#05: He's Mad

17.3K 3.1K 398
                                    

"Hai, Nat!" sapa Gian seraya berjalan ke samping Nata dan menyamakan langkahnya dengan laki-laki manis itu. Membuat yang dipanggil berjengit kaget, mencoba meningat apakah ia pernah kenal dengan laki-laki yang berdiri di sebelahnya.

"Hai? Siapa, ya? Kok tau namaku?" balas Nata kebingungan. Pasalnya ini pertama kalinya Nata bertemu dengan Gian namun laki-laki itu bertingkah seolah mereka sudah dekat dan berteman lama. Nata jadi menciptakan jarak antaranya dengan Gian, merasa was-was karena laki-laki itu masih asing bagi Nata. "Oh, belom kenalan, ya? Kenalin, nama gue Gian. Gian Aditya." Gian tersenyum semanis mungkin sambil mengulurkan tangannya. 

Nata—yang walaupun ragu—namun tetap membalas uluran tangan tersebut, "Aku Adinata." Nata memperkenalkan dirinya padahal tadi Gian sudah sempat memanggil namanya. Sedangkan Gian, rasanya detik itu juga ia ingin berlutut dan mengeluarkan cincin lamaran seperti yang ada di sinetron-sinetron khas Indonesia.

"Lagi ngapain?" tanya Gian basa-basi.

"Hmm, tadi abis kelas. Ini mau ke kantin," jawab Nata seadanya.

Tiba-tiba seseorang kembali menyerukan nama Nata dari jauh, yang sontak membuat sang empu nama menoleh. "KAK NATAAAA!" Lantas Nata menemukan Gilang yang tengah melambaikan tangan padanya dan tersenyum lebar.

"Gilang?! Sini!" sahut Nata semangat.

Sedangkan Gian memutar bola matanya malas. Rencananya hari ini adalah mengajak Nata berjalan-jalan. Bukan diganggu oleh Gilang yang datang dari antah-berantah lalu menyapa Nata. Dipastikan gagal sudah rencananya.

Lantas Gilang berjalan menghampiri keduanya, "Eh, ada Bang Gian. Apa kabar, Bang?" tanya Gilang sok akrab.

"Baik," jawab Gian seadanya. "By the way, kalian berdua saling kenal?"

Nata mengangguk, "Iya. Gilang ini baik banget loh. Waktu itu pas aku lagi urgent dia nawarin diri buat bantuin aku. Padahal waktu itu kita nggak kenal." jawab Nata yang membuat Gilang tersenyum bangga juga sombong pada Gian. Meski nyatanya semua itu bohong. Siapa sih yang tidak kenal dengan Sapta Adinata Nugra? Ditambah dengan fakta bahwa Gilang naksir pada laki-laki manis itu.

"Kak Nata mau ke mana? Mau aku anterin nggak? Kebetulan aku lagi free," tawar Gilang.

"Eh nggak usah. Aku bisa sendiri kok. Lagian cuma mau ke kantin doang," tolak Nata.

Gilang mengangguk paham. Setelahnya Nata pamit untuk pergi ke kantin dan berjalan lenggang meninggalkan keduanya terdiam menatap Nata yang pergi. "Anjir lo, Lang. Gue baru mau ngajak Nata buat jalan lo pake muncul segala. Gagal 'kan rencana gue," misuh Gian. Sedang Gilang tertawa puas.

Lantas ia menepuk bahu Gian pasrah, "Itu namanya belom jodoh, Bang. Eh? Emang bukan jodoh deh." Setelahnya sebuah tonjokkan mendarat sempurna di pipi Gilang.

Nata baru saja ingin mengantri untuk memesan makanan namun bahunya dengan sengaja diselip dari arah kanan. Laki-laki yang menyelip antrian itu bersikap acuh tak acuh sembari menatap lurus dan berdiri tanpa dosa di depan Nata, "Maaf. Tapi, aku duluan yang antri. Kamu harusnya ke belakang dulu. Ngan—eh, kamu?" Nata terkejut.

Vincent, laki-laki yang menyelip antrian Nata pun sama kagetnya dengan si laki-laki manis. Pasalnya Vincent bingung, bagaimana bisa Adinata mengenal Vincent Hadi Wijaya?

"Kamu anak fakultas arsi yang terkenal itu, 'kan? Yang katanya dapet IPK paling tinggi? Terus pernah ke sekolah pake capung?" tanya Nata antusias. Sedangkan Vincent mengernyit kebingungan, "Capung? What kind of capung?"

La Victoiré. ✔Where stories live. Discover now