#10: Dilingkup Frustasi

13.4K 2.1K 76
                                    

"Gue mau santet orang."

Juanda menoleh ke arah Haidar yang tiba-tiba mengatakan hal aneh tersebut. Dahinya mengernyit dan menatap si laki-laki berkulit tan dengan tatapan tidak mengerti. Juanda memang tidak pernah mengerti bagaimana jalan pikiran Haidar yang aneh itu, "Mau nyantet siapa lo?" tanya Juanda.

"Kak Don."

"Hah?"

"Gue mau nyantet Kak Don biar bisa suka sama gue, gitu. Kayak orang-orang." jelas Haidar.

Juanda menahan kesal lalu menjitak kepala laki-laki di sampingnya tersebut, "Itu namanya pelet, geblek. Bukan santet," sewot Juanda.

Haidar mendengus, "Ya udah sih maap. 'Kan, urang teu nyaho. Nah, cariin gue dukun pelet dong, Jun." ujar Haidar dengan wajah polos tanpa dosa yang langsung saja mendapat semprotan ocehan dari sang teman. "Enak aja! Lo kira nyari dukun begituan gampang. Noh mending lo muter-muter Bandung nyari dukun pelet. Gue sih ogah. Lo yang perlu kenapa gue yang cari." ketus Juanda.

Wajah Haidar langsung menunjukkan ekspresi sedih yang dibuat-buat, "Jahat pisan boga baturan. Timbang nyari satuuuu weh padahal mah."

"Bodo."

"Anj—"

"Hai, Juan, Haidar!" Juanda mau pun Haidar sama-sama menoleh ke arah laki-laki yang baru saja membuka pintu kostan. Mata Juanda langsung berubah menjadi berbinar.

"Adinataaaa!" Juanda lantas bangkit dan menghambur ke pelukan Nata yang dibalas kekehan oleh laki-laki manis itu, "Ke mana aja sih? Sekarang jadi jarang pulang, ya!"

"Hehe. Maaf ya, Juan. Aku sibuk ngurusin Jihan terus akhir-akhir ini tugas numpuuuk banget. Belum jadwal temu sama dosbing. Capek banget," Nata menghela napas frustasi. Lalu membanting dirinya ke atas sofa dan menyandarkan punggungnya di sana. "Nata nggak kangen sama Haidar?" tanya Haidar yang beranjak duduk di dekat Nata.

Nata lantas melihat ke arah Haidar yang dengan sengaja tengah mengerucutkan bibirnya seperti anak kecil, "Eh, ada Haidar. Ih Nata juga kangen sama Haidar huhu." Nata lalu memeluk Haidar sembari menggoyangkan tubuh mereka berdua ke kanan dan ke kiri layaknya dua bocah yang sedang berpelukan gemas.

"Gimana kabar Jihan, Na?" tanya Juanda yang tadi bangkit dan melangkah ke arah dapur untuk mengambil soft drink di kulkas. Laki-laki itu lalu meneguk sekaleng coca cola dengan cepat hingga tersisa setengah dari kaleng tersebut. "Baik, kok. Makin gemesin dia. Jadi nggak tega kalo ninggalin pas kuliah. Kangen terus bawaannya." jawab Nata sembari tersenyum membayangkan sang anak.

"Kabar suami lo gimana, Na?" celetuk Haidar iseng.

"Hah?"

"Si Gavin."

"Eh?"

Juanda mengetuk kepala Haidar dengan kaleng soft drink, membuat laki-laki berkulit tan itu mengaduh kesakitan seraya memberi tatapan tajam pada Juanda yang juga menatap ia dengan tatapan yang tak kalah tajam, "Sakit!" keluh Haidar.

"Abisnya kalo ngomong suka ngadi-ngadi. Nata nikah aja belom ditanya gimana kabar suaminya," desis Juan, tangannya terulur untuk memberikan sekaleng minuman dingin pada Nata. "Kok lo yang sewot sih!" gerutu Haidar masih tak terima.

"Udah udah, jangan berantem. Kabar Gavin baik kok," Nata terkekeh, ia membuka kaleng yang diberikan oleh Juanda lalu meneguknya sebelum menaruh minuman itu di atas meja dan kembali bertanya pada Haidar yang menurutnya bertingkah berbeda dari hari-hari lain. "Haidar kenapa deh hari ini? Kok jadi kayak anak kecil gitu?"

La Victoiré. ✔Where stories live. Discover now