VII

118 13 0
                                    

Seperti yang direncanakan sebelumnya, hari ini Dzaky akan  latihan futsal bersama Alan dan juga rekannya yang lain setelah jam pelajaran sekolah berakhir.

Setelah mengganti seragamnya, Dzaky menuju ke arah lapangan futsal. Semangatnya agak berkurang hari ini. Biasanya, Raya dengan segala ocehan dan kecerewetannya akan membuat suasana riuh.

Dzaky menggeleng pelan, lalu masuk ke lapangan, berusaha untuk fokus. Meskipun latihan, tetap tak boleh untuk tidak serius.

__

Sekitar hampir dua jam berlalu, mereka memutuskan untuk menyudahi sesi latihan kali ini. Dengan tubuh berkeringat mereka meninggalkan lapangan, duduk di kursi yang ada di tepi untuk sejenak istirahat sebelum kembali ke rumah Alan.

"Lo kenapa hari ini bro? Kek aneh"

"Masa"

"Iya"

"Hmm"

"Gak mau cerita sama gue?"

"Cerita apaan"

"Ya kali aja mau cerita. Gue tau kali lo ada masalah sama Raya".

"Tau dari mana?"

"Di kelas lo dicuekin. Latihan gak ditemenin"

"Segitunya lo perhatian sama gue. So sweet"

Dzaky berusaha menyenderkan kepalanya ke bahu Alan.

"Idih. Ngapain lo. Udah ga normal lagi?"

Alan menjauhkan kepala Dzaky dengan tangannya. Juga memberi jarak terhadap duduk mereka.

"Ck. Gue becanda kali" Dzaky berdecak.

"Ya udah. Kuy pulang"

Dzaky mengambil tasnya. Menghampiri Alan yang telah berjalan keluar lapangan terlebih dahulu

__

"Lan. Menurut lo, apa bisa gue tahan selamanya sama sikap cemburuan Raya yang berlebihan itu?"

"Memang ada masalah apa lagi"

"Jadi gini, kemaren sore itu Kak Tama minta tolong ke gue buat nganterin dompet ke seorang cewek, penumpangnya, sialnya pas pulang hp gue ketinggalan di mobil"

"Trus?"

"Jangan keterusan, rem dikit, ntar nabrak"

"Kampret. Terusin cerita lo"

"Dan ternyata dia telfon beberapa kali, ngechat juga. Kan gak gue respon tu. Dan malam baru gue sadar. Pas dihubungin lagi, dianya nanya. Gue jujur. Dianya marah"

"Marah karena?"

"Ya itu. Gue gak tau"

"Cemburu kali"

"Masa gitu aja cemburu. Gue aja gak kenal sama tu cewek"

"Eh. Kenal gak sih namanya kek gini. Tau mukanya. Tau namanya tapi gak kenalan. Orangnya juga gak mau diajak kenalan" gumam Dzaky dalam hati.

"Gue juga bingung. Kalau ragu mending stop aja. Kasian juga gue kalau lo sering di kekang gitu"

"Gak dikekang juga sih. Tapi ya, bingung gue gimana jelasinnya"

Dzaky menghentikan pembicaraannya. Alan juga tak lagi merespon. Dia sengaja memberikan ruang bagi Dzaky untuk berfikir. Dzaky mengarahkan pandangannya kedepan. Perjalanan pulang terasa sepi kali ini.

__

Alan menggedor pintu kamar mandinya.

"Woi buruan"

"Iya bentar"

"Kok lama sih. Luluran lo?"

"Iyaa"

"Buruan woy. Gue duluan ni"

Dzaky membuka pintu kamar mandi.

"Handsome boy is coming"

"Jijik"

"Apaan sih berisik. Ngerusak mood mandi gue aja"

"Lo sih mandinya lama"

"Kan biar tambah ganteng"

Alan mendelik, mengerutkan kening.

"Mau tebar pesona lo?"

"Gak ditebar  pesona gue juga udah kemana-mana"

"Sok ganteng. Najis"

"Gue emang ganteng. Makasih"

"Kebanyakan ngomong lo. Buruan siap-siap"

"Iya bawel"

Setelah dirasa cukup, mereka berdua keluar dari kamar Alan menuju ke bawah. Acara akan dilakukan di taman belakang. Bukan acara yang terlalu besar, melainkan hanya sekedar kumpul keluarga dan makan bersama.

Dzaky sendiri? Bukan keluarga, tapi sudah sangat akrab dengan keluarga ini.

"Malam om, tante"

"Malam Dzaky. Kamu sendirian aja? Gak ngajak abang kamu?"

"Enggam om. Kebetulan tadi Dzaky kesininya bareng Alan pas habis latihan"

"Oh. Oke. Kamu jangan sungkan ya. Anggap aja rumah sendiri"

"Ni orang mana punya urat malu pa" Alan menyela.

"Alan. Gak boleh ngomong gitu" mama Alan menepuk pundak anak tunggalnya itu.

"Gak apa-apa tan, santai aja. Dzaky gak baper kok"

"Ngobrolnya udahan ya ma, pa. Alan mau ngambil makanan dulu. Laper"

"Iya. Iya"

Alan dan Dzaky beranjak menuju makanan yang tersedia disana. Mengambil beberapa yang menurut mereka menarik untuk disantap. Setelahnya mereka mengambil posisi untuk makan.

Acara berlangsung lancar malam itu. Suasana hangat khas keluarga sangat terasa. Dzaky mendadak rindu dengan kedua orangtuanya. Namun, ia tak boleh terlihat sedih saat ini.

"Bro. Lo kangen ya sama ortu?"

"Kangen sih bro. Ya gimana lagi ini udah resiko kami. Gak mungkin juga harus ikut"

"Lo bisa kok anggap mama papa gue sebagai mama papa lo juga"

"Thanks bro" Dzaky melihat Alan sekilas disertai tersenyum tulus, lalu melihat lagi kebawah. Saat ini mereka telah berada dikamar Alan dilantai dua, tepatnya di balkon.

"Bro, gue masuk bentar mau ke toilet"

"Yoi, ngapain pake izin segala"

"Ntar lo kehilangan"

"Ish. Kagak"

Lagi, Dzaky melihat kebawah, kearah taman tempat acara tadi berlangsung. Seolah ingin mencari kedamaian disana.

"Dia?"

Matanya terfokus kesuatu arah. Dan berhenti cukup lama disitu.







Selamat membaca 😊

Jangan lupa vote ya..

Tinggalkan komentar kalian juga.. 

💜💜

PetrichorWhere stories live. Discover now