OTY 43. Ode, Yerisha, dan Perasaan

765 167 12
                                    

Yerisha kehilangan fokus, dengan kertas berserakan di lantai kamarnya yang berisi outline-outline cerita yang tengah dibuatnya yang mendadak buntu

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

Yerisha kehilangan fokus, dengan kertas berserakan di lantai kamarnya yang berisi outline-outline cerita yang tengah dibuatnya yang mendadak buntu.

Akhir-akhir ini terlalu banyak hal yang dipikirkannya yang otomatis merusak fokusnya untuk menulis. Mungkin lebih baik untuknya beristirahat sejenak agar otaknya lebih fresh. Dia bangkit lalu berjalan ke arah kasur dan langsung menghempaskan tubuhnya ke atas kasur empuk miliknya. Dengan posisi telungkup, ia menyembunyikan wajahnya di bawah bantal.

Ingatan Yerisha terbang ke peristiwa Minggu kemarin saat Ode mengatakan sudah menemukan papanya.

Yerisha ingat betul rasa sendu penuh luka di wajah Ode.

"Aku menemukan papaku, Yer."

Saat itu Yerisha bingung harus menanggapi apa, takut salah omong dan berakhir menambah luka di hati Ode. Dia memilih diam, menunggu Ode melanjutkan kalimatnya walau butuh waktu.

"Aku bingung, Yer. Bingung dengan perasaanku sendiri, di satu sisi rasa benci karena beliau tak pernah mencariku dan mama, namun diri sisi lain aku merasa lega mengetahui beliau baik-baik saja."

Yerisha bisa memahami perasaan Ode. Kebingungan yang dirasakan pemuda itu sangat wajar. Ode punya alasan kuat membenci papanya, tapi rasa benci itu tak serta Merta membutakannya, Ode tetaplah Ode yang baik di mata Yerisha. Kalau Yerisha yang berada di posisi Ode, pastilah ia akan membenci setengah mati lelaki itu, bila perlu Yerisha ingin membuat hidup lelaki itu menderita. Tapi, Ode berbeda dengannya. Sangat berbeda.


"Sebenarnya aku ingin menemui beliau, Yer tapi aku ragu—"

Dan Ode yang lebih mementingkan orang lain di atas dirinya membuat Yerisha kadang kagum namun juga bikin gemas.

"Beliau sudah hidup bahagia."

Kamu juga berhak bahagia, De. Kamu juga berhak mendapat pengakuan untuk membuktikan tuduhan semua orang tentang dirimu yang disebut anak haram itu salah, Yerisha ingin berkata demikian namun mulutnya tak mau berkompromi.

Daripada kalimat-kalimat untuk menenangkan Ode yang gundah, Yerisha lebih memilih menggenggam tangan Ode, memberi semangat pada pemuda itu untuk tetap kuat. Ya, Yerisha yakin Ode kuat. Selama ini pemuda itu kuat, dan Yerisha berharap pemuda itu akan selalu kuat.




"Yerisha, mama bawakan camilan buatmu," panggilan mama dari balik pintu kamarnya membuat Yerisha tersadar dari lamunannya. Buru-buru ia menuju ke arah pintu untuk membukakannya. Mama sudah berdiri di depan kamarnya dengan membawa nampan berisi setoples kripik singkong dan segelas teh hangat.

"Ma, nggak usah repot-repot. Nanti Yerisha bisa ambil sendiri kok."

"Mama nggak repot kok sayang," ucap mama memasuki kamar Yerisha dan menuju ke arah meja belajar. Beliau melirik kertas-kertas. Tanggal berserakan di lantai.

ODE TO YOUOnde as histórias ganham vida. Descobre agora