Chapter 07 | New Class

13 1 0
                                    

Selepas tiga hari dari ujian, hari ini adalah pengumuman kandidat yang akan masuk ke dalam kelas Xtraordinary. Para siswa tak sabar untuk melihat pengumuman yang akan dipampang di papan tulis digital.

“Yah masih dikunci!” ucap seorang siswi yang kecewa.

Devan yang tengah duduk melirik sekilas ke arah pintu aula. Memang masih dikunci dan lebih menjengkelkannya lagi, ini sudah lebih dari jam pemberitahuan untuk kumpul. Area depan aula sudah cukup terasa sesak. Apalagi banyaknya siswi yang duduk sengaja mendekati Devan.

“Van! Ayo kemari!” Terdengar suara Fabian memanggil dirinya. Tangannya memasukkan ponselnya ke dalam saku dan beranjak pergi.

“Hmmm, ada apa?” tanya Devan. Fabian membalasnya dengan senyum jahil.

“Aku tahu kamu pasti risih, jadi aku panggil kamu. Tak ada apa-apa kok,” timbalnya.

Devan berdecak kesal. Ternyata tak ada sesuatu pun yang penting. Ada-ada saja kelakuan Fabian.

“Tak usah marah begitu. Aku ini berbaik hati menolongmu dari sesuatu yang jahat. Kamu mungkin tak menyadari, tapi dari sini kamu dikerumuni oleh sepuluh cewek sekaligus. Tatapan-tatapan mereka mengerikan, kamu tahu? Mereka memang tak dekat dengan kamu, tapi aku bisa melihat mereka memerhatikanmu. Seakan harimau tengah menatap lapar mangsanya. Tatapan mereka ganas,” bela Fabian sambil tertawa kecil.

Devan mengedikkan bahunya. “Kamu terlalu berlebihan.”

“Tidak-tidak, aku ini serius. Kamu seperti kambing lugu yang hendak diterkam sepuluh singa sekaligus. Percayalah!” Tawa Fabian lepas.

Pintu Aula telah dibuka. Para siswa kelas satu dipersilakan masuk ke dalam aula.
Fabian segera pergi menuju aula. Devan hanya bisa mengikutinya dari belakang. Cukup sesak saat mereka memasuki aula yang sangat padat. Beberapa siswa merangsek mendekati papan pengumuman tapi ditahan oleh beberapa orang.

“Silakan berbaris tertib sesuai kelas. Ada yang akan disampaikan oleh Kepala Sekolah.” MC mencoba menertibkan kekisruhan.

Beberapa siswa yang mencoba menerobos penjagaan terlempar mundur. Mereka terduduk di lantai dengan wajah menahan malu. Tanpa menoleh ke sekitarnya karena tahu bahwa mereka akan menjadi tontonan, mereka langsung pergi menuju barisan kelasnya masing-masing.

Kepala sekolah sudah berdiri tepat di hadapan mikrofon. Dia menyapukan pandangannya ke setiap sudut. Di belakangnya berdiri para staf pengajar. Kepala sekolah menoleh ke belakang dan mengangguk hormat serta memberikan senyum hangat.

“Mungkin kalian sudah tak sabar ingin melihat pengumuman untuk orang-orang yang akan duduk di kursi kelas Xtraordinary. Semua sudah berusaha semaksimal mungkin dan bersungguh-sungguh dalam belajar demi mimpi besar ini. Kalian pasti sudah cemas dan gelisah apakah nama kalian ada di layar papan itu atau tidak. Tapi, yang pasti kalian sudah berjuang. Tepuk tangan untuk kita semua.”

Gemuruh tepuk tangan membahana di dalam aula. Senyum-senyum merekah di bibir mereka. Raut wajah bahagia dan sorak senang menjadi penghalau suasana yang sebenarnya sangat menegangkan ini. Tapi lebih baik begitu.

“Bapak ucapkan terima kasih kepada siswa-siswa yang bapak banggakan. Kalian telah berjuang dan bertarung untuk mendapatkan gelar kehormatan di sekolah ini. Bapak bisa bayangkan bagaimana keringat mengalir deras di pelipis kalian, air mata menetes dari mata kalian, pikiran yang tak karuan menghantui kalian. Tapi, mereka yang layak adalah mereka yang telah melampaui semua standar dan menghancurkan batasan di diri mereka masing-masing. Tinggallah nasib yang menentukan semuanya.” Kepala sekolah berhenti berbicara.

“Yang pasti. Kalian telah menjadi juara bagi diri kalian sendiri. Tak ada yang perlu disesali.”

Kepala sekolah pun mundur ke belakang berjajar bersama dengan guru-guru. MC pun maju mendekati mikrofon. Dia membuka selembar kertas dan membacanya sekilas.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 29, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

MythomaniaWhere stories live. Discover now