Error : Chapter 23

Start from the beginning
                                        

Sebuah fakta yang harus didedahkan bahwa seorang Kim Taehyung bukanlah manusia berjiwa Psikopat.

Kini usai jam sekolah Sinb menyuruh Taehyung mampir ke rumah. Di sana ada Paman Jung juga Eunha yang dipinta oleh Sinb untuk segera pulang semata-mata demi membahaskan masalah ini.

Masalah ini menyangkut Taehyung, tapi Sinb malah membuka suara. Mencurahkan setiap perkara yang didengarkan dari Taehyung. "....dan aku berharap Paman setidaknya bisa mendermakan biaya yang cukup untuk membantunya melawan penyakit ini"

Penceritaan Sinb membuatkan Paman Jung mendengus berat. Bukan karena terbebani untuk menanggung kos perubatan anak itu, melainkan rasa hampa tatkala fakta yang seharusnya diketahuinya bertahun-tahun dahulu kini baru sekarang didedahkan kepadanya.

Paman Jung sejenak memijat Jidatnya lalu beralih menatap Taehyung. "Kenapa baru sekarang kamu membuka suara tentang ini, justru jika Sinb tidak pindah ke Kota dan kalian tidak saling kenal–apakah selamanya kau baik-baik saja menjalani alur hidupmu seperti ini sedangkan kenyataannya kamu masih berhak mendapatkan kehidupan yang normal persis siswa-siswa lain"

Taehyung seolah tertegun begitu mendengarkan setiap perkataan Paman Jung. Namun dibalik wajah yang menunduk suara beratnya masih sigap untuk merespon. " Tapi faktanya aku memang melukai mereka dengan tanganku sendiri meski aku tidak sadar apa yang sudah ku lakukan. Bukankah itu sudah cukup jelas"

"Tapi pembunuhan yang disengajakan dengan pembunuhan atas dasar dikendalikan–itulah adalah dua definisi yang berbeda!" Bentak Eunha hampir saja membanting meja kalau Sinb lambat mencegahnya.

Taehyung sendiri hanya mampu diam, tak berkutik. "Maaf.." ucapnya rapuh.

Meski kalimat itu singkat, namun nyatanya itu membawa pengaruh yang besar terutama bagi Paman Jung. Lantas menyebabkan dirinya sadar bahwa ia aslinya tidak akan bisa menanam rasa kekecewaan itu pada Taehyung untuk waktu yang lama.








-000-

Berkait kasus penyakit Taehyung yang sudah diketahui pangkalnya, Paman Jung kini mengambil inisiatif menghubungi Dokter yang terdekat untuk menerima saranan perihal penyakit yang dihadapi Taehyung.

Langkah awal mula diambil dengan menjalankan pemeriksaan ringkas kepada Taehyung.

Setelah pemeriksaannya selesai barulah Sang Dokter lansung mengabarkan kepada Paman Jung tentang hasil dari pemeriksaannya. Kini terbukti lah bahwa penyakit yang membebani Taehyung selama ini ternyata sangat bertentangan dengan fitur-fitur seorang Psikopat.

Melainkan lebih kepada masalah Depresi. Tapi sedikit berbeda karena seorang yang mengalami masalah itu akan lebih cenderung untuk mengancam nyawanya sendiri. Berbeda dengan kasus Taehyung yang justru bakal merugikan keselamatan orang-orang sekitarnya.

Tepat jam 9 malam kegiatannya selesai. Dokter yang dipanggil Paman Jung untuk menangani penyakit Taehyung juga sudah beransur pulang. Tinggal lah Taehyung yang masih berada ruang tamu sambil duduk berhadapan Paman Jung.

"Setelah ini setiap bulan kamu harus menjalani rawatan untuk mengamankan emosi serta pikiranmu dari terus terbebani masalah." Seru Tuan, sesuai nasihat Sang Dokter untuk mencegah gangguannya kambuh.

"Baik Paman. Ta-tapi aku harus menyimpan uang terlebih dahulu–"

"Tidak perlu karena Paman akan membiayai setiap dari kos perubatanmu sehinggalah penyakitnya pulih dan kamu bisa hidup kembali layaknya manusia normal."

Taehyung tidak bisa menyembunyikan air matanya. Sungguh ia bersyukur di saat dirinya terombang-ambing untuk meneruskan kehidupan, lelaki paruh baya itu sering berada dibelakangnya. Bahkan dengan sigap mendukungnya dengan cara apa sekalipun.

"Terima kasih..." Hanya itu yang mampu diucapkan oleh Taehyung bagi melampiaskan segala rasa terima kasihnya.

"Sama-sama"

"Pulanglah, memandangkan besok kamu masih harus sekolah" Ucap Paman Jung.

