1K 198 26
                                    

️ My Hater Next Door ✍️

"Terima kasih, selamat datang kembali," Jennie mulai memberikan struk harga kepada si pengunjung yang baru saja membayar dengan senyum selintas sebelum akhirnya pengunjung pria berusia 20 tahunan itu meraih belanjaannya dan keluar dari sevel.

Tak lama tiba-tiba ponsel Jennie berdering. Bukan mengindikasikan adanya panggilan, tapi alarm yang telah Ia pasang baru saja berdering. Ditambah bel yang berada di atas meja yang juga sudah berdering sekilas.

Wanita dengan rambutnya yang kali ini Ia gulung secara acak itu tampak tersenyum simpul. Cepat-cepat dirinya keluar dari meja kasir menuju gondola tempat produk makanan disusun. Dirinya mulai mengambil beberapa makanan yang sudah masuk masa kedaluarsa beberapa detik yang lalu itu. Ia mulai mengunci meja kasir untuk keluar sejenak menikmati makanan yang belum lama kedaluarsa itu.

Tangannya gesit membuka satu bungkus roti dengan isi kacang merah dan melahapnya dengan semangat. Terdengar sedikit berlebihan, tapi rasanya ini adalah kali pertama seorang Kim Jennie kembali merasai makanan sevel. Uangnya lebih berharga untuk bisa dikumpulkan untuk bertemu Minhyun ketimbang harus Ia habiskan membeli makanan di sevel. Rasa roti kedaluarsa ini masih dapat menggoyangkan lidah. Atau Jennie yang terlalu lapar?

Baru akan membuka snack kedua, Jennie tiba-tiba dapat mendengar geresah-gerusuh yang terdengar dari samping bangunan sevel. Jennie sudah bisa menyimpulkan bahwa ada perkelahian di dekat sini. Ia tak ingin ikut campur, tapi suara gerusuh itu mengganggu pesta makan tunggalnya kali ini.

Dengan mata yang Ia putar malas, wanita itu mulai beranjak dari kursi, meninggalkan makanannya sebentar untuk mengecek apa yang sedang terjadi di samping bangunan sevel saat ini.

Langkah santainya itu mulai menelusuri jalanan. Ia menemukan empat orang pria muda dengan satu orang yang terlihat tertindas. Terlihat pria yang menjadi korban penindasan itu juga memakai seragam sevel yang serupa dengan yang Jennie pakai saat ini.

Jennie mendengus sambil tersenyum hambar melihat ketiga pria muda yang terlihat sangat pro menindas si pria muda satu lagi, "Bocah tengil," gumamnya.

Jennie mulai mendekat, berjalan layaknya preman pemilik seluruh jalan di sekitar sini, "lepasin Dia," katanya dengan nada bicara begitu santai.

Sontak ketiga pria muda bersama satu yang ditindas itu menoleh dengan tatapan tak suka, "Lu siapa? Gak usah sok ikut campur!".

Jennie kembali tersenyum culas, "Gimana, ya? Gue juga gak mau ikut campur. Tapi kalian gangguin ketenangan makan malam gue. Jadi gue harus bertindak, kan?" katanya santai.

"Jadi, sebelum hal-hal gak enak terjadi, mendingan lo bertiga lepasin Dia, oke? Gak mau di cap banci, kan karena kena pukul sama perempuan?" Jennie lagi-lagi mengintimidasi dengan senyum culasnya.

Salah satu dari mereka yang sempat berbicara tadi tampak menggeram. Tangannya bahkan terlihat mengepal, "Tante-tante sok jagoan!" teriaknya mulai melangkah mendekati Jennie.

Gadis itu hanya bisa tertawa hambar mendengar ucapan bocah tengik itu barusan, "Tante-tante, ya?" katanya lagi-lagi dengan senyum culas sekilasnya.

Tangannya langsung terangkat ketika ketiga pria muda itu mulai mendekat dan,

PLAAAAAK!!!!!

Satu buah tamparan keras mengenai pipi pria muda yang berjalan paling depan hingga badannya sedikit terpental, "Ups! Tante gak sengaja, adik kecil," katanya sarkas sambil menampilkan senyum culasnya itu.

My Hater Next DoorWhere stories live. Discover now