#11: Lose Something

11.4K 2.2K 122
                                    

Sudah satu jam Juanda mencoba untuk membolak-balikkan tubuhnya bahkan mengubah posisi tidurnya namun matanya masih enggan menutup. Otaknya seolah-olah dipaksa untuk bekerja terus menerus padahal tubuhnya sudah lelah dan berteriak ingin beristirahat hingga matahari menjemput besok pagi.

Perlahan bibirnya mengumpat tanpa suara seraya menaruh lengannya di atas dahi. Karena pesan Gian tadi, Juanda jadi memikirkannya seharian. Selama ia mencoba untuk tidak memikirkan pesan Gian, selama itu juga otaknya semakin penuh. Lalu akhirnya laki-laki itu memilih untuk mengambil ponselnya yang terletak di atas nakas dan membuka ruang obrolannya dengan Gian.

Gian brengsek

tanggung jawab lo.

hah? lo 'kan belom gue hamilin.

sembarangan, monyet.
maksud gue yang tadi.
gue jadi nggak bisa tidur.

sini gue tidurin.

JARI LO GUE COPOTIN YA.

YA MAAP.
YA TERUS GUE JUGA HARUS GIMANA???

ketemu di tukang nasi goreng depan komplek kostan gue sekarang.
ada yang mau gue omongin.

mauan.

ANJING.
CEPET GAK.
ATAU BAN MOTOR LO GUE KEMPESIN BESOK.

IYE, MAK.
KUDU BANGET NGEGAS.
CABUT NIH GUE.
PUAS 'KAN.

bagus.

Juanda lantas bangkit dari tempat tidur. Tangannya bergerak mengambil jaket tipis berwarna abu-abu untuk melapisi kaos putih yang ia tengah kenakan. Setelah memastikan Haidar telah tertidur, Juanda bergerak untuk melangkah dengan perlahan agar tidak membangunkan Haidar. Lalu ia pun membuka pintu kamar kost miliknya dan Haidar. Tungkainya kini melangkah menuju tempat di mana ia menyuruh Gian untuk menemuinya—di salah satu tukang nasi goreng paling favorit di daerah tersebut.

"Cepet amat???? Lo kesini kayang apa gimana???" Juanda terkejut saat menemukan Gian sudah duduk manis di salah satu meja sambil tersenyum dan melambai kecil padanya.

"Hehe," Gian hanya tersenyum tak berdosa. "Abis keluar gue. Terus kebetulan deket sini. Jadi tinggal ngesot aja sih." Gian mengendikkan bahunya. Ia memang baru saja kembali setelah nongkrong dengan beberapa anggota UKM yang dekat dengannya dan kebetulan tempat Gian nongkrong tak jauh dari daerah kostan Juanda.

"Geblek, ngesot katanya," tukas Juanda.

"Mau ngomong apa? Lo mau bilang kalo lo mau jadi pacar gue ya? Duh, sori deh, Jun. Tapi ada hati yang harus gue jaga. Cailaaaaaaah," Gian terkikik mendengar lontaran kalimat yang keluar dari mulutnya sendiri seraya mengirup es teh yang tadi ia pesan sesaat setelah sampai dan duduk di meja.

"Apaan sih nih bocah stress ya. Mimpi aja lo sana sampe saturnus," ketus Juanda. "Gue mau ngomong soal chat lo tadi siang. Maksudnya apa?"

Atmosfer yang tercipta di antara mereka tiba-tiba berubah menjadi lebih serius setelah raut wajah Gian yang berubah dalam sekejap. Jarinya mengetuk-ngetuk meja dengan ritme yang sama seraya netranya menatap ke sekitar mencoba berpikir kalimat apa yang pas untuk menjawab pertanyaan dari laki-laki di depannya.

"Lo tau apa yang gue maksud, Juanda." Gian masih enggan menatap Juanda dan memilih untuk mengalihkan pandangan. Hidungnya lalu mengerut dan kembali mengirup es teh dengan gerakan canggung karena Juanda tak kunjung membalas jawaban ambigunya.

La Victoiré. ✔Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin