SAMUDERA RAGA : 11

39.5K 4.6K 409
                                    

Bentar lagi masuk konflik. Sabar-sabar ya. Nggak bakal sepadat Hi, Captain! kok. Tapi, kita urai pelan-pelan.

Note : Kin dan Kinar setelah cerita ini ya, satu-satu biar nggak pusyingg hehe

*****

SAMUDERA RAGA : 11 | ABOUT FEELING

******

Alin maupun Raga sama-sama diam sepanjang perjalanan. Raga seketika badmood ketika Alin menolak ajakannya dan bahkan ketika pulang sekolah tadi Alin harus dipaksa untuk kembali pulang bersama Raga. Alin sendiri juga tidak memusingkan Raga yang entah kenapa bisa tiba-tiba diam seperti ini.

Raga memberhentikan motornya di depan gang. “Hati-hati.” katanya pelan tanpa turun dari motor.

Alin mengangguk. “Thanks.” katanya. Lalu membalikkan badannya. Suasana diantara keduanya menjadi aneh dan canggung seperti ini.

Raga terdiam. Pikirannya berkecamuk. Alasan Alin menolak ajakannya adalah tdiak ada orang yang menjaga rumahnya.

Jadi, kalau Raga yang main kerumahnya tidak apa-apa kan?

Raga pelan-pelan turun dari motor, dan mematikan motor, mencabut kunci dan membawa helm kesana. Langkahnya pelan-pelan mengikuti kemana Alin pergi.

Ketika Alin sampai di ujung lorong gang, Raga baru melangkah. Alin tadi belok ke kanan. Raga mengikuti. Raga melihat Alin sampai di rumah minimalis, dan masuk ke dalamnya. Memang, tampak sepi rumah gadis itu. Jadi, sepertinya Alin tidak berbohong. Raga tersenyum ketika sudah tau rumah Alin, agak sempit memang jalannya dan berbelok-belok.

Raga men-starter motornya dan pergi dari sana sambil tersenyum. Rencananya, malam ini dia akan memberi kejutan Alin untuk datang kesana.

*****

Hari Alin masih sama, seperti itu-itu saja untungnya adalah Tika belum pulang namun bahan makanan sudah ada. Jadi Ayahnya bisa makan lebih dulu, tanpa harus menunggu Tika.

Alin terdiam di kamarnya, setelah mengurus Ayahnya dan membersihkan rumah. Alin duduk di jendela yang tidak terlalu tinggi dari rumahnya.

Melihat bulan dari sana. Rasanya cukup lelah sekali. Keadaan Ayah semakin memburuk, bukan Alin tidak bisa merasakan. Tubuh Ayahnya mulai kadang-kadang dingin dan menggigil setelah sebelumnya selalu hangat.

Alin meneteskan air matanya. Bagaimana nasibnya ketika Ayahnya tidak ada? Apakah benar dia akan dijual oleh Tika kepada teman-temannya? Dan, setelah itu Alin akan kehilangan masa depannya.

“Ai! Sini lo.”

Alin tersentak, kemudian langsung membuka kamarnya. Dan berjalan ke arah Tika. “Kenapa Tante?”

“Besok siang laki gue dateng. Lo jangan pernah bilang soal gue pernah berhubungan sama temen-temen gue dirumah ini. Pokoknya lo diem.”

Alin hanya diam. Dia tau ini akan terjadi.

“Dan, lusa gue mau liburan sama dia. Lo nggak usah masuk sekolah, cuman dua minggu aja. Ngerti lo?”

Alin masih diam. Lalu menganggukkan kepalanya.

Tika menabrak bahunya sambil cekikikan. Alin tau Tika tidak pernah mencintai Faris hanya mencintai uang laki-laki itu. Miris.

Alin tersentak ketika ada yang mengetuk pintu. Siapa yang bertamu? Apakah teman-teman Tante Tika?

Alin membuka pintu. Dan terkejut ketika melihat Raga tersenyum ke arahnya.

“Hai.”

Alin kembali menutup pintu, dan menarik tangan Raga ke samping rumah. Astaga, bagaimana Raga bisa tau rumahnya?

SAMUDERA RAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang