~Bagian 4~

15 5 3
                                    

~Happy reading~
🐻🐻🐻

"Lo gak ikutan lagi nih, Re?" tanya Diza ketika Rea mengeluarkan sebuah novel dari dalam tasnya begitu bel tanda istirahat berbunyi dan guru yang sedari tadi mengajar sudah keluar.

"Yap. Gue nitip, Diz. Sosis goreng dua tusuk sama es teh manis." Rea merogoh sakunya dan memberikan selembar uang ungu kepada sahabatnya itu.

"Okay."

Sepeninggalan Diza, Rea mulai membuka halaman demi halaman novelnya itu. Berusaha fokus di tengah romansa yang bertabur antara sang Dylan dan Milea-nya.

'Kali ini lo beruntung gue lepasin.'

Kilasan memori kemarin sore menyeruak dalam benak Rea. Tubuh gadis itu merinding ngeri membayangkan cowok yang memperkenalkan dirinya sebagai Ares itu mengatakan hal itu dengan nada mengancam dan tak lupa tatapan yang membunuh. Cowok itu seolah menyiratkan 'Lo gak bakalan bebas lagi kalau sampai kita bertemu kembali'.

Rea menghela napas pelan. Bagaimana ini? Rea dan Ares les di tempat yang sama. Rea tidak bisa membayangkan hal-hal seperti kemarin terjadi lagi. Haruskah Rea pindah tempat les? Ah, tidak! Ibunya sudah membayar mahal agar dirinya bisa menambah pengetahuan selain di sekolah. Itupun harga yang pernah dibayarnya hanyalah hasil diskon. Kembali, Rea menghela napas pelan.

"Woi Dek, Naya mana?" Suara dari arah pintu kelas membuyarkan lamunan Rea. Gadis itu menoleh, dan mendapati sosok yang kemarin datang mencari Naya berdiri dengan cueknya di ambang pintu.

"Dek?" Rea seolah mencerna maksud 'Dek' dari cowok itu. Apakah cowok itu adalah kakak kelasnya?

"Ya iyalah. Lo itu adek kelas gue. Masa lo gak kenal gue, sih?!" cecar cowok itu dengan nada yang meninggi.

Rea menggeleng pelan. Ia memang tak tahu cowok di hadapannya itu. Jangankan tahu, lihat mukanya saja baru kemarin Rea melihatnya.

"Lo itu kudet atau cuman caper, sih?" tanya cowok itu. "Ingat baik-baik nama gue. Daniel Geraldo."

Daniel Geraldo? Ah, Rea seperti tidak asing dengan nama itu. Rea berusaha mengingat. Apakah ia pernah bertemu cowok itu sehingga namanya terdengar tak asing?

"Yaelah malah ngelamun. Gue datang bukan mau liat lo ngelamun. Gue cuman mau nanya Naya dimana? Disuruh sama Bu Nia ke ruang guru." Setelah mengatakan itu, Daniel melangkah keluar bersamaan dengan Rea yang tersentak dari pikirannya dan sudah tidak mendapati Daniel di tempatnya berdiri tadi.

Sementara di luar kelas, Daniel menyeret sahabatnya menuju kantin. Langkahnya sedikit cepat sehingga membuat cowok yang diseretnya itu bingung.

"Lo kenapa sih?" tanya Ares. Ia menyentak tangannya sehingga lepas dari cengkraman Daniel.

Daniel menghentikan langkahnya. Ia sedikit mengacak rambutnya pelan. "Gue juga gak tau."

****

Kring.... Kring.... Kring....

Bel tanda masuk sudah berbunyi. Semua siswa berbondong-bondong memasuki kelas. Rea yang awalnya berada dalam kesendirian kini sudah didatangi teman bangkunya, Diza, dan teman-teman lainnya. Mata Rea menelusuri Naya. Segera saja ia menghampiri gadis tembem yang baru saja mendudukkan tubuhnya. "Nay, dicariin Bu Nia tuh."

Terdengar hela napas keluar dari mulut Naya. "Baru aja duduk, udah dipanggil aja," gerutu gadis mungil itu. Naya kemudian berdiri dan menarik lengan Rea. "Lo temenin gue ya!" ajak Naya.

Rea menahan langkahnya dan menahan lengan temannya itu. "Tapi kan Pak Muhsin bentar lagi masuk," jawab Rea yang membuat Naya berdecak. "Lo tuh anak emasnya Pak Muhsin. Bolos bentar aja gak papa." Kemudian Naya menarik Rea yang pasrah untuk keluar kelas bersamaan dengan datangnya Pak Muhsin ke kelas. Rea buru-buru menyentak lengannya sehingga terlepas dari genggaman Naya. Gadis itu berjalan menuju Pak Muhsin dan meminta izin menemani Naya ke ruang guru.

FreezeWhere stories live. Discover now