Saat Ervan menulis list barang, handphoneku yang diletakkan di lantai berbunyi. Tanda pesan whatsapp masuk. Begitu kulihat ternyata dari Mas Yudha. Sudah 3 bulan aku dan Mas Yudha chatan melalui whatsapp. Kami belum sempat bertemu lagi setelah Pendidikan Karakter. Karena Mas Yudha ditugaskan di Banyuwangi selama 3 bulan katanya.

Mas Yudha🌻

Dek, sabtu besok free gak? Alhamdulillah Mas baru aja pulang tugas. Mas rencana mau ngajak ketemuan sama adek.

Senyumku merekah melihat percakapan darinya. "Kenapa senyum senyum nye?" Aku mendongak melihat Fauzan yang mengajakku berbicara.

"Gak ada," balasku. Tidak ada yang tau jika selama ini aku saling bertukar pesan dengan Mas Yudha. Bahkan sahabatku sendiri tidak kuberi tahu.

|▪|▪|▪|▪|▪|

Hari ini aku dan Mas Yudha berencana untuk ketemuan. Kulihat diriku yang sudah rapi di cermin yang sengaja diletakkan di ruang tamu.

"Kamu mau kemana nak?" Aku menoleh menatap ibu yang sedang mengaduk secangkir teh.

"Keluar," balasku cepat. Lalu mengambil tas berniat untuk keluar.

"Sama siapa? Sama Daneen?"

Aku memilih sepatu sandal yang benar benar pas dengan styleku. "Bukan," jawabku tidak menoleh pada ibu.

"Sama siapa nak Fauzan?"

"Bukan."

Setelah berucap seperti itu, aku langsung keluar. Tidak menjawab pertanyaan ibu lagi. Dia masih memanggil diriku tetapi aku tidak peduli. Karena dia aku dicemooh orang lain dan aku benci itu.

Disepanjang jalan, orang orang menatapku remeh. Terkadang mereka berbisik bisik. "Weh mau kemana nih cantik amat," ujar Daneen di pagar rumahnya. Dia menggunakan kaos oblong dan celana pendek sembari memegang sekop.

"Ada deh. Rahasia. Kalo ibu tanya ke kamu bilangin aja lagi beli buku," kataku.

"Gak boleh bohong."

Aku hanya mengangkat bahu tidak peduli. "Ngapain?" tanyaku.

Daneen menatap sekopnya lalu menunjuk tanaman yang baru dia tanam. "Tanaman perdamaian," jawabnya. "Mau jalan sama Mas Yudha ya?" tebaknya.

"Kok tau?"

Daneen menunjuk ke arah gang. "Tadi ketemu sama orangnya waktu beli cilor. Untung dia gak tau kalo aku lewat depannya. Udah gak kerudungan pake celana pendek lagi," jelas Daneen.

Aku mengangguk angguk mendengar penjelasannya. "Iya bener. Tapi jangan bilang temen temen ya."

Dia mengangguk sambil tangannya bergerak seolah olah mengunci mulutnya. "Tapi masa ganteng doang jemput cewek dipanggang," katanya meniru ucapan orang yang ada di tik t*k

"Ya kalo jemput depan rumah yang ada jadi gibahan tetangga. Nanti tetangga bilang gini... liat tuh si Anye yang kaya gitu bisa dapet cowok kaya gitu."

Daneen tertawa mendengar perkataanku. "Kamu aja digibahin gitu ya nye. Apalagi aku kalo dijemput pangeran dari negeri antah berantah atau CEO muda yang dingin."

"Iya halu yang bagus Daneen. Sekarang kembali mengcangkul tanahnya," balasku.

"Idih. Sana deh berangkat. Ntar bang Yudha pulang gara gara kamu kelamaan," ujar Daneen lalu berjalan ke halamannya lagi. Dia benar benar terlihat seperti pekerja keras.

Aku melanjutkan langkahku yang sempat tertunda tadi. Benar saja yang diucapkan Daneen, Mas Yudha sedang ada di depan gang sembari duduk di motornya dan bermain handphone. Dia benar benar terlihat tampan dengan kaos putih dibalut jaket hitam dan celana jeans. Begitu menyadari kehadiranku, dia langsung meletakkan handphonenya ke dalam saku.

Mas Yudha tersenyum. "Style kamu bagus." Itu adalah ucapan yang pertama kali dia lontarkan.

"Makasih mas," balasku.

"Cantik," gumamnya pelan

"Apa mas?" tanyaku untuk memastikan pendengaranku benar atau tidak.

Mas Yudha hanya menggeleng sambil tersenyum.

|▪|▪|▪|▪|▪|

Terima kasih yang sudah membaca. Jangan lupa untuk vote dan comment.

Maaf ya kalo alurnya lambat banget. Kalian sabar sabarin baca ini karena konfliknya baru keluar sekitar eps 15an.

Tetap menyerah jangan semangat💪

Salam,

Elga senjaya

6 Maret 2021

Bunga Anyelir [#2.SGS]Where stories live. Discover now