09. "Shh... i'm here."

Mulai dari awal
                                    

"Aku amat menyayangimu, Win."

Sekarang Win sadar.

Ia tidak lagi sendiri.

Win membuka matanya, menatap jemari Bright yang masih menggenggamnya. Kedua bibirnya terangkat tipis, ia berharap ini bukan hanya sekedar mimpi singkatnya. Hiburan Eropa yang diberikan padanya.

Sebentar lagi Win akan pulang, waktunya kembali ke rutinitas aslinya. Membayangkan Bangkok tanpa Bright membuat bibirnya kembali lurus. Tanpa sadar ia berdecak halus, kesal membayangkan jarak yang harus terbentang diantara mereka.

"Shh..." Bright menekan kepalanya pada milik Win. "I'm here."

*****

02.20 am
Bangkok, Thailand
A few years ago...

Win menghentikan rahangnya yang bergerak karena sibuk mengunyah. Matanya yang berair tertuju lurus pada televisi di depan mereka, ya, sabtu malam adalah rutinitas mereka untuk menginap. Minggu ini adalah jadwal Bright menginap di rumah Win.

"So long, partner..."

"Huaa! Kenapa Andy tidak pergi kuliah dengan mainannya saja sih! Tapi tidak apa-apa, setidaknya Woody dan Buzz bersama-sama."

Tidak mendengar suara sautan apapun, Win menoleh ke belakang, menemukan Bright yang tertidur pulas di kasur. Malam ini Bright lagi-lagi tidak memakai atasan apapun. Win sengaja menyalakan pendingin ruangannya agar Bright selalu mengenakan pakaiannya saat tidur, tapi ternyata remaja itu tetap saja shirtless.

Menyambar remot, Win mematikan pendingin ruangan lalu televisi. Bangkit dari posisi duduknya dan merangkak ke kasurnya. Senyumnya tercetak manis, menatap pemandangan di depannya yang menyenangkan.

Kesan arogan dari wajah Bright hilang saat ia tidur. Menyisakan ekspresi polos dan menggemaskan. Win menggerakan jarinya perlahan mendekati wajah Bright. Mengusap alis tebalnya yang panjang.

Jemari Win menari lembut. Menelusuri lekuk hidungnya, mengusap lembut tulang pipinya, berlari ke rahang tegasnya hingga berhenti di bibir Bright. Win terdiam menatap lurus bibir merah Bright yang mengatup rapat.

Sebelum pikiran gila itu datang, Win segera menarik tangannya dan berbalik. Kelopak matanya mengerjap cepat. Mencoba mengusir pikiran gila yang menggelitik otaknya.

Tidak bisa, Win harus mengalihkan pikirannya.

Win segera menyambar buku tulis cokelat tebalnya. Meraih penanya dan terdiam menatap lembaran kosong. Matanya menatap kembali Bright yang tenang dalam tidurnya.

"Ini akan menjadi pertama kalinya aku menulis tentangmu, Bright," bisik Win pelan sebelum kembali terfokus pada benda di tangannya.

'Skeletons of Art In You'

Aku memiliki ribuan buku usang untuk setiap manusia yang kutemui

Tinta dan kata yang terukir berasal dari penuhnya jiwaku

Di penghujung hari, aku menemukan diriku semakin hampa

Lembaran yang ternodai tersimpan rapih di rak tua dalam kepalaku

Kaki ini tetap melangkah, menyambut insan baru lainnya

Aku asik menatap bintang saat bertemu mata elangnya

Tanganku kembali menari, menarik garis untuk setiap helaan nafasnya

Hingga aku berkawan dengan pemilik malam yang kelam

Dibalik kanvasnya yang bersenandung warna, ia sesemu abu

Aku mengagumi setiap garis seni dan tempurungnya

Setiap sisinya membuat jemariku menggila tidak waras

Rak bukuku penuh dengan pria ini, ayat yang sama kuulang kembali

Win tersenyum simpul, kali ini matanya menatap Bright cukup lama. Merekam dengan teliti wajah pria itu diingatannya. Pipinya yang memerah terlihat dari cahaya bulan yang menyinari wajahnya.

Aku menyukainya. Aku menyukainya. Aku menyukainya.



-><-

Through & Through [REVISION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang