#08: Went to the Zoo

14.7K 2.6K 249
                                    

⚠️ mention of blood

Jika ada satu hal di dunia yang menurut Nata terlalu cepat berlalu tanpa terasa keberadannya maka ia akan menjawab waktu. Tak terasa setahun lebih telah terlewati. Ia menghabiskan hari-hari sebagai orang tua Jihan dan juga mahasiswa semester enam. Kini Jihan tumbuh menjadi anak yang pintar dan sangat menggemaskan. 

Satu tahun lalu, Nata juga sudah mengatakan semua pada kedua orang tuanya bahwa ia mengadopsi seorang anak bersama Gavin. Mereka juga sudah mengurus file-file penting seperti akta kelahiran Jihan dan Kartu Keluarga. Reaksi Ayah dan Bunda Nata setuju-setuju saja mengingat sang Ibunda juga sangat menyukai anak kecil bahkan beberapa kali menyuruh Nata menikah agar sang Ibu bisa mendapat cucu.

Nata juga harus menjelaskan panjang lebar pada Haidar dan Juanda mengenai dirinya yang tiba-tiba mengadopsi anak bersama Gavin—yang notabenenya masih belum terlalu dekat bahkan kenal dengan si laki-laki manis. Hingga akhirnya Nata meyakinkan mereka berdua bahwa Gavin adalah orang yang baik.

Hubungan Gavin dan Nata juga kian erat karena sering menghabiskan waktu bersama untuk mengurus Jihan. Terkadang mereka pergi bertamasya bersama mengajak si anak perempuan agar Jihan juga dapat mengenal dunia luar.

Masalahnya kini adalah Gavin dan Nata yang sudah memasuki semester tua di mana kegiatan mereka semakin padat hingga terkadang tak sempat untuk mengurus Jihan. Walaupun mereka masih mencoba meluangkan waktu, namun tetap harus membuat anak itu perlu sering dititipkan pada Mama Gavin atau Bunda Nata. Gavin dan Nata sendiri jadi tersadar bahwa mereka menjadi jarang menghabiskan waktu dengan Jihan.

Akhirnya hari ini mereka bertekad untuk meluangkan waktu bagi Jihan sepenuhnya. Karena beberapa hari terakhir Jihan merajuk ingin bermain dengan Baba dan Ayahnya yang sibuk itu, "Jihan hari ini mau kemana, sayang? Nanti kita pergi sama Ayah." tanya Gavin.

Jihan yang tengah asik makan cemilan yang diberikan oleh sang Ayah kini terlihat berpikir, "Iyan au ke ana ya? Ke ana aja ma Baba Yayah." [Jihan mau ke mana ya? Ke mana aja (deh asal) sama Baba Ayah]

Nata yang baru saja kembali sehabis memasak makan siang segera menghampiri anak itu yang tengah berbicara dengan Gavin di meja makan rumah laki-laki itu. Jarinya bergerak untuk membersihkan noda cokelat yang ada di sekitar bibir sang anak, "Ayah maunya pergi ke kebun binatang dong. Jihan mau nggak? Nanti kita lihat gajah!" tawar Nata.

Jihan mengangguk antusias, "Awu! Awu iyat ajaaaaah. Yayah Iyan awu iyat ajah ecaal!" [Mau! Mau lihat gajah. Ayah, Jihan mau lihat gajah besar]

"Tapi, sebelum itu Ayah mau kasih Jihan hadiah dulu. Karena kemarin Jihan udah jadi anak pinter nurut sama Ayah waktu Ayah lagi kerjain tugas," ujar Nata yang langsung membuat wajah Jihan berubah menjadi semakin semangat. "Cik! Pet iyah! Iyan awu iyat iyah!" [Asik! Dapet hadiah! Jihan mau lihat hadiah]

Ayah angkat Jihan itu terkekeh seraya mengeluarkan sebuah kotak hadiah yang dengan apik dibungkus dengan kertas kado bermotif kartun princess yang sering Jihan tonton di televisi. Gavin ikut tersenyum tatkala melihat anaknya itu terlihat begitu senang. Lantas Jihan dengan semangat mengambil kotak tersebut dan membukanya segera. Matanya berbinar-binar, "Uwaaaaaaah, ajus ali! Aaci Yayaaaah!" [Waaaah, bagus sekali! Makasih, Ayah]

"Sama-sama, anak ayah yang paling cantik sedunia," Nata menyubit pipi Jihan gemas. Ia sengaja membelikan Jihan sebuah boneka barbie yang Jihan inginkan tempo hari, karena anak perempuannya itu telah bertingkah baik belakangan ini walaupun Gavin dan Nata sibuk. Saat Jihan mengganggunya sekali, Nata menegurnya dan mengatakan untuk menunggu laki-laki itu selesai mengerjakan tugas dan Jihan mengiyakan. Maka dari itu Nata memberi anaknya hadiah agar tidak murung terus menerus melihat orang tuanya sibuk.

La Victoiré. ✔Där berättelser lever. Upptäck nu