#03: Thank You for Saying Yes

19.1K 3.3K 116
                                    

"Good morning," sapa Gavin seraya mengulas senyum cerah tatkala melihat Nata yang baru saja keluar dari gedung kostannya yang memuat banyak kamar dan masing-masing kamar dapat diisi hingga dua atau empat tempat tidur karena luas yang cukup besar per-kamarnya. Tentu saja biaya kostan Nata juga cukup tinggi. Sejenak, Gavin tertegun dengan penampilan Nata yang terlihat berbeda hari ini.

"Halo, pagi juga," Nata membalas dengan senyum tipis yang nampak sangat manis. Lalu ia mengambil helm yang diberikan oleh Gavin, "Thank you." Setelah Nata naik ke atas motor Gavin yang cukup tinggi hingga ia harus berpegangan pada bahu laki-laki yang lebih tua untuk bisa duduk manis di atas joknya, Gavin melajukan motor membelah jalan raya. Hari ini jalan raya tidak terlalu padat. Hanya dipenuhi oleh beberapa kendaraan roda dua dan roda empat—juga ada beberapa orang yang berolahraga menggunakan sepeda di sisi jalan.

Nata menatap lurus ke depan tanpa mengindahkan sekitarnya. Hingga tiba-tiba laki-laki itu tidak sengaja mendengar sebuah suara yang sangat samar berasal dari trotoar di pinggir jalan. Sontak ia mengernyit kebingungan seraya mencoba menajamkan pendengarannya, mungkin ia salah dengar. Namun, suara itu masih terdengar apalagi setelah motor Gavin berhenti pada lampu merah.

"Vin, kamu denger suara nggak?" tanya Nata menyondongkan tubuhnya ke depan agar Gavin dapat mendengar suaranya dengan jelas di antara hiruk-pikuk kebisingan suara kendaraan.

"Hah? Enggak kok. Kenapa emangnya?" jawab Gavin.

"Aku kayak denger sesuatu gitu," ucap Nata skeptis. Padahal di sini juga masih banyak orang lainnya. Mungkin, telinga Nata sangat sensitif terhadap bias suara makanya ia dapat mendengar suara aneh yang berasal entah dari mana itu. "Bisa nepi dulu sebentar nggak? Aku penasaran banget."

"Nanti di depan aja, ya? Soalnya kalau lagi lampu merah gini susah mau nepi," balas Gavin yang dibalas oleh anggukan setuju Nata. Akhirnya saat lampu merah berubah menjadi berwarna hijau, Gavin melajukan motornya dengan pelan mengikuti permintaan Nata untuk menepi di pinggir jalan sejenak, walau ia tak tahu apa tujuan laki-laki manis itu.

"Bentar ya," Nata lalu turun dari motor sesaat setelah Gavin berhasil menepikan motornya dan menghindari kemacetan di dekat lampu merah. Ia lantas berjalan ke dekat halte di tepian lampu merah-tempat di mana ia mendengar suara tadi. Gavin yang menelisik gerak-gerik Nata dengan penasaran memilih untuk ikut turun dari motornya dan mengikuti Nata dari belakang. "Vin! Vin! Sini, deh!" teriak Nata.

Gavin segera berlari kecil mendekati Nata yang memanggilnya cukup keras seraya menatap sebuah box yang terletak di depan kaki laki-laki itu. Lalu matanya menangkap seorang bayi yang tengah menangis. Mukanya berwarna merah, sepertinya terlalu lelah menangis lama namun tak ada yang mengindahkan tangisannya. Nata berjongkok untuk menggendong bayi tersebut.

"Ya ampun kasihan banget. Siapa yang ninggalin bayi di sini deh? Jahatnya ..." Nata membisikkan kata-kata penenang untuk sang bayi yang tak henti-henti menangis itu. Bergerak ke kanan ke kiri berusaha agar makhluk kecil yang ada di gendongannya tak menangis lagi. Sedangkan pandangan Gavin mengedar ke arah sekitar seolah menatap satu-persatu orang yang ada di sana dengan curiga.

"Padahal di sini lumayan rame apalagi ada lampu merah dan sering macet juga. Kenapa nggak ada yang sadar ya? Apa kita bawa ke panti asuhan aja bayinya?" usul Gavin.

Nata menggeleng sembari mengelus pipi sang bayi lembut dengan penuh kasih sayang, "Jangan. Kasihan."

"Ya terus mau diapain, Adinata? Kamu mau urus bayinya?" tanya Gavin yang berkacak pinggang geleng-geleng dengan tingkah laku Nata.

"Kalau bisa sih aku mau," ujar Nata menatap ke arah bayi yang berangsur diam setelah digendong olehnya tersebut. "Tapi, aku nggak bisa. Soalnya aku tinggal di kostan. Nanti malah terlantar. Terus pemilik kostan juga belum tentu bolehin bawa bayi. Peliharaan aja nggak boleh." lanjutnya.

La Victoiré. ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora