Chapter 05 | Pre-test

Start from the beginning
                                    

Langkah kakinya kini membawa dirinya menuju kelas satu alpha.

Setiap siswa yang melintas atau sekadar bertengger, pasti melihat Fabian dan langsung berbisik kepada temannya. Tatapan-tatapan mereka yang terasa sangat menyakitkan bagi Fabian. Sudah beberapa hari padahal dia melaluinya, tapi tetap saja tak ada yang ubah.

"Permisi!" ucapnya dan seketika berhenti di ambang pintu kelas alpha.

Terdapat seorang siswa berkacamata yang asyik berkutat dengan sesuatu di mejanya. Dia tak menggubris Fabian yang kini mematung di ambang pintu.

"Maaf...aku masuk, mau beres-beres kelas." Fabian melangkahkan kakinya.

Fabian memulai pekerjaannya dari barisan belakang dengan menyapu kolong-kolong dan sela-sela meja. Matanya sangat teliti untuk memastikan tidak ada yang tersisa karena setelah beres-beres kelas, dia harus melapor. Jika sedikit saja terlihat tak bersih, dia pasti akan dikenakan penalti tambahan.

KRESEKK KRESEKK...

Terdengar suara remasan kertas yang sangat nyaring. Fabian menoleh ke belakanganya—ke arah siswa. Benar saja, dia sedang meremas kertas lalu melemparnya ke sembarang arah.

"Hei! Ambil lagi sampahmu! Jangan membuat kerjaanku tambah banyak!" tegas Fabian.

Siswa tersebut melempar lagi remasan kertas. "HEI! Kamu mendengarkanku tidak?" Suara Fabian meninggi.

"Ck, memangnya urusanku?" balasnya sinis.

"Kamu hanya perlu membersihkannya, tak usah banyak bicara!" sambungnya dingin.

"Sialan!" umpat Fabian bergumam. Dia melanjutkan kembali menyapu.

Telinga Fabian menangkap derap langkah sangat nyaring mendekat dari luar kelas. Langkah yang terburu-buru itu lebih terdengar seperti suara lari.

Terdengar suara debaman di ambang pintu. Fabian menoleh dan mendapati seorang tengah bersandar di sana sambil terengah-engah. Beberapa bulir air turun dari dahinya. Siswa itu sedang berusaha mengatur napasnya.

"El gawat...ga-gawat!" Suara siswa tersebut tersengal-sengal.

"Kenapa? Ada apa?" Siswa yang dipanggil. 'El' itu menghampiri temannya.

Temannya mendudukkan diri di atas lantai sambil menunggu El menghampiri. "Sinta! Sinta lapor ke Bu Laras!"

El melotot tak percaya. "Sialan! Aku sudah bilang untuk tutup mulut! Cari mati dia!"

"Sinta melaporkan pada Bu Laras bahwa Elvano mencekiknya sampai sulit bernapas. Dia mengadukan soal kekerasan fisik." Elvano berjongkok di hadapan temannya.

Fabian pun terdiam dan terus memerhatikan percakapan mereka. Ternyata siswa yang arogan dan menjengkelkan itu bernama Elvano. Dia mencekik seorang siswi?

"Aku akan segera menghadap Bu Laras. Terima kasih, Lang." Elvano kembali bangkit dan duduk di mejanya lagi.

Siswa yang dipanggil 'Lang', tubuhnya berangsur lenyap dari pandangan Fabian. Mata Fabian beralih melihat Elvano yang sedang berkutat dengan buku.

Sesantai itukah dia setelah mencekik seseorang? batin Fabian terheran.

Fabian kembali melanjutkan bersih-bersih. "Gak aneh sih kalau sampai mencekik orang." Fabian mengeraskan suaranya.

"Apa maksudmu?" Elvano tidak menoleh sedikit pun.

"Lihat sikapmu! Arogan!" Suara Fabian terdengar serius.

"Siapa kamu? Sepenting itukah dirimu untuk mengetahui tentang orang lain, bahkan...orang asing?" Elvano menghentikan kegiatan menulisnya.

"Kamu bukan siapa-siapa!"

MythomaniaWhere stories live. Discover now