[XVIII] Nirbana

4.7K 599 429
                                    

Yang fana adalah waktu. Kita abadi memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga sampai pada suatu hari

Kita lupa untuk apa

"Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?" tanyamu.

Kita abadi.

.

.

.

.

Sayup alunan lagu dari Maliq & D'essential mengalun lirih berdamping dengan deru mesin mobil Jaehyun hari ini. Ia baru landing di Bandara Internasional Yogyakarta saat waktu menunjukan pukul 8 pagi. Lantunan lagu tadi ia nikmati dengan suguhan semilir angin dari sunroof mobil yang ia buka guna mengusir kantuk.

Menyetir dari Kulon Progo di pagi hari ke pusat Jogja bukanlah perkara mudah kalau ngantuk begini. Kalau bukan karena perdebatan dini hari tentang dimana mereka melangsungkan acara resepsi setelah pelegalan pernikahan dan kontradiksi dari Taeyong yang masih tidak mau mengalah, tentu ia lebih memilih mengkebut tugas barunya di kantor saham Indonesia yang berbasis di Jakarta.

Tinggal satu setengah bulan lagi hingga hari H resepsi pernikahan mereka diselenggarakan. Antara Jakarta-Jogja sudah terasa seperti Malioboro-Kota Gede saja bagi Jaehyun. Bandara pun sudah seperti parkiran kendaraan pribadinya semenjak ia dan Taeyong sibuk mempersiapkan ini-itu. Sungguh luar biasa mencekik ternyata.

"Kenapa nggak tetap di Four Season aja sih, mas? Mending akomodasi ke Oslo buat nyewa jasa pengamanan kalau mas ingin lebih tertutup." Bujuk Taeyong yang kini sedang menemani Jaehyun mengolah sarapan.

Sembari mendengar ocehan Taeyong yang begitu merdu pagi ini, ia meletakan tempe bacem sebagai pelengkap lauk kedalam piring serta menggulung kemeja biru gelapnya hingga siku, siap untuk mengulek sambal terasi.

"Terus kamu mau, jadi buah bibir nyinyir netizen di sosial media besoknya hanya karena video 15 detik yang diunggah tamu lain yang cuma sekedar lewat dengan embel-embel norma negara sendiri?" Ujar Jaehyun sembari melepas apron hitamnya tanpa membuka gulungan kemeja disikunya dan menatap teman sarapannya dengan lamat.

"Big no, dek." Sambungnya. Aroma khas dari ayam goreng balut telur favorit merah mudanya seketika membaui dapur kecil keluarga Lee kala Jaehyun menghidangkannya di depan Taeyong yang cemberut, meski begitu ia mencomot bagian paha dari ayam goreng dan berusaha meniupnya.

Awalnya rencana resepsi pernikahan mereka akan di adakan di Four Season, London dengan tema garden party namun ditengah jalan Jaehyun menolak dengan alasan privasi. Jaehyun memang lah bukan kaum sosialitas atau entertainer, tapi kalau menyangkut isu moralitas dan pelegalan serta nama besar calon istrinya yang sedang naik daun di dunia medis tentu ia lebih memilih untuk berfikir ulang, meskipun harus menghasilkan debat kusir yang cukup sengit. Jaehyun merasa tak bisa abai jika kemungkinan nanti ada berita muncul lantaran orang timur sepertinya nekat melegalkan pernikahannya dengan sang kekasih. Bukan karena status sosial namun lebih kearah privasi dan keamanan pribadi.

Bukan hal yang bisa didebat lagi jika kota ini menyajikan banyak fenomena penghakiman yang sarat akan budaya dan identitas sebagai jati diri sebuah bangsa timur. Mulai dari gerakan anti kaum minoritas sampai kampanye bebas pacaran muncul ke permukaan dan merambah di setiap daerah. Komitmen dan kata pernikahan seolah tak disentuh dan berbeda jalur dengan cinta dan kasih, namun lebih mengedepankan moralitas tanpa batas meski bentuknya artifisial. Tak peduli celap-celup, selingkuh sana-sini asal masih bersetatus jelas dan berorientasi lurus maka hidup seolah aman sentosa.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 10 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Jogja Heat Where stories live. Discover now