PF :: Twenty

1.4K 226 18
                                    

[Aku yakin kalian tau bagaimana caranya menghargai karya seseorang]







Ini sudah hari ketiga dan setiap harinya Neta menjalani hari seperti biasa. Datang ke Rumah Sakit, melayani pasien, makan dengan teman-temannya di kantin Rumah Sakit, kemudian setelah jam kerjanya selesai dia pulang untuk mengistirahatkan diri dan pikiran. Masalah dia yang akan menemui Renjun masih dipikirkan, padahal hari itu sudah lewat. Hari yang ia tepati akan mengajak Renjun bertemu dan menjelaskan semua.

Dan untuk ini ada masalah berat yang perlu ia selesaikan. Tadi pagi, sebelum ke Rumah Sakit Neta mendapat telepon dari Siyeon yang mengatakan bahwa Clevo menangis dan tidak ingin pergi ke sekolah jika tidak diantar olehnya. Siyeon juga mengatakan kalau Clevo tau soal perceraian orang tuanya. Entah anak itu tau darimana, tapi yang jelas itu membuat Neta takut akan kondisi Clevo.

Jam makan siang sudah lewat dua jam yang lalu, namun Neta belum juga menyentuh makanannya yang tadi di antarkan oleh Ryujin, perawat yang juga lumayan dekat dengannya. Sungguh, dia benar-benar tidak nafsu makan. Yang ada diotaknya hanya kapan jam kerjanya berakhir kemudian pergi menemui Clevo.

"Balik sana. Pusing gue liat lo kayak mayat hidup begini." Jaemin masuk dengan tiba-tiba tanpa permisi, tanpa mengetuk pintu.

"Gue sama Dokter Kevin nanti yang gantiin pekerjaan lo. Sana temuin Renjun, selesaiin masalahnya." lanjut Jaemin yang kini malah mendaratkan bokongnya ke sofa.

"Gue mau nemuin Clevo, bukan Renjun." Ujar Neta malas.

"Kenapa nemuin anak lo? Justru kalau lo mau anak lo senang ya lo sama Renjun harus baikkan. Jangan pake acara cerai-cerai. Kayak di film-film aja lo ah."

Jangan heran, Jaemin semakin dewasa tingkat kebawelannya bertambah. Dia bisa berbicara panjang kali lebar dengan cepat, persis seperti ibu-ibu yang sedang mengomel.

"Bacot, ah. Sana keluar."

"Ck, dikasih masukan malah galak." protes Jaemin.

"Keluar, Jaem sebelum ini timbangan melayang ke kepala lo."

"Iya-iya!"

Dengan malas Jaemin beranjak, melangkah menuju pintu keluar. Namun sebelum itu, ia berbalik menghadap kembali kearah Neta.

"Inget ya apa kata gue. Temuin Renjun kalau mau anak lo-"

"Iya, bacot bener kayak ibu-ibu komplek! Ganti gender sana!!" potong Neta dengan kesal.

Jaemin mendelik,"Gue gak mau gabung sama gengnya Lulove. Bye."

Setelah itu pintu ruangan Neta ditutup dengan sedikit dibanting. Mungkin lelaki itu kesal. Hhh, Jaemin itu kalau merajuk tidak ada bedanya dengan perawan, jadi Neta harus pintar membujuk nanti kalau dia sedang membutuhkan Jaemin. Untuk sekarang tidak, biarkan saja lelaki itu merajuk.

Beberapa menit Jaemin meninggalkan Neta diruangannya, kini pintu kembali terbuka, membuat sang pemilik ruangan mendongak. Mulutnya terbuka berniat ingin melepar protes jika oknum tersebut adalah Jaemin, namun nyatanya tidak. Bukan Jaemin yang datang melainkan seniornya sekaligus kepala Rumah Sakit. Dokter Chan.

"Ada apa, Dok?" tanya Neta dengan Sopan.

"Hari ini kamu kerja setengah hari saja, saya lihat kamu sedang tidak enak badan ya?. Jadi saya sarankan kamu istirahat terlebih dahulu di rumah. Dan besok kamu boleh kembali bekerja jika sudah merasa enakan." Seperti biasa, Dokter Chan langsung mengatakan intinya dibanding berbasa-basi lebih dulu.

[3] Prasaja's FamilyWhere stories live. Discover now