Teror Penunggu Pohon Kersen #1

Start from the beginning
                                    

Posisiku sudah agak dekat dengan lapangan olahraga. Dari kejauhan, kulihat ada seseorang sedang berdiri di bawah pohon kersen. Sendirian. Menjelang tengah malam pula.

Motor semakin mendekat. Kini aku bisa melihat lebih jelas. Sepertinya dia seorang nenek-nenek. Terlihat dari posisi berdirinya yang agak membungkuk dan memegang tongkat kayu. Rambutnya gimbal, sedikit berantakan. Dengan kepala yang terus menuduk.

Kuhentikan motor, tepat di samping pohon kersen itu. Bermaksud untuk bertanya apa yang dilakukan si Nenek di sana.

"Nek," sapaku masih duduk di atas motor.

"Nek, ngapain tengah malem berdiri di sini?" tanyaku. Namun nenek itu tidak menjawab. Tetap menundukan kepalanya.

"Nek?" tanyaku lagi. Perlahan, Nenek itu mengangkat kepalanya.

"Astagfirullah." Aku terkejut ketika melihat wajahnya yang rata.

Sialnya motorku tiba-tiba mati. Dari ekor mata kulihat si Nenek sedang memainkan kepalanya. Berputar-putar.

Kupejamkan mata, sambil terus berusaha menyalakan motor. Masih tidak berhasil juga. Terpaksa aku mendorong motor menjauh dari pohon kersen itu. Sambil komat-kamit membaca doa.

Brum!

Akhirnya motorku menyala. Sebelum meninggalkan lokasi, aku sempat melihat di kaca spion. Nenek itu masih berdiri membelakangiku. Tapi, kepalanya berputar 180 derajat, melihat ke arahku. Aku langsung tancap gas, pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah, aku langsung menuju kamar. Berbaring di atas tempat tidur. Mulai mengantur nafas dan irama jantung yang daritadi tak beraturan.

Ya, ini pertama kali aku melihat hantu. Bahkan ketika memejamkan mata pun, wajah si Nenek masih terus terbayang. Entah berapa kali membaca doa, tapi masih belum juga bisa tidur dengan tenang.

Hihihi ....

Suara tawa melengking itu muncul kembali. Kenapa harus sekarang. Di saat aku sedang benar-benar ketakutan.

Aku beranjak dari tempat tidur, menyalakan lampu. Mengambil earphone di laci nakas. Sepanjang malam aku terjaga, sambil bermain game di ponsel. Ketika adzan subuh berkumandang, baru berani melepaskan earphone. Polanya selalu sama, suara-suara itu akan menghilang ketika adzan subuh berkumandang.

Akibat kurang tidur, aku mulai terserang flu berat. Lagi-lagi harus istirahat selama beberapa hari. Mungkin ini yang dinamakan karma, dulu aku sempat meledek teman yang sakit setelah melihat hantu. Sekarang giliranku yang sakit. Beruntung selama beberapa hari terakhir, suara-suara misterius itu tidak menggangguku.

*

Terlalu banyak menghabiskan waktu di rumah. Aku juga kurang 'update' dengan info-info yang beredar di sekitar perumahan. Kebetulan ketika sedang ke Lapangan Kuliner, aku bertemu dengan Dudi, teman main dari blok sebelah.

"Kemana aja lu, Mir?" tanya Dudi ketika melihatku memarkirkan sepeda motor di depan warung Bu Enah.

"Lagi males ke luar aja, Dud."

"Wah, padahal kemaren seru loh di sini."

"Seru kenapa?"

"Tuh pohon kersen bikin rame." Dudi menunjuk pohon kersen di sebrang, di lapangan olahraga. Ya ... tempat aku bertemu dengan nenek muka rata.

"Emang kenapa pohon kersennya?" Aku pura-pura tidak tahu.

"Ada hantu nenek yang ganggu orang lewat."

"Seriusan?" Fiuh, ternyata bukan aku saja yang melihat nenek itu.

"Iye, yang ngeliat udah beberapa warga komplek sini, termasuk satpam," seru Dudi.

CERITA AMIRWhere stories live. Discover now