16. Menjauh

2.5K 241 8
                                        

✨✨✨

Echa duduk dikelasnya dengan pandangan menerawang kedepan. Keningnya berkerut dalam. Seperti tengah mengingat-ingat sesuatu yang sepertinya ia lupakan.

"Cha, fokus jangan ngelamun terus. Ntar lo kena tegur lagi sama buk Endang," bisik Asha ditelinga Echa.

"Iya, sebentar lagi inget. Bentar," bisiknya. Echa terus melamun hingga bel istirahat berbunyi. Mereka langsung bergegas pergi kekantin agar tidak kehabisan bangku kantin karena akan sulit untuk menemukan tempat untuk makan jika kantin ini ramai.

"Gaess gaess! Gue ada pengunguman penting," kata Atta heboh.

"Karena kebohongan iseng Echa, Akhirnya gue bisa jadian sama Alam. Yeiii!! Tepuk tangan!!" seru Atta antusias seraya bertepuk tangan heboh. Ketiga temannya hanya memutar bola matanya malas.

"Gak seru kalo gak di bandarin. Kamu harus bandarin aku Ta," ujar Echa.

"Yoo makanya dengerin dulu. Gue belom selese ngomong nih." Atta menjeda. "Kalian boleh ambil apa aja yang ada disini tapi jangan sampe lantai-lantainya ikut kalian ambil ya! Gue cekek gulu kalian nanti!" Ancam Atta main-main. Mata ketiganya berbinar senang.

"Yuk Cha. Kita borong semua. Ayok! Ayok!" Aurel dan Asha bangkit sambil menarik tangan Echa. Mereka sibuk memilih jajan-jajan kantin dan memesan makanan yang banyak. Setelah dirasa cukup, mereka pun kembali ketempat duduk mereka.

"Anjir. Banyak banget! Kalian mau makan apa mau jualan!?" protes Atta dengan mulut menganga melihat ketiga temannya membawa satu orang satu kardus berisi jajan-jajanan kecil.

"Mau makan lah," sahut Echa enteng.

"Etdah Ta. Jajan gope'an segini gak bakal bikin perusahaan bokap lo bangkrut kok. Slow aja," timpal Asha. Mereka meletakkan kardus itu dikolong meja dan mendudukkan diri sambil menunggu pesanan tiba.

"Siapa lage nihh yang mau dicomblangin? Aurel? Asha? Gimana?? Mau enggak!? Tapi gak gratis harus ada pj-nya," tawar Echa. Aurel dan Asha saling tatap. Ada sedikit keraguan yang terpancar dari sana.

"Wehaye?"

"Mmm-- gini aja gak papa kok Cha. Menepi aja deh," jawab Asha sambil mengibaskan tangannya.

"Jangan bilang kalian gak bisa bayar pj? Kalian gak bisa bayar pj? Omayott! Aku gak minta apartemen seribu tingkat kok aku cuma minta jajan," ujar Echa heboh.

"Elahh Cha! Bukan itu! Tapii..boleh dicoba." Aurel nyengir lebar.

"Piling gud!"

"Oke fix ini deal ya. Pokoknya gak gratis. Harus bayar!" Echa memukul-mukul meja dengan raut wajah yang serius.

"Lo kan kaya Cha, ngapain sih pake pj-pjan segala. Lo kan sahabat kita ikhlas dong nolongnya," kata Asha menawar-nawar.

"No! Big no! Belum pernah denger teori Albert Einsten ya?" tanya Echa pada ketiga temannya.

"Yang mana tuh?" tanya Atta.

"Sesuatu yang gratis 1000 kali jauh lebih nikmat ketimbang beli sendiri," ujar Echa menggebu-gebu.

"Akohh setujueohh." Atta mengacungkan dua jempol pada Echa.

"Lagian Sha, aku nolong tulus kok tapi kamu mintanya disaat yang gak tepat. Kalo mood ku lagi pengen bantu orang pasti gratis tapi kalo lagi mood makan, ya bayarlah!"

"Oke lah Cha. Semoga bejaye," kata Aurel.

"Oh iya betewe ntar sore aku tanding basket lho sama Raksa. Doain ya menang ya."

Good Bye My Echa [End + Tahap Revisi]Where stories live. Discover now