliat seseorang yang pernah hidup bersamanya pasti akan merasa canggung sedikit. Mata Jeka menangkap wanita cantik dekat meja penerima tamu lagi ngobrol sama seseorang. Dia tersenyum lalu mengajak Lisa untuk menemui mamanya.

"Ma..."

Mama Jeka menoleh, tersenyum lebar melihat putranya datang lalu memeluknya dengan erat. Jeka senang banget ngeliat mamanya dengan mata berbinar seperti sekarang. Tidak lagi sendu seperti sebelumnya.

Lisa memperhatikan punggung temen mamanya Jeka dengan menautkan alisnya.

"Lho mami..." ucapnya ketika mengenali wanita bergaun merah di depannya.

Wanita itu memutar tubuhnya dan terkejut melihat putrinya yang sedang menatapnya heran.

"Lisa..." 

Mama Lisa langsung memeluk Lisa.

"Mami kok udah nyampe sini, katanya besok baru nyampe..."

"Tadinya emang mau besok berangkatnya tapi karena ada acara nikahan temen mami sama papi jadinya di majuin deh berangkatnya..."

Jeka sama mamanya sama-sama bingung.

"Ini anak kamu San?" Lia, mama Jeka memandangi mami Lisa dan Lisa gantian.

"Iya ini Lisa yang sering aku ceritain."

Jeka sama Lisa saling pandang bingung.

"Mama udah kenal sama mamanya Lisa?" Tanya Jeka sambil menyalami tangan Sandra, maminya Lisa.

Sandra sama Lia tertawa.

"Dari smp malahan..." sahut Sandra.

"Jadi ini calon mantu mama?" Lia memeluk Lisa yang bengong dengan ucapannya. Jeka hanya garuk-garuk kepala.

Memang ya yang namanya kebetulan mah gak pernah direncanain dulu. Ternyata Sandra, maminya Lisa sama Lia, mamanya Jeka tuh udah temenan dari smp. Cuma mereka gak ketemu lagi sejak lulus sma karena masing-masing punya kesibukannya sendiri-sendiri. Mereka ketemu lagi pas ada masalah dengan perusahaan papanya Jeka. Sandra yang punya firma hukum sendiri membantu Pram buat nyelesain kasus penipuan yang dilakukan klien perusahaannya Pram beberapa bulan lalu. 

Datang Jimy dan Rosie yang juga mengenali dua wanita cantik ini.

"Tante Lia..." Jimy memeluk mamanya Jeka.

"Tante Sandra..." Rosie memeluk mamanya Lisa.

"Lah ini juga?" Sandra nunjuk Rose sama Jimy yang juga sama-sama bengong dengan pertemuan gak disengaja ini.

"Kalian saling kenal juga?" tanya Lia.

"Kita satu kosan..." Jawab Jeka, Jimy, Lisa dan Rose barengan.

Keenamnya tertawa begitu sadar dengan keadaan yang kebetulan seperti ini. Mereka kemudian duduk satu meja sambil makan dan mengobrol.

"Papi kemana mi?" tanya Lisa yang belum liat papinya di tempat ini.

"Papi lagi ke kamar dulu, ngambil hapenya yang ketinggalan..." Sandra sama Nathan papinya Lisa, nginap di hotel yang sama dengan acara nikahan Pram, papanya Jeka biar gak perlu bolak-balik katanya.

"Besok mami ke kosan kamu..." lanjut Sandra.

"Kok aku gak pernah tahu kalau mami temennya tante Lia?"

"Kita ketemunya di luar rumah, jadi kamu gak tahu kalau kita sering keluar bareng."

Lisa ngangguk-ngangguk, lalu liatin Jeka sama mamanya. 

"Jimy sama Rosie pacaran ya?" tanya Lia ke Jimy sama Rose.

Rose ngangguk malu-malu.

"Iya tante..."

"Lalu...Jeka sama Lisa...?"

Lisa terkesiap lalu buru-buru menjawab.

"Gak tante, kita mah temen aja...iya temen..."

Jeka melirik Lisa sebelum fokus lagi sama makanannya.

"Kalian cocok lho..." Sandra menyenggol lengan Lia dengan senyuman penuh arti.

"Iya tante, mereka emang cocok. Tapi ya dua-duanya pada malu-maluin gitu." Jimy terkekeh ngeliat Lisa yang melotot padanya.

"Tenang tante, otw kok..." sahut Jeka sambil liatin Lisa dengan senyum tengilnya.

Entah kenapa pembicaraan ini bikin Lisa jadi gak enak sendiri, apalagi pas maminya ngomong gini.

"Kita dukung kok kalau kalian mau pacaran, ya gak Lia?"

Lia ngangguk-ngangguk.

"Wah, kita bisa jadi besanan dong."

Lia sama Sandra tertawa senang. Jeka cuma senyum-senyum sendiri. Mereka gak liat Lisa yang sedang menahan sesuatu yang seperti ingin meledak dari dadanya.

Lisa merasa kepalanya tiba-tiba pusing. Sebelum orang-orang melihat perubahan wajahnya yang pucat, dia berdiri.

"Mi, tante...aku ke toilet dulu ya."

Sandra dan Lia hanya memandangi Lisa yang berjalan ke arah toilet diikuti pandangan Jeka, Rosie dan Jimy.

Lisa memegang erat pinggiran wastafel.

Pacaran...pacaran...

Kenapa kata-kata itu selalu membawanya pada kenangan terburuk dalam hidupnya ketika orang yang dicintainya ketahuan sedang bermesraan dengan cewek lain. Setelah itu dia dicampakan seperti tisu bekas yang di lempar ke tong sampah.

Napasnya sesak, Lisa mencoba menormalkan denyut jantungnya. Lisa tersentak ketika ada tangan yang menyentuh bahunya.

"Sa...lo gak apa-apa?" Rosie menatap Lisa cemas.

Lisa menggelengkan kepalanya.

"Gue gak apa-apa, cuma enek aja tiba-tiba. Mungkin makanannya gak cocok sama perut gue kali..."

Lisa melepas tatapan Rosie, lalu melangkah ke dalam bilik toilet dengan Rosie yang masih berdiri dengan khawatir.

Setelah bertemu dengan papinya sebentar. Lisa, Jeka, Rosie dan Jimy pulang ke kosan. Sepanjang perjalanan pulang, Lisa hanya diam tidak menanggapi obrolan ketiga temannya yang sedang membicarakan pertemuan yang tidak disangka-sangka tadi. Jeka hanya melirik sebentar, mungkin Lisa udah ngantuk jadi dia diam aja, pikirnya.

Sampai di depan kosan, Lisa langsung turun dengan diam berjalan ke arah kamarnya dengan tergesa-gesa. Membuat Jeka, Rosie dan Jimy saling melirik.

...

"0327"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang