PART 48 : SEBERKAS

Start from the beginning
                                    

Junior mendelik. "Tapi pake uangnya Papa-lah. Kan, Papa yang nawarin dia."

Irfan mengabaikan putranya kemudian kembali fokus berbicara dengan Callin. "Kamu yakin nggak mau kasih kabar dulu ke Mamamu? Junior juga bandel, dari kemarin Om minta telepon keluargamu, malah nggak ditelepon-telepon."

"Nggak, Om. Nanti Mama malah khawatir trus buru-buru nyusul ke sini." Callin tersenyum canggung. "Lagian kalo tanggal-tanggal segini, Mama pasti sibuk ngurus pesenan katering di Panti Asuhan Mutiara, Om."

"Panti Asuhan Mutiara?" Irfan mengerutkan dahinya. Ia termenung sesaat sebelum akhirnya melirik Junior yang langsung memalingkan wajah.

"Iya, Om." Callin mengangguk sekali. "Mama punya katering. Tapi ya, masih kecil-kecilan, gitu, Om.

Callin bercerita dengan penuh semangat. "Nah, tiap bulan, tuh, ada orang baik yang pesen katering buat dibagi-bagiin ke Panti Asuhan Mutiara. Udah sejak aku SMA dulu, sih. Cuma anehnya, sampe sekarang aku sama Mama nggak pernah tahu siapa orang baik itu."

Irfan hanya mengulum senyum. Tentu saja ia tahu jika 'orang baik' yang dimaksud Callin tak lain adalah putranya sendiri. Ya, setiap bulan Irfan selalu memantau pengeluaran putranya melalui konsultan keuangan kepercayaan keluarganya.

Pernah suatu kali, ia melihat transaksi rutin ke nomor rekening asing yang tertera di buku tabungan milik Junior. Diam-diam Irfan mengusutnya. Ia akhirnya dapat tersenyum lega saat mendengar informasi dari orang suruhannya.

Rupanya, Junior menjadi donatur di Panti Asuhan Mutiara. Sebuah panti yang berada tak jauh dari sekolah Junior saat masih menetap di Yogyakarta. 

"Kamu ternyata diem-diem berbuat banyak, tapi nggak ngarepin balesan," bisik Irfan sembari menyebelahi putranya. "Jun, cinta itu memberi dan menerima."

"Papa berisik." Junior menanggapi dengan ketus. Ia mengangkat ransel milik Callin lalu menyampirkannya ke pundak. Tanpa menunggu Callin dan Papanya yang masih tertinggal di belakang, Junior melenggang begitu saja menuju area parkir rumah sakit.

"Kamu naik mobil Pak Sadil ya, Jun. Papa sama Pak Ferre mau mampir ke kantor cabang kita dulu yang di deket Stasiun," kata Irfan ketika mendapati putranya kebingungan di depan mobil yang dikendarai sopirnya yang lain.

"Oh, Callin ikut Papa?" tanya Junior. Sengaja ingin memancing keributan dengan Callin. Tapi nyatanya gadis itu hanya terdiam.

Sejak bangun dari koma, Callin lebih banyak melamun. Tatapannya kosong. Seperti ada hal yang terus ia pikirkan, namun ia sendiri tak tahu harus mencari jawaban ke mana.

"Ya sama kamulah, Jun. Masa bareng Papa," gerutu Irfan sembari bergidik. "Ntar dikira Papa cowok apaan. Kayak om-om borjuis gitu yang suka main sama anak kuliahan. Hiii."

Junior menggaruk tengkuknya sembari tertawa garing. Niatnya ingin menggoda Callin, malah Papanya yang gantian ngelawak.

"Yaudah, Papa duluan, ya! Kamu kalo mau ngajak Callin makan di restoran atau beliin dia baju, sok pake kartu debit Papa. Atau kalo nggak, bilang aja butuh berapa, nanti Papa kirim lewat banking," pesan Irfan sebelum mobilnya bergerak perlahan menjauhi area parkir.

Tak lupa, Irfan melambai-lambaikan tangannya pada Callin. Ramah sekali. Jauh berbeda dengan putra tunggalnya yang dingin, jutek, ketus, dan terkadang juga bersikap kasar pada orang lain.

"Mau jalan sampe rumah gue?" tegur Junior begitu mendapati Callin hanya mematung di samping mobil.

"Lo mau apa? Bilang, nggak bakal gue galakin." Ucapan Junior berbanding terbalik dengan ekspresinya yang tetap dingin. "Mumpung hari ini gue lagi baik. Cepet, bilang."

STORY CALLIN(G) Sudah Tayang FTV seriesnya Where stories live. Discover now