25# Sebuah Mimpi Dimana Ada Kamu

367K 48.3K 19.2K
                                    

I'm sorry for blaming you
For everything I just couldn't do
And I've hurt myself by hurting you

- CHRISTINA AGUILERA -

○○○●●●  》♤♤♤《  ●●●○○○

Tengah malam, Sahara duduk termangu di ruang tengah kontrakannya. Menatap kosong jam tangan milik Sastra yang entah sejak kapan tertinggal disana. Bukan jam tangan mahal. Hanya jam tangan biasa yang dibelikan Jovan untuk hadiah ulang tahunnya yang ke 20. Hampir 3 tahun lamanya. Tidak pernah rusak karena kelihatannya, Sastra merawatnya dengan baik. Hanya saja, sesekali diganti baterainya jika sudah tidak menyala.

Pakaiannya masih sama seperti yang ia kenakan dipemakaman Sastra tadi. Bahkan ia tidak beranjak sama sekali sejak memutuskan untuk duduk disana. Sahara berusaha keras mencari kenangan bahagia antara dirinya dan Sastra. Tapi rupanya, nyaris tidak ada yang ia ingat.

Sastra memang bersamanya hampir 3 tahun lamanya. Tapi kenangan indah itu bahkan baru ia rangkai beberapa bulan belakangan. Sebelum itu, Sahara hanya melihat Sastra sebagai bagian hidup yang tidak bermakna apa-apa. Sahara membiarkan laki-laki itu berjalan memasuki hidupnya semata-mata untuk melupakan Jeffery.

Seiring berjalannya waktu, pada akhirnya perasaan itu menjadi utuh. Menjelma sebagai rasa yang ingin ia jaga selama-lamanya. Ini lucu. Rasanya baru kemarin Sahara memutuskan untuk menyerahkan segenap cinta yang ia punya untuk Sastra. Namun baru sekejap mata dicecapnya rasa, mengapa ia harus kehilangan laki-laki itu?

Seperti sebuah mimpi dimusim kemarau panjang. Sastra pergi selama-lamanya setelah mengantarnya pulang. Meninggalkan sebuah kecup dan bayang-bayang wajahnya disebuah malam berhujan.

Sahara belum sempat mengatakan bahwa ia tidak akan memberinya sandwich strawberry lagi. Belum sempat terucap bahwa kini ia telah cinta mati. Pesan panjang penuh perasaannya bahkan belum sempat dibaca. Jam diatas meja itu juga belum diambil kembali.

Dalam kebasnya perasaan yang ia rasa kini, Sahara merebahkan tubuhnya. Ia membantali kepalanya dengan lengan, lantas membiarkan air mata yang sejak tadi menggenang dipelupuk mata mengalir begitu saja. Gadis itu terisak dimalam yang sunyi. Menangisi penyesalan atas segala hal yang telah ia lakukan pada Sastra.

Disaat Sastra memberinya perhatian, Sahara justru memberinya luka. Disaat Sastra memberinya kasih sayang, Sahara justru memberinya kecewa. Disaat Sastra memberinya sebuah peluk penuh rasa, Sahara hanya memberi balasan hampa. Bertahun-tahun lamanya, Sahara dengan jahatnya membiarkan Sastra berjalan tertatih sendirian.

Seandainya waktu bisa ia putar tepat dipertemuan pertama mereka, Sahara ingin melewati 3 tahun itu dengan bahagia bersama Sastra. Memberi laki-laki itu sedikit waktu untuk jatuh cinta berdua, sebelum akhirnya ia pergi dan tak kembali lagi.

Jika 3 tahun terasa lama, maka sehari saja. Sahara hanya butuh cukup satu hari untuk memeluk erat tubuh Sastra dan mengatakan bahwa Sahara sangat mencintainya. Untuk mengatakan bahwa Sahara berterima kasih atas segala hal yang telah Sastra lakukan untuknya. Untuk mengatakan betapa bersyukurnya Sahara karena Sastra memilih untuk mencintainya sepenuh hati.

Seandainya itu punya satu hari untuk itu...

Semakin larut, rasanya semakin sesak. Sahara membiarkan tangis pilunya memenuhi setiap sudut ruang tengah kontrakannya yang sepi.

Kini, ke arah mana ia bisa menemukan Sastra? Kemana Sahara harus mencari laki-laki itu saat ia mulai dilanda rindu? Kemana Sahara harus berjalan untuk sebuah pelukan?

Mulai hari ini, tidak akan ada lagi pesan singkat yang belum ia baca dipagi hari. Tidak akan ada lagi panggilan telepon dan video call dimalam hari. Tidak akan ada lagi berjam-jam lamanya membicarakan nyelenehnya Jakarta disudut Jalan Hos Cokroaminoto. Tidak akan ada yang bernyanyi dari seberang telepon berjam-jam lamanya.

Tulisan Sastra✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang