38. Penjelasan Kayla

2.5K 320 164
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

***

Karena mencintai tak selalu harus memiliki. Sebab mengikhlaskan menjadi bukti cinta yang sesungguhnya saat bersama menjadi hal yang tak bisa digapai.

Pinta [Terakhir]
Rani Septiani

***

Kayla teringat kalau ia belum mengikuti balik Adit. Ia segera membuka instagram dan mengklik 'ikuti balik'. Saat ia berselancar di instagram, muncul satu notifikasi di WhatsApp. Kayla segera membuka aplikasi itu. Karena Kayla tidak ingin membuat orang lain menunggu lama balasan darinya. Jika memang ia sedang aktif di sosial media, maka segera mungkin ia akan membalas semua pesan yang masuk.

Ternyata seseorang yang mengirim pesan adalah pada Kayla adalah Araz. Ia mengirim sebuah alamat. Kayla tersenyum membaca pesan itu.

Sedangkan di tempat lain, Adit yang sedang membereskan berkas-berkas menghentikan aktivitasnya saat mendengar satu notifikasi masuk. Ia membuka instagram dan tersenyum saat mengetahui notifikasi apa yang masuk di instagramnya.

"Calon adik ipar yang baik. Padahal gue nggak minta di follback." Adit bermonolog, lalu ia melanjutkan aktivitasnya.

***

Kayla masuk ke dalam kafe, membaca nomor yang terletak di setiap meja. Ia mencari nomor meja sesuai yang diberitahukan Araz tempo hari. Hingga tatapannya tertuju pada nomor meja yang ia cari, di sana sedang duduk seorang perempuan yang mengenakan hijab berwarna maroon. Kayla tersenyum, bahagia bercampur rindu juga rasa sedih.

Sesuai rencana Araz yang mengajak Rere bertemu di kafe ini. Tetapi yang akan memenui Rere bukanlah Araz melainkan Kayla.

"Assalamualaikum, Re."

Rere menoleh, raut wajahnya menampakkan keterkejutan. Namun, hatinya tak bisa dibohongi. Ia sangat merindukan Kayla, "Waalaikumussalam. Ngapain kamu di sini?" tanya Rere ketus.

"Aku ikut gabung di sini ya?" tanya Kayla lalu ia duduk di hadapan Rere. Sementara Rere memperhatikan cara berjalan Kayla karena menurut informasi yang didapat Rere dari Araz kalau kaki Kayla terkilir karena ulahnya.

"Kamu mau apa lagi sih Kay? Nggak cukup kamu ngerebut Dokter Araz dari aku? Sekarang mau apa lagi kamu? Jangan-jangan semua ini rencana kamu sama Dokter Araz kan? Dokter Araz sengaja ngajak aku ketemu yang ternyata buat ketemu sama kamu." Rere berucap dengan kesal. Sebenarnya bukan ini yang ingin ia tanyakan. Ia ingin menanyakan bagaimana kondisi kaki Kayla. Tetapi ia malah marah-marah seperti ini.

Kayla menarik napas, ia sadar sudah menjadi pusat perhatian pengunjung kafe karena semua mata tertuju pada mereka berdua ditambah lagi mulai terdengar bisik-bisik yang kurang enak di dengar, "Aku mau ngobrol sama kamu. Tapi nggak di sini. Kita udah jadi pusat perhatian. Tolong kali ini aja nurut sama aku. Kalau kamu udah nggak mau anggap aku sahabat lagi nggak papa. Itu hak kamu. Tapi tolong, dengerin penjelasan aku ... kali ini aja. Biar aku bisa tenang," ucap Kayla menahan tangis.

Kayla berdiri dan menarik tangan Rere ke luar kafe. Menuju seberang jalan karena di sana ada tempat duduk di bawah pohon rindang. Mirip sekali dengan taman.

"Mungkin bagi kamu, aku udah nggak pantes jadi sahabat kamu, Re. Aku tahu pasti kamu juga ngerasa sakit banget. Kamu perlu tahu, aku nggak pernah ada niat buat ngerebut Dokter Araz dari kamu. Bahkan kamu tahu kalau aku dulu jatuh hati sama Kak Fauzan. Yang aku kira dia akan mengajak aku menikah, ternyata aku salah." Kayla mengusap air matanya yang mulai turun. Kenangan bersama Fauzan kembali berputar dalam ingatannya.

"Dan aku tahu bagaimana rasanya saat orang yang kita cintai ternyata memilih menikah dengan orang lain. Bahkan disini aku bukan orang lain, aku sahabat kamu, Re. Aku ngerti gimana sakitnya," ucap Kayla lalu ia menoleh pada Rere. Ternyata Rere sedang mengusap air matanya juga.

"Move on dari Kak Fauzan juga nggak mudah. Bahkan aku harus sampai ke Surabaya untuk bisa benar-benar melupakan Kak Fauzan. Perangai baik Dokter Araz ternyata menarik perhatian aku. Dan, akhirnya aku juga jatuh hati sama dia. Tapi satu hal yang harus kamu tahu, Re. Aku akan mencoba mengikhlaskan perasaan aku ke Dokter Araz."

Rere menoleh setelah mendengar semua penjelasan Kayla, ia ingin bertanya. Namun, Kayla lebih dulu melanjutkan ucapannya, "Kamu tahu kan Re? Sebaik apapun, sehalus apapun kita menolak seseorang. Pasti rasa kecewa itu akan ada di hati. Makanya aku nggak langsung nolak Dokter Araz karena aku nggak mau langsung mematahkan hatinya. Nanti perlahan akan aku beri pengertian kalau aku nggak bisa nerima lamaran dia. Aku mau menjelaskan ini ke kamu waktu itu. Tapi kamu udah keburu salah paham. Nggak papa ... mungkin saat itu kamu udah sakit hati banget." Kayla mengakhiri ceritanya. Rere langsung memeluk Kayla.

"Aku ... udah jadi sahabat yang gagal buat kamu, Kay. Seharusnya waktu itu aku dengerin penjelasan kamu. Tapi aku malah marah-marah dan bertindak kasar. Aku nggak pantes kamu sebut sahabat. Maafin aku, Kay," ungkap Rere sembari terisak.

"Kamu jangan ngomong kayak gitu, Re. Kamu tetap sahabat terbaik aku. Sebelum kamu minta maaf. Aku udah maafin kamu. Maafin aku juga ya."

"Kamu jangan minta maaf. Kamu nggak salah ke aku. Jadi kita baikan ya?" tanya Rere setelah melepas pelukan sembari tersenyum. Kayla mengangguk dan tersenyum.

Hening tercipta diantara mereka cukup lama. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Aku belum ngucapin ulang tahun ke kamu, Kay. Barakallah Fii Umrik. Segala do'a baik untuk kamu, Kay. Kadonya masih aku simpan di hotel. Nanti kamu kirim alamat kontrakan kamu aja. Biar aku kirim nanti."

"Syukron, Re. MasyaAllah. Nanti aku aja yang ke hotel kamu. Sekalian aku mau nganter kamu ke bandara. Padahal kamu nggak perlu repot-repot nyiapan kado. Kamu dateng ke sini aja udah buat aku seneng banget. Titip salam ya buat orang tua kamu," kata Kayla membuat Rere tersenyum.

"Aku udah pikirin ini baik-baik, Kay. Dan aku juga sadar saat keinget ucapan Dokter Araz, bahwa cinta itu nggak dipaksakan. Kita juga nggak bisa memilih untuk jatuh cinta dengan siapa. Jadi kalau kamu dan Dokter Araz saling mencintai, itu bukan salah kalian. Bagaimana jadinya kalau memang Dokter Araz itu jodoh kamu terus kamu tolak dia? Insyaa Allah, aku ikhlas kalau kamu menikah dengan Dokter Araz. Jangan sia-siakan lelaki sebaik Dokter Araz, nanti aku marah sama kamu nih." Rere terkekeh setelah menyelesaikan penjelasannya.

Kayla membulatkan matanya, terkejut dengan penuturan Rere. Semua ini terasa seperti mimpi, "Kamu bercanda ya?" tanya Kayla masih tidak percaya.

Rere terkekeh, "Kayla Kayla. Mana mungkin hal kayak gini aku jadikan bahan bercanda. Aku serius. Apa sih yang nggak buat sahabat tercinta aku ini. Karena mencintai tak harus memiliki. Karena mengikhlaskan menjadi bukti cinta yang sesungguhnya saat bersama menjadi hal yang tak bisa digapai."

***

Rere udah ngasih restu buat Kayla dan Dokter Araz. 😍

Tag me on instagram @ranisseptt_ if you share quotes from this story.

Jadikan Al-Qur'an sebagai bacaan yang utama.

Pinta [Terakhir] | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang