PF :: Twenty One

1.5K 216 16
                                    

[Aku yakin kalian tau bagaimana caranya menghargai karya seseorang]





Wanita bersurai hitam kecoklatan dengan kemeja biru muda dilengkapi dengan rok hitam diatas lutut duduk disalah satu kursi cafe. Menunggu seseorang yang kemungkinan akan datang sebentar lagi. Dihadapannya sudah ada segelas piccolo latte yang baru saja diantara pelayan beberapa menit lalu.

Wanita itu tak hentinya menghela napas pelan, menghilangkan rasa gugup pada dirinya. Padahal sebelum memutuskan untuk mengajaknya bertemu dia sudah meyakinkan diri untuk mengatakan keputusannya dengan lantang tanpa keraguan sedikitpun.

"Kamu nunggu lama? Maaf ya, aku tadi harus tanda tanganin berkas klien."

Neta tersentak kecil saat kursi dihadapannya ditarik bersamaan dengan suara seseorang. Yang sebelumnya menunduk, kini wanita itu mendongakkan kepala. Napasnya tertahan, rasa gugup pada dirinya semakin menjadi. Dengan wajah datar wanita itu mencoba merelaxkan tubuhnya yang menegang.

"Pesan aja dulu." ujar Neta datar.

Dihadapannya, Renjun tersenyum tipis. Mengangkat sebelah tangannya memanggil pelayan, kemudian memesan salah satu minuman setelah pelayan itu berdiri didepannya dengan kertas dan bolpoin ditangannya.

Pelayan pergi untuk membuatkan pesanan Renjun. Kini tinggalah dua insan yang masih diam. Keduanya sama-sama gugup dan sedikit canggung. Mungkin efek sudah lama mereka tidak bertemu dan berbincang berdua seperti ini. Mungkin?

"Besok Saeron nikah."

Renjun diam dengan helaan napas pelan.

"Kita kesini untuk nyelesaiin masalah kita, bukan untuk bahas pernikahan Saeron." ujar Renjun datar.

Neta tak menanggapi. Wanita itu menyesap piccolo latte-nya dengan pandangan yang beralih keluar cafe, menghindari tatap Renjun yang menatapnya intens.

"Neta—"

"Clevo udah dirumah. Sebelum kesini tadi aku nganter dia dulu." potong Neta cepat. Dia tau akan kemana arah pembicaraan Renjun.

Renjun menghela napas pelan, menganggukan kepalanya lemah lalu menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Sebenarnya ia ingin mengatakan masalah yang sedang menimpanya saat ini, namun Neta terlihat seperti tidak memperdulikannya. Dan ini salah dirinya sendiri.

Sedangkan dihadapannya, Neta diam menatap Renjun. Wanita menatap lekat wajah Renjun yang sepertinya sangat kelelahan. Menghela napas pelan lalu kembali menyesap minumannya. Otaknya berputar memikirkan keadaan Renjun. Apa dia terlalu jahat pada pria itu?

Neta tidak tau harus bagaimana. Mengikuti egonya atau hatinya? Namun kalau dipikir-pikir lagi, Renjun sudah keterlaluan. Tapi ia juga kasihan dengan Renjun yang sepertinya sangat terbebani dengan masalah ini. Air muka pria itu terlihat seperti sedang kelelahan akibat menanggung beban berat.

"Renjun—"

Ucapan Neta terpotong dengan tiba-tiba saat pelayan datang membawakan pesanan Renjun.

"Kenapa? Kamu mau ngomong apa?" tanya Renjun sebelum menyesap coffee latte-nya.

"Besok sore aku kerumah. Jemput kalian dan kita ke pernikahan Saeron."

Lagi dan lagi, Neta hanya membahas Saeron yang membuat Renjun menghela napas jengah. Dia tidak butuh itu, yang dia butuhkan adalah keputusan Neta untuk masa depannya, Clevo dan juga keluarga mereka.

[3] Prasaja's FamilyWhere stories live. Discover now