Taehyung mengukirkan senyuman tipisnya lalu bangkit dari duduk dan setelah pamit lantas langkahnya maju ke arah pintu masuk. Ia menyarung sepatu sekolahnya dan ketika posisinya tiba di pintu gerbang, tubuhnya bertembung seseorang.

"Eunha?"

"Bisa kita bicara–cuman sebentar"









-000-

Oleh karena kehendak Eunha yang mau berbicara secara privasi, lantas mereka terpaksa menyusur keluar dari kediaman bagi menemukan lokasi yang pas. Beruntung Paman Jung memberi kelonggaran asalkan Eunha pulang sebelum jam 10.

Pada hujungnya mereka sependapat mampir ke sebuah taman bunga, tak jauh dari jarak ke rumah Eunha. Lantaran di sana suasananya cukup tenteram dan lumayan hening, ditambah tak banyak orang yang sering menjenguk ke sana.

"Sekarang silakan kau bicara ke intinya saja, kau juga harus segera kembali bukan" Seru Taehyung dihantui rasa khawatir, andai ada yang diam-diam memerhatikan mereka, malah sampai menuding mereka melakukan hal-hal sumbang.

"Apa kabar baik yang kau terima, hasil dari pemeriksaan tadi?"

"Penyakit yang ku tangani selama ini masih memiliki kesempatan untuk sembuh, asalkan–aku menjalani terapi secara kerap"

"Baguslah begitu"

Sekilas mata Taehyung membulat dan refleks kepalanya menegak. "Tapi Appa mu terpaksa membiaya setiap kos perubatanku dan aku percaya itu tidak murah."

"Semahal apapun itu, demimu aku yakin Appa akan siap melakukan apa saja, Malah selama ini sudah melayani kau layaknya darah daging. Jadi mustahil untuk dia lepas tangan" Tutur Eunha sembari mengusap pundak lelaki itu.

Taehyung yang menerima setiap perilaku manis Eunha tak kuat mengasingkan sebuah senyuman. Justru lelaki itu berharap lebih, setidaknya Eunha memeluknya atau tidak menyalurkan tatapan istimewa lewat mata bulat gadis itu.

Suasana yang berawal hening, semakin dibuat sepi. Padahal niat asal mereka bertemu bukankah atas dasar membahaskan sesuatu. Namun baik Taehyung, mahupun Eunha sama sekali tak ada yang bersuara.

"Mmm...Eunha, katanya kau punya sesuatu ingin diobral–kan denganku. Tapi kenapa kau malah diam sedari tadi"
Pada akhirnya Taehyung lah yang terpaksa menyerikan suasana.

"Soal itu..."

"Itu bukan hal yang penting sebenarnya"

Taehyung menegakkan tubuhnya sejenak lalu menyampingkan posisi tubuhnya supaya sempurna mengamati wajah Eunha. "Katakan saja, sebelum pertemuan kita berakhir"

Eunha terlihat menghelakan nafasnya. "Setelah ini kau sudah bisa melanjutkan kehidupanmu seperti manusia normal. Untuk kedepannya kau pasti memiliki banyak teman dan orang-orang yang berada di belakangmu sebagai pendorong untuk kau tinggalkan kehidupan waktu silammu. Tapi selama tempoh untuk kau memperoleh hal itu, Aku berharap kau akan tegar dan perdulikan hal sekeliling yang hanya akan menyekat jalanmu"

"Ku harap begitu, Eunha" Lirih Taehyung.

"Tapi sayang...Jimin tidak ada bersamaku, membantumu melewati semua in...hiks"

Seketika Taehyung tersentak kala mendengarkan suara tangisan dari arah sampingnya. Ternyata Eunha sudah terlanjur mengalirkan air mata, tanpa ia sedari.

Lantas dengan sigap Taehyung mendekap tubuh Eunha dengan erat, bertujuan meredakan tangisan gadis itu. Menenggelamkan wajah yang dihiasi air mata itu masuk ke dalam pelukan hangatnya.

Sedangkan Eunha yang awalnya hanya diam tak berkutik, membiarkan tangisnya surut dengan sendirinya. Namun rasa gundah itu menjalar pada urat saraf nya, hingga hujungnya perasaan itu kini tak tertampung dan berakhir tangannya ikut mengalung pada pinggang Taehyung.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
,
,
.
.
Tbc....

Jgn diambil serius sm alur ny, misal ny fakta-fakta yg ada di sini...karna semua ny hanya asal  ngarang, ga ada nyangkut ama realitas ny..

ngomong2....akhirnya mereka akur guys🎉🎉, sumpah capek dibikin konflik terus..lagian author ny lg ngidam momen sweet ny euntae nih 😍😍😍

Semoga kalian bakal stay ama ff ini sampe ending, Anyeong~~

Error ( Taehyung & Eunha ) ENDWhere stories live. Discover now