02. Apa salah ku?

881 137 91
                                    

Andai saja tuhan memberi—sedetik saja merasakan bagaimana rasanya keluarga yang harmonis dan sempurna.

~Rindu

——Happy Reading——

Vote dulu yup!!

Rintikan demi rintikan hujan menetes ke bumi, membasahi semua yang berada didekatnya, tampa terkecuali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rintikan demi rintikan hujan menetes ke bumi, membasahi semua yang berada didekatnya, tampa terkecuali.

Kini ku berteduh di salah satu halte yang berada dipinggir jalan.

Kurang lebih sudah dua jam aku menunggu hujan reda, agar dapat pulang ke rumah tanpa sedikitpun basah.

Ku gosok-gosok tanganku agar rasa dingin ini sedikit berkurang.

"Huff, sampai kapan hujan ini akan reda?

Dan—kenapa tidak ada angkutan umum yang melintas?" gumamku seraya disela-sela kebisingan hujan.

Pandanganku lurus ke depan menatap rintikan hujan yang perlahan-lahan terdengar menimbulkan nada yang abstrak tapi cukup indah untuk di dengar.

Dari arah kanan yang yang tak jauh dari halte seorang gadis kecil terlihat kegirangan bermain air hujan.

Kulirik lagi dia, nampak tak jauh dari gadis kecil itu terdapat seorang wanita, bisa ku tebak pasti dia ibunya. Wanita itu dengan langkah besar, cepat-cepat dia berjalan kearah gadis kecil tersebut dengan spontan langsung menggendong gadis kecil itu,  menegur anaknya dengan wajah cemas.

"Aku ingin bermain hujan ibu!" Pinta anak kecil itu langsung melompat dari gendongan ibu. "Ayok bu kejar aku!"

Lantas mereka akhirnya sama-sama bermain kejar-kejaran di bawah hujan yang sudah hampir reda. Tawanya sangat hangat dilihat dari kejauhan

Sedikit senyum tiba-tiba terukir di bibirku. Gambaran itu seperti memori yang melintas di pikiranku. Aku sangat merindukan dia, masih merindukan sampai detik ini.

"Mami— kenapa aku selalu menjadi gadis cengeng saat melihat mereka yang masih memiliki kasih sayang sang ibu?

Aku rindu ketika masa-masa kita bermain hujan seperti dulu, seperti dulu mi." tangisan ini mulai pecah.

Sudah kurang lebih sembilan tahun aku tak bertemu dengan dia, sosok wanita yang selalu merawat ku.

Tak lama hujan pun reda, aku menghela nafas

"Sepertinya transportasi kali ini hanyalah dengan berjalan kaki, apa boleh buat."

Aku mulai melangkah. Melangkah demi langkah kaki menempuh jalan yang sedikit tergenang air hujan. Baju seragam ini nampak sedikit kotor karna terkena percikan tanah.

Memeluk Rindu [TAMAT] [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang