OTY 50. Kalau Cinta Bilang

Start from the beginning
                                    

"Rasanya usahaku menjadi kakak yang terbaik buat Yerisha hancur dalam sekejap," sesal Ode menundukkan kepalanya.

"Semua berantakan, Der."

Dery menopang dagu. "Karena terlanjur berantakan kenapa kamu nggak coba alternatif lain."

"Alternatif lain?" ulang Ode merasa tertarik.

"Kalau kamu nggak bisa jadi kakak terbaik buat Yerisha, jadilah pacar terbaik buat Yerisha."

Penjelasan Dery membuat Ode menegakkan tubuh. Bagaimana Dery bisa memberinya saran gila semacam itu.

"Nggak. Aku nggak bisa. Aku nggak bisa jadi pacar untuk Yerisha."

"Kenapa nggak bisa? Kamu aja bisa mencium Yerisha, mengapa jadi pacar nggak bisa?" sindir Dery.

Tubuh Ode mematung seketika. "Kamu-tahu? Kok bisa?"

"Ya bisa saja," ucap Dery penuh teka-teki.

Ode melayangkan tatapan tajam pada Dery menuntut penjelasan soal sesuatu yang seharusnya hanya diketahui olehnya dan Yerisha.

"Ada Yerisha," ucap Dery membuyarkan obrolan serius mereka. Dery menunjuk ke arah parkiran yang letaknya tak jauh dari kantin rumah sakit. Ode memandang arah yang ditunjuk oleh Dery.

Yerisha keluar dari mobil bersama dengan Saelin. Dia sangat terkejut melihat Yerisha berada di rumah sakit tempat ia koas. Yang berarti cewek itu menempuh perjalanan sekitar dua jam dari Jogja hanya untuk menemuinya. Tapi kenapa? Bukankah Yerisha membencinya?

***

"Yerisha mau ke mana?" tanya Ode saat keluar kamar ia bertemu dengan Yerisha yang juga sedang keluar kamar.

"Mau ketemu kak Januar," jawab Yerisha tanpa senyuman seperti biasanya.

Bertemu lagi??? Baru sejam lalu mereka berpisah dan sekarang mau bertemu lagi? Jelas hal itu menyisakan pertanyaan besar di benak Ode.

Yerisha, bisa nggak kamu tak perlu berdandan secantik itu hanya untuk bertemu Januar? Ode ingin mengatakan kalimat itu, namun terlalu sulit mengutarakannya. Yerisha sama sekali enggan memandangnya.

Yerisha nampak terburu-buru karena Januar sudah menunggunya. Sebagai permintaan maaf, Januar ingin mentraktirnya. Ditawari makan gratis, mengapa ia harus menolak? Toh mama papanya juga belum pulang, ia tak ingin merepotkan bi Lastri dengan memintanya membuat makan malam untuknya.

"Yerisha, bisa nggak kamu nggak perlu pergi?"

Yerisha yang berada di dekat tangga menghentikan langkahnya. Dia berbalik, menatap Ode yang berdiri di depan kamarnya dengan rambut basah, pertanda pemuda itu baru selesai mandi.

"Kenapa? Kenapa aku nggak boleh pergi?"

"Aku nggak ingin kamu pergi."

"Iya, tapi kenapa?"

"Papa dan mama dalam perjalanan pulang, mereka membawa makanan dan-"

"Kamu saja yang makan," jawab Yerisha tak peduli.

Ode melangkah, mendekati Yerisha yang masih berdiri di dekat tangga dengan raut bingung. Langkah Ode berhenti di depan Yerisha, membuat gadis itu mendongak, beradu pandang dengan Yerisha.

"Oke, kamu boleh pergi tapi ada syaratnya."

"Syarat?" Yerisha tak habis pikir dengan Ode, mengapa pemuda itu bersikap seperti kakak sungguhan dengan membuatnya kesulitan pergi.

"Saat ada lelaki yang menurut hatimu tak pantas untukmu melakukan ini, tolong tampar dia," mohon Ode dengan raut sendu. Ya setidaknya ini usaha terakhirnya sebagai kakak.

ODE TO YOUWhere stories live. Discover now