SAMUDERA RAGA : 18

36.9K 4.2K 820
                                    


SAMUDERA RAGA : 18| THE WAY TO           HELP YOU

*****

Raga memperhatikan Alin yang sedang bersiap pulang dia tidak akan memaksa gadis itu lagi. Lukas terkekeh. “Nggak di samper tuh si Alin Ga?”

Raga menggeleng. “Nggak ah. Gue nggak mau maksa terus. Gue harus selesain masalah sama bokap gue dulu.”

“Good luck!” kata Lukas.

Raga menatap Alin yang bergegas dan sudah keluar dari kelas Sains Empat. Tanpa berpamitan dengan Raga. Raga hanya tersenyum tipis, lalu menggantungkan tas hitamnya di pundak mengikuti Abre dan Kin yang sudah keluar kelas.

Kinar sudah pulang duluan karena tim voli tidak mengikuti pelajaran seperti biasa dan teman-teman volinya memilih untuk jalan-jalan sementara Kinar memilih pulang. Raga melepas sepatunya dirumah, lalu masuk ke dalam. Di dapur tidak ada siapa-siapa, Raga membuka pintu kulkas dan menegak air putih dingin. Raga duduk sambil termenung, Alin harus dia lindungi dan Papi harus mengerti keadaan Alin. Jadi, Raga harus mengambil langkah pasti.

Raga menaiki tangga dan melihat kedua orang tuanya yang sedang duduk di kursi.

“Pi, Mi.”

Jennie tersenyum. “Abang masuk rumah nggak ada suaranya? Mami kira pulangnya agak lama.”

“Iya Mi.”

“Abang hari ini ada acara?” tanya Reygan.

Raga menggeleng. “Enggak Pi. Abang di rumah kok. Nggak kemana-mana.”

“Yaudah makan siang dulu aja. Nanti Papi mau ngomong sama Abang.”

Raga terdiam. Bahkan dia belum memikirkan bagaimana cara menjelaskan permasalahan Alin pada Papinya. Apakah baik untuk membuka rahasia gadis itu pada kedua orangtuanya? Apakah itu tindakan yang sopan?

Lo bakal buka rahasia gue didepan orang tua lo? Emang segitu menyedihkannya gue?

Raga akhirnya mengangguk. Tekad untuk membantu Alin sudah kuat. Dan, untuk melakukan itu, kedua orangtuanya harus tau. “Iya Pi. Nanti Abang makan sama mandi dulu.”

Raga memasuki kamarnya, lalu duduk di ranjang. Dia yakin ini tepat. Dan, kedua orangtuanya pasti mengerti.Raga membuka jaketnya dan mengambil handuk untuk mandi.

*****

Kini Raga duduk berhadapan dengan Reygan dan Jennie. Raga mengulum bibirnya semoga saja Reygan dapat mengerti. Dan, mengijinkan Raga untuk membantu Alin.

Reygan menatap lekat Raga. “Sebelum Papi ngomong ke Abang. Apa ada yang mau Abang jelasin ke Papi?”

“Abang pulang malem, bukan karena Abang nakal di luar sana Pi. Tapi, karena cewek yang Abang suka lagi dalam keadaan susah. Dan, Abang mau disana buat bantuin dia. Namanya Alin.”

Reygan terdiam. “Dan masalahnya apa? Bisa Abang cerita ke Papi sama Mami?”

“Abang cuman tau garis besarnya. Dia tinggal sama Tante Om nya. Disana dia disiksa dipukuli sama mereka. Abang nggak bisa Pi, lihat perempuan yang Abang sayang diperlakukan kaya gitu walaupun sama keluarganya sendiri.”

“Alin nggak bisa pergi dari sana karena Ayahnya sakit. Pengobatan Ayahnya ditanggung sama Om nya. Makanya dia terima di pukuli, disiksa. Bahkan, kemarin Abang disana dia luka-luka Pi. Dia nangis. Kalo Papi jadi Abang, emangnya Papi tega ninggalin dalam keadaan kaya gitu?”

Reygan terdiam. “Jadi Abang disana jagain dia? Emangnya Tante sama Omnya nggak tau Abang disana?”

“Tantenya suka pergi dan pulang lagi agak malem. Jadi Abang bebas disana. Kalo Omnya di kerja di kapal.”

SAMUDERA RAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